Chapter 220 episode 219 (S2)

Ziko dan Zira telah kembali sebagai pasangan suami istri yang memadu kasih. Memadu kisah cintanya. Kisah cinta yang baru karena di satu tahun terakhir mereka menjadi pasangan suami istri tanpa ada rasa sama sekali. Sekarang mereka menjadi pasangan suami istri yang baru. Baru karena mereka baru membina rumah tangga dengan perasaan cinta. Rumah tangga yang di bina dengan kasih sayang dan cinta lebih indah rasanya jika dibina di bandingkan rumah tangga yang tidak ada cinta sama sekali di dalamnya.

Keluarga Raharsya menyambut Zira dengan sukacita. Perasaan bahagia terpancar dari raut wajah keluarga tersebut. Zira pun ikut bahagia dapat berkumpul lagi dengan keluarga suaminya yang telah menjadi keluarganya juga.

" Terimakasih sayang, karena kamu mau kembali kesini bersama kami." Ucap Nyonya Amel sambil memeluk menantunya.

" Aku yang mengucapkan terimakasih karena papa dan mama masih mau menerimaku sebagai menantu." Ucap Zira pelan.

" Oh sayang jangan pernah berpikir seperti itu, tidak pernah terpikirkan oleh kami seperti itu. Sampai kapan pun kamu tetap menjadi menantu idaman mama." Ucap Nyonya Amel memeluk menantunya.

Ziko merasa bahagia melihat istrinya bisa membaur dengan keluarganya lagi. Tanpa ada rasa sungkan sama sekali. Ziko melihat kebelakangnya masih ada Kevin di belakangnya. Ziko mengajak pria tersebut untuk berbicara di ruangan yang berbeda.

" Vin." Ucap Ziko sambil menepuk bahu Kevin.

" Terimakasih banyak atas semuanya, aku tau semuanya karena ada campur tangan dirimu di dalamnya."

" Tuan, saya tidak melakukan apapun. Ini terjadi karena kekuatan cinta kalian yang sangat dalam." Ucap Kevin cepat.

" Dan sebagai penghargaan atas semua bantuan dari kamu, aku mau kamu kembali menjadi asistenku." Ucap Ziko cepat.

" Hemmmmm, bolehkah saya memikirkannya dulu." Ucap Kevin cepat.

" Seperti yang kamu ketahui, kalau aku tidak suka dengan penolakan." Ucap Ziko cepat dengan tatapan tajam. Kevin tertawa begitupun pria di depannya. Dia hanya berpura-pura berakting seperti memikirkan tawaran dari Ziko.

Di ruang keluarga semuanya berkumpul tanpa ada terkecuali. Mereka membahas tentang rencana empat bulanan Zira. Nyonya Amel dan tuan besar ikut andil dalam merencanakan itu.

" Maaf ma, sebaiknya nanti saja di pikirkan. Ini kan masih 3 bulan." Ucap Zira pelan.

" Sayang, justru itu. Waktu kami hanya satu bulan untuk mempersiapkan ini." Ucap Nyonya Amel antusias.

" Ma, sepertinya tidak perlu mengadakan acara yang meriah, lebih baik syukuran saja. Undang ibu-ibu pengajian mama dan papa." Ucap Ziko memberikan ide yang menurutnya sederhana tapi lebih terlihat sakral.

" Betul itu, ide kak Ziko bagus. Kalau perlu panggil anak yatim-piatu." Ucapan Zelin ikut nimbrung dalam percakapan itu.

Zira tersenyum manis melihat gadis cantik itu bisa berpikir yang sama dengan kakaknya.

Nyonya Amel dan suaminya saling pandang. Ide anaknya ada benarnya. Dari pada mereka berdebat masing-masing ingin melakukan sesuai idenya sendiri. Mending mereka menampung ide anaknya dan menyelenggarakan sesuai keinginan menantunya.

" Zira kamu ingin acara empat bulanan kamu seperti apa?" Ucap Nyonya Amel penasaran.

" Hemmm, sepertinya ide Zelin dan suami saya bagus ma." Ucap Zira cepat.

" Baiklah sesuai permintaan menantu kita. Acara empat bulanan di lakukan dengan mengadakan pengajian dan syukuran dengan memanggil anak-anak panti." Ucap Nyonya Amel antusias.

Setelah melakukan perbincangan. Pasangan suami istri itu kembali ke kamar mereka. Kamar yang sudah lama tidak ditempati Zira. Sebuah ruangan yang pernah menjadi saksi atas hubungan mereka.

Kamar itu masih sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah hanya alat make up Zira yang sudah tidak ada di meja rias. Zira mengernyitkan dahinya melihat meja rias tersebut.

" Sayang kemana semua alat makeup ku?" Ucap Zira penasaran.

Ziko baru teringat tentang hal itu. Kalau dia merusak dan memerintahkan pelayan untuk membuang alat makeup istrinya. Karena pada saat itu, menurutnya dengan membuang alat make up istrinya, dia akan dapat melupakan wanita cantik di depannya.

" Sudah aku buang." Ucap Ziko mengecupi punggung belakang istrinya.

" Kok di buang." Ucap Zira agak geli karena mendapat kecupan mendadak dari suaminya.

" Udah expired." Ucap Ziko cepat masih tetap melakukan aksinya.

Zira menahan tubuh suaminya agar tidak melakukan hal-hal yang lain.

" Sayang, kamu tau enggak kalau istri lagi hamil tidak boleh berhubungan." Ucap Zira menghindari.

" Apa?" Ziko membelalakkan matanya sambil melihat ubi kayunya.

Zira menganggukkan kepalanya cepat. Agar suaminya menyudahi niatnya.

" Siapa yang bilang?" Ucap Ziko penasaran.

" Dokter lah enggak mungkin Mbah Jambrong." Ucap Zira cepat. Ziko tidak percaya dengan ucapan istrinya. Dia mengambil ponselnya yang ada di nakas. Dia sedang menghubungi seseorang. Ziko pergi agak menjauh sambil membelakangi istrinya.

" Wah kalau dia menghubungi dokter Diki bagaimana? Atau jangan-jangan dia sedang melihat aplikasi guuuling." Gumam Zira.

" Halo Ko, apa kabar." Ucap dokter Diki antusias mendapatkan panggilan dari temannya.

" Baik, aku mau bertanya dengan kamu." Ucap Ziko tapi ucapannya sudah di potong temannya.

" Bagaimana hasil putusan sidang." Ucap Dokter Diki penasaran. Ziko menjelaskan tentang putusan sidang yang di adakan tadi pagi. Dan dia juga menceritakan tentang dirinya yang telah bersatu kembali dengan pujaan hatinya.

" Aku mau bertanya apa kalo hamil tidak boleh berhubungan?" Ucap Ziko tanpa rasa malu. Dari ujung ponsel terdengar kalau temannya tertawa mendengar pertanyaan Ziko. Dia tidak habis pikir dengan Ziko. Bisa langsung memikirkan hal itu ketika sudah berdekatan dengan istrinya.

" Bagaimana? Aku menghubungimu bukan mau dengar ketawamu yang cempreng itu." Gerutu Ziko. Dokter Diki tertawa lagi dan tetap berusaha untuk menjelaskan di celah-celah tertawanya.

Ziko mendengarkan dengan hikmat dan cermat. Ada beberapa pesan yang di beritahu dokter Diki kepadanya. Mungkin kalau ada kertas di depannya dia akan mencatat agar dia tidak melakukan kesalahan.

Mungkin karena penyampaian dokter Diki menggunakan bahasa kedokteran jadi Ziko agak kurang paham.

" Udah intinya saja, aku kurang ngerti dengan bahasa ilmiah yang kamu sebutkan." Gerutu Ziko dari ujung ponselnya.

" Apabila suami ingin menggauli istrinya yang sedang hamil maka aman-aman saja, tapi jangan terlalu memaksa kepada pasangan. Buatlah suasana yang nyaman pada saat berhubungan. Tapi ingat buatlah pasangan kita rileks dulu." Ucap Dokter Diki sebelum mengakhiri ucapannya. Panggilan terputus Ziko kembali menghadap istrinya. Sekarang Istrinya sudah berada di kasur sambil memijat kakinya.

" Kamu menghubungi siapa?" Ucap Zira sambil memijat kakinya.

" Diki." Ucap Ziko sambil berjalan menuju kasurnya.

Waduh dia sudah menghubungi dokter Diki. Berarti dia akan melakukan jurus mautnya.

Ziko memegang kaki istrinya dan berusaha mengambil alih untuk memijatnya.

" Enggak usah sayang, aku sudah enakkan kok." Ucap Zira menghindari tangan suaminya yang akan merayap kemana-mana.

" Stttt diam, aku hanya mau memijat." Ucap Ziko cepat masih dengan posisi tangan di kaki Istrinya.

Zira merasa enak ketika mendapatkan pijatan dari suaminya. Kakinya memang terasa lelah karena pada saat siang hari dia banyak menghabiskan waktu bermain pasir di pantai.

" Hai-hai readers ini udah masuk musim kedua ya. Maaf author tidak memberikan prolog untuk musim kedua. Karena menurut author sudah ada di pengumuman kemaren yang mana tertulis menceritakan tentang semua karakter. Jadi supaya tidak bertele-tele jadi author langsung garap aja season 2. Semoga kalian suka."