Chapter 213 episode 213

Mereka sudah keluar dari super market. Walaupun Zira tidak mendapatkan keinginannya yaitu susu rasa cendol. Tapi Ziko menyakinkan kembali kepada istrinya kalau besok dia akan membawakan susu tersebut.

Mobil sudah berhenti di depan rumah Zira. Zira ingin turun di depan pagar. Dia tidak ingin Ziko masuk ke rumahnya. Karena menurutnya sudah cukup waktu mereka bersama untuk hari ini. Mobil belum beranjak dari depan pagar. Mereka masih melihat mahluk yang sempurna itu masuk ke dalam kawasan rumahnya secara aman. Kevin sudah menyalakan mesin mobil. Tinggal mereka berdua di dalam mobil itu. Ada rasa canggung ketika mereka hanya berdua.

" Vin." Ucap Ziko memecahkan keheningan.

" Iya tuan." Ucap Kevin menjawab dan hanya melirik dari balik kaca mobil.

" Maafkan aku, karena telah memukulmu berkali-kali." Ucap Ziko dengan penuh perasaan bersalah.

Kevin masih diam, dia tidak menyangka kalau mantan bosnya bisa mengucapkan permintaan maaf. Menurutnya Ziko mau menurunkan egonya dengan meminta maaf kepadanya.

" Aku tau, apa yang kamu ucapkan pada saat anniversary semua benar. Tidak seharusnya aku mengatakan hal yang sangat menyakiti perasaan Zira. Aku tau semua wanita pasti marah jika berada di posisi istriku. Aku hanya berpikir pendek pada saat itu. Aku berpikir Zira mandul seperti Vita. Kemaren Aku berpikir tidak mau melanjutkan hubungan dengan Zira lebih lama karena aku takut rasa sayangku kepadanya akan semakin dalam, dan nantinya akan sulit untukku melepaskannya. Tapi sekarang aku menyesal telah mengatakan hal itu kepadanya. Aku tau permintaan maaf tidak akan bisa mengobati luka yang sudah membesar. Aku ikhlas seandainya dia tetap mau bercerai denganku." Ucap Ziko pelan. Tidak terasa ada bulir air mata yang keluar dari ujung matanya.

Kevin diam, dan masih fokus dengan mengemudikan mobil. Belum saatnya berbicara itu pikirnya.

" Seandainya kami berpisah karena tidak ada ruang lagi untuk diriku, aku mohon kepadamu jaga dia, seperti kamu selalu berdiri di belakangku dulu." Ucap Ziko menahan tangisnya.

" Tuan." Ucap Kevin pelan.

" Perpisahan itu merupakan hal yang terberat bagiku, apalagi setelah aku tau ada benih cinta kami di dalam perut istriku. Akan semakin berat bagiku untuk melupakannya. Seandainya kami berpisah mungkin aku akan gila." Ucap Ziko dengan suara bergetar.

" Tuan, jangan berbicara seperti itu, masih ada waktu untuk anda memperbaiki keadaan seperti semula. Anda bisa meminta maaf secara tulus, walaupun mungkin akan sulit di maafkan tapi lakukan itu secara berulang-ulang. Saya yakin nona Zira bisa memaafkan anda."

Ziko diam beberapa saat.

" Berhubung aku tidak bisa bersama denganmu Zira, untuk saat ini ataupun untuk kedepannya. Aku harus puas hanya dengan memimpikanmu dan menanti pertemuan kita nantinya kelak." Ucap Ziko pelan.

" Hari kemarin, bagaimana pun baik atau buruknya telah berlalu. Hari ini adalah waktu untuk melihat langit biru." Ucap Kevin memberikan semangat.

" Aku tidak mau hubungan kami berakhir dengan sia-sia, aku mau hubungan kami terus berlanjut sampai maut memisahkan." Ucap Ziko berharap.

" Tuan, belajarlah mengalah sampai tak seorang pun yang bisa mengalahkanmu. Belajarlah merendah sampai tak seorangpun bisa merendahkanmu. Jika kita berada di jalan yang salah. Tuhan selalu mengizinkan hambanya untuk kembali ke jalan yang benar." Ucap Kevin memberi semangat.

Setelah percakapan itu. Mereka kembali hening. Keheningan tercipta karena Ziko mencoba menelaah semua ucapan mantan asistennya. Sebagai seorang mantan asisten, Kevin memang sangat piawai dalam memberikan semangat dan dukungan kepada bosnya. Dia bisa berpikir jernih dengan semuanya. Mungkin karena dia memang bisa mengontrol emosinya di bandingkan Ziko.

Ziko minta di turunkan di warung rujak tadi siang. Dia ingin mengambil mobilnya di sana.

" Tuan, apa tidak sebaiknya saya antar anda ke rumah." Ucap Kevin cepat.

" Aku masih ada urusan yang harus aku kerjakan." Ucap Ziko cepat sambil menyalakan remote mobilnya.

Ziko sudah menaiki mobilnya. Dan melajukan mobilnya ke jalan raya. Kevin baru meninggalkan area itu ketika di lihatnya Ziko sudah tidak berada di situ.

Ziko pergi ke suatu tempat. Dia ingin menemui seseorang di luar sana.

Zira sudah membersihkan tubuhnya yang sudah lengket. Hari yang melelahkan dan menegangkan ketika dia harus berdekatan kembali dengan suaminya. Pada saat di warung rujak enak, ingin rasanya dia pergi menghindar ketika dia harus berhadapan dengan Ziko. Tapi entah kenapa hatinya tidak menginginkan hal itu. Hatinya lebih memilih dia untuk tidak menolak Ziko. Tetapi rasa sakit di dadanya masih belum hilang. Sekarang perasaan sakit hati dan perasaan sayang berperang di dalam benaknya. Entah siapa yang akan menang nantinya.

Zira membuka ponselnya. Ada beberapa pesan yang masuk dari dalam daftar chatnya. Baik urusan butik maupun urusan bisnis. Zira membalas satu persatu chat tersebut. Dan ada satu chat dari Kevin. Kevin mengirimkan sebuah foto dirinya dan Ziko. Dimana foto itu ketika mereka sama-sama bersandar di mobil karena lemas muntah. Dan foto ketika dia tidur di paha Ziko.

Zira memandangi langit-langit kamar. Sambil membayangkan sebuah petunjuk untuk pernikahannya.

Ada sebuah pesan lagi yang masuk dalam layar ponselnya. Zira membuka sebuah foto dari Kevin. Kevin mengirimkan lagi foto-foto dia dan Ziko. Foto-foto lama mereka semua dikirimkannya. Dan video ketika dia di suruh berjanji sama Ziko tidak mengucapkan kata homo. Dan foto mereka di pesawat jet juga dikirimkan Kevin. Dimana mereka foto banyak gaya pada saat itu. Dan masih ingat di benaknya, ketika Kevin mengatakan poni Ziko seperti poni selamat datang.

Zira masih mengingat itu. Seharusnya kenangan itu membuatnya bahagia karena telah mengingat kembali momen kebersamaan mereka. Tapi dengan foto itu Zira menagis tersedu-sedu. Dia merasa sakit mengingat kebersamaan mereka yang nantinnya akan berakhir.

Kevin bukan hanya mengirimkan kepada Zira, dia juga mengirimkan kepada mantan bosnya. Dia bermaksud dengan semua kenangan itu rasa yang ada di hati mereka semakin bertambah dan semakin kuat.

Zira mengirimkan sebuah chat kepada Kevin.

Kenapa kamu mengirimkan kembali kepadaku? Apa rencana kamu di balik ini semua.

Kevin belum membalas. Zira bolak balik melihat layar notifikasi di ponselnya. Dia menunggu balasan dari Kevin.

Saya tidak bermaksud apapun, untuk apa saya menyimpan foto kalian berdua, kalau ternyata kalian juga akan berpisah. Jadi simpanlah foto dan Video itu sebagai kenang-kenangan dari saya.

Zira membacanya dengan perlahan. Memang tidak sepatutnya kenangan mereka disimpan orang lain. Zira mengirimkan chat lagi.

Apapun niatmu, aku hargai. Walaupun kenangan ini membuatku tambah terluka.

Kevin membalas lagi.

Cinta itu seperti angin, kamu tak bisa melihatnya tapi kamu bisa merasakannya.

Jangan saling menyalahkan. Jikapun anda di salahkan dan anda tidak terbukti bersalah, lebih baik diam dan menentramkan dari pada pertengkaran.

Semua chat yang di kirim Kevin sebagai pemberi semangat kepadanya. Semangat untuk bertahan dengan cintanya. Cinta yang pernah ada dan akan segera sirna.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya terimakasih."