Chapter 221 episode 220 (S2)

Ziko sudah tidak bisa mengkondisikan tangannya. Zira langsung mulai panik melihat pemilik tangan tersebut.

" Sayang kan aku sudah bilang kalau hamil enggak boleh berhubungan." Ucap Zira pelan.

" Siapa yang berhubungan aku kan hanya memijat." Ucap Ziko mempraktekkan pijat profesional.

" Iya terserah mau ngapain. Yang penting jangan macam-macam." Ucap Zira mewanti-wanti suaminya.

" Kamu bisa diam enggak sih. Jangan ganggu konsentrasiku." Ucap Ziko sok fokus. Zira tau sebenarnya itu hanya rencana suaminya agar bisa memegang tubuhnya.

" Bagaimana hasil pijatan yang aku lakukan?" Ucap Ziko lagi sambil tetap memijat lembut Istrinya.

" Wenak sekali suamiku. Kamu memang ada bakat jadi tukang pijat plus-plus." Ucap Zira menyindir suaminya.

Ziko menghentikan aksi memijatnya dan sudah membuka bajunya.

" Kamu mau ngapain?" Ucap Zira cepat karena ada sesuatu yang ganjil dengan tingkah suaminya.

" Aku kepanasan." Ucap Ziko santai sambil memijit istrinya. Zira memegang dadanya. Ada rasa tenang ketika suaminya mengatakan kepanasan. Walaupun dia tetap heran dengan suaminya. Karena yang merasa sumuk sebenarnya dirinya, mungkin karena faktor hamil itu pikirnya. Tapi dia memikirkan kalo Ziko juga mengalami hal yang sama. Secara Ziko juga pernah mengatakan kepadanya kalau dia juga ngidam.

Beberapa menit kemudian, Ziko membuka celananya di hadapan Istrinya.

" Hey jangan bilang kalau kaki kamu juga kepanasan." Ucap Zira mulai panik.

" Iya badanku agak panas. Apakah kamu mau mendinginkan tubuhku." Ucap Ziko dengan cara berbicara di buat-buat.

" Masuk aja ke kulkas pasti dingin." Ucap Zira ketus. Dia tau semua hanya akal-akalan suaminya dengan bersandiwara seperti itu.

" Oh jadi kamu tidak sayang sama aku lagi ya. Seharusnya sebagai pasangan suami istri kita harus melengkapi. Ketika aku kepanasan kamu memberikan suasana yang adem kepada diriku dengan pelukan tubuhmu. Dan ketika kamu kedinginan aku akan memberikan kehangatan untukmu." Ucap Ziko cepat.

Ziko sudah melingkarkan tangannya di tubuh istrinya. Tubuh yang selama ini di rindukannya. Tubuh yang imut di bandingkan dengan tubuhnya, dan dia sudah mulai melakukan aksinya.

" Sayang pr kita kan sudah selesai." Ucap Zira sambil menunjuk perutnya. Menahan aksi Ziko.

" Hemmm ini pr yang lain. Dan harus selesai malam ini." Ucap Ziko cepat sudah menjatuhkan selimut ke lantai.

Ziko berperan aktif di sana. Dia melakukannya dengan kelembutan. Dia tidak ingin menyakiti Istrinya dan anaknya. Jadi ketika dia sudah membuat pr nya. Dia mengakhiri dengan segera. Tanpa harus ada rumus rumus yang lainnya.

Malam semakin larut pasangan itu masih saja mengobrol tentang semuanya. Tentang hubungan mereka yang pernah di ujung tombak. Dan mereka juga membicarakan tentang calon anak mereka.

" Nanti jika bayi kita lahir yang akan memberi nama harus aku." Ucap Ziko cepat.

" Eh enggak boleh gitu. Kita kan buatnya bersama jadi harus bersama juga dalam memberi nama." Gerutu Zira cepat.

" Enggak, aku enggak mau kamu terlibat dalam hal pemberian nama. Pasti nama yang kamu kasih Zonoh, Zokoh dan Zorrok. Enggak ada nama yang benar kalau kamu yang kasih." Ucap Ziko cepat. Mereka bisa berdebat hanya dengan masalah kecil. Walaupun berdebat, mereka akan dengan cepat membaik lagi. Tidak dengan kejadian yang lalu. Mereka berdebat bukan karena masalah sepele. Tapi mereka berdebat karena masalah hati. Hati yang belum jelas keberadaannya dan sekarang hati itu sudah menemukan tempatnya. Tiba-tiba ada suara di tengah perdebatan mereka.

" Sayang kamu kenapa?" Ucap Ziko cepat memegang perut istrinya.

" Perutku lagi konser." Ucap Zira cepat.

" Konser musik apa?" Ucap Ziko ikut dalam suasana.

" Konser musik rock." Ucap Zira sambil memperagakan jarinya seperti anak rocker.

" Jadi apa yang harus aku lakukan kalau perut kamu konser." Ucap Ziko bingung. Entah kenapa dia seperti lupa akan sesuatu. Zira menepuk dahinya.

" Sayang ini tandanya anak kita mau mamam." Ucap Zira manja.

" Mamam apa? Mang Kardi gitu?" Ucap Ziko lagi bingung.

" Aih. Kenapa pula harus mang Kardi." Ucap Zira ketus. Mang Kardi adalah tukang kebun mereka dan di dalam benaknya Ziko kalau Istrinya sedang ngidam dan mau mang Kardi yang mengambil makanan untuk istrinya.

" Terus apa dong?" Ucap Ziko lagi.

" Aku mau maem." Ucap Zira pelan.

" Owh mingkem." Ucap Ziko lagi.

Zira mencubiti lengan suaminya. Dia gemes dengan suaminya yang tiba-tiba lola yaitu loading lama. Ziko meringis kesakitan ketika mendapatkan cubitan dari Istrinya.

" Kamu kalau bicara jangan pakai bahasa yang tidak aku mengerti." Gerutu Ziko sambil memegang lengannya yang habis di cubit.

Zira ingin bermanja-manja dengan suaminya, makanya dia menyebutkan kata makan dengan bahasa anak kecil.

" Aku mau eat." Ucap Zira lagi dengan bahasa Inggris.

" Apa kamu mau eek." Ucap Ziko cepat. Sambil menarik tangan istrinya agar masuk ke dalam toilet.

" Hey aku bukan mau eek atau buang air besar. Aku itu mau makan, makan sama dengan mamam, maem dan eat. Gitu aja enggak tau. Bagaimana nanti kalau anak kita lahir terus dia minta makan pada saat itu aku enggak ada di rumah. Apa yang akan kamu lakukan sama anak kita." Ucap Zira cepat.

" Ya karena aku enggak tau dan paham bahasa anak kecil. Mungkin aku diami saja. Paling aku kasih mainan diam." Ucap Ziko cepat. Ziko bisa berbahasa Inggris tapi entah kenapa tiba-tiba ketika Istrinya berbicara bahasa asing dia berpikir masih menggunakan bahasa yang aneh.

" Baiklah aku akan membawakan makanan untuk kamu." Ucap Ziko mantap sambil menuruni kasur

Zira ikut turun dari kasur. Dia juga ingin ikut ke dapur bersama suaminya.

" Stop kamu jangan turun dari sini. Biar aku yang membawakan makanan untuk kamu dan bayi kita ke sini." Ucap Ziko sambil mengecup perut istrinya.

" Aku enggak mau makanan yang ada di dapur. Aku mau makan telur dadar dengan bawang goreng di atasnya dan nasi yang panas." Ucap Zira membayangkan makanan itu akan sudah masuk ke dalam tenggorokannya.

" Baik sayang, aku akan memerintah Pak Budi yang membuatnya." Ucap Ziko cepat sambil memegang handle pintu ingin keluar dari kamar tersebut.

" Sayang aku ingin yang masak telur itu kamu. Kan kamu ayahnya jadi lebih baik jika makanan itu di racik oleh tangan kamu. Agar rasa sayangnya mengalir ke dalam tubuh anak kita." Ucap Zira manja.

Ziko membelalakkan matanya. Karena seumur-umur dia belum pernah masak apalagi menghidupkan kompor.

" Sayang kalau aku minta bantuan Pak Budi boleh enggak?" Ucap Ziko bingung.

" Enggak, kamu harus belajar jadi Bapak yang bisa segalanya. Jangan semua mengandalkan pembantu. Ada kalanya kamu harus belajar susah." Gerutu Zira cepat.

" Tapi sayang, aku enggak bisa menghidupkan kompor gasnya." Ucap Ziko pelan.

" Apa kamu bisa menyalakan lilin?" Ucap Zira cepat.

Ziko menganggukkan kepalanya cepat.

" Kalau enggak bisa pakai kompor gas masak aja pakai lilin." Ucap Zira asal. Dia hanya membuat perumpamaan lilin dan kompor gas sama-sama dapat mengeluarkan sebuah Zat panas.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya terimakasih."