Chapter 211 episode 211

" Siap, waktumu di mulai dari...." Zira masih menggantung ucapannya sambil melihat kesiapan suaminya. Ziko mengangkat jari jempolnya, memberikan isyarat kalau dia sudah siap sedia.

" Aku hitung sampai lima, hitungan ke lima kamu harus sudah berlari." Ucap Zira memberikan instruksi. Zira mulai menghitung.

" Siap-siap satu dua lima go." Ucap Zira teriak. Ziko sudah mau protes karena istrinya menghitung dengan cara melompat dua angka. Tapi dia tetap berlari karena waktunya hanya 3 menit. Kevin melihat stop watch yang ada di ponselnya. Minuman air mineral sudah ada ditangan tinggal tantangan sesungguhnya yang harus dia hadapi.

Ada sepuluh meja kasir yang berada di super market itu, tapi semuanya penuh dengan antrian. Rata-rata Ibu-ibu yang belanja, sepertinya mereka belanja bulanan. Jadi semua keranjang troli penuh dengan kebutuhan bulanan. Kalau menurut estimasi Ziko. Setiap pembeli dengan keranjang penuh seperti itu biasanya bisa menghabiskan waktu kurang lebih 5 sampai 10 menit. Jadi dia harus memilih antrian yang tidak terlalu panjang. Ziko mengantri di meja kasir nomor 5. Dan dia mendapatkan urutan kedelapan. Jadi kalau menurut perhitungannya satu orang 5 menit berarti dia akan selesai kira-kira pada menit ke 40.

Ziko mulai melakukan aksinya. Dia menepuk pundak Ibu-ibu yang ada di depannya. Ibu itu menoleh.

" Bu uang pedangnya jatuh." Ucap Ziko menunjuk ke arah uang pedang yang sudah di jatuhkannya terlebih dahulu.

" Owh iya uang saya tuh, makasih ya mas." Ucap Ibu itu cepat. Melihat uang pedang matanya langsung hijau. Ibu itu mengambil uang yang jatuh. Ziko langsung berdiri di antrian nomor 7. Masih ada 6 orang lagi yang harus di lewatinya. Dari jauh Zira dan Kevin melihat. Mereka tidak bisa melihat dengan jelas. Zira berjalan menuju pintu keluar meja kasir nomor 5. Dia ingin melihat lebih dekat lagi. Kevin masih menatap stop watch di ponselnya.

Ziko melakukan aksinya kepada ibu kedua. Dia menepuk bahu ibu kedua. Ibu kedua menoleh.

" Bu, ibu baru datang bulan ya?" Ucap Ziko tidak tau malu. Yang penting menurutnya dia sampai tepat waktu.

" Ah yang bener." Ucap Ibu itu sambil melihat belakang bajunya.

" Iya bener, kalau enggak percaya lihat aja ke toilet." Ucap Ziko lagi berbohong. Si Ibu panik dan malu karena yang memberitahukannya adalah seorang pria. Si Ibu mundur dengan menarik keranjang troli. Ziko sekarang mendapatkan antrian nomor 6. Dia melakukan aksinya lagi seperti ibu di antrian nomor 7, terus dia melakukannya sampai di antrian nomor 3.

Ziko berada di antrian nomor 3. Dia melakukan aksinya lagi. Tapi aksi yang ini berbeda. Ziko menepuk bahu Ibu-ibu di depannya. Si Ibu menoleh dengan sinis.

" Bu, nama ibu, ibu Santi ya?" Ucap Ziko sok ramah. Si ibu menganggukkan kepalanya cepat. Ziko sudah mendengar namanya sebelumnya, ketika si Ibu menerima panggilan dari orang lain.

" Suami Ibu selingkuh di kantor." Ucap Ziko bohong. Si Ibu langsung panik ketika mendengar suaminya selingkuh. Si Ibu memikirkan sesuatu lagi. Dia menelaah ucapan pria di belakangnya.

" Tapi mas, suami saya hari ini tidak masuk kerja, suami saya ada di depan sedang nungguin saya." Ucap Ibu itu jujur. Ziko mulai bingung, dia takut aksinya gagal.

" Bukan hari ini Bu, tapi kemaren-kemaren." Ucap Ziko cepat. Ibu-ibu ketika di ucapkan suaminya selingkuh pasti langsung memikirkan bahwa semuanya benar tanpa mengecek terlebih dahulu. Dan Wajar untuk seorang wanita ketika di katakan suaminya selingkuh pasti langsung marah dan panik. Seperti Ibu di depan Ziko. Dia meninggalkan belanjanya dan pergi mencari suaminya. Ziko sekarang berada di urutan nomor dua. Walaupun aksinya kurang terpuji tapi dia melakukan ini dalam keadaan terpaksa untuk rumah tangganya juga. Menurutnya tidak mungkin dia menjelaskan kepada semua Ibu-ibu yang mengantri tentang perihal rumah tangganya yang berada di ujung tombak, karena itu merupakan suatu aib dalam rumah tangganya. Ziko mulai melakukan aksinya kembali. Dia menepuk bahu perempuan yang menggunakan hijab. Kalau dari perawakannya bisa di perkirakan wanita itu seumuran dengan istrinya.

" Mbak, mbak lagi datang bulan ya?" Ucap Ziko cepat.

" Enggak." Ucap si wanita cepat.

" Tapi kok ada darah di gamisnya." Ucap Ziko lagi tidak putus asa. Wanita itu tidak melihat ke arah bajunya, dia hanya menjawab dengan jawaban yang cukup singkat.

" Memang warnanya seperti itu." Ucap wanita tadi cepat.

" Jadi ini bukan datang bulan ya?" Ucap Ziko pura-pura jijik.

" Eh mas, asal kamu tau ya, aku itu sedang hamil mana ada orang hamil datang bulan." Ucap wanita itu jutek. Ziko kaget mendengar ucapan wanita itu. Dan menurut rencananya bakal gagal karena Zira sudah menghitung dengan menggerakan mulutnya secara perlahan.

" Sepuluh, sembilan, delapan. enam." Ucap Zira dengan hanya menggerakkan mulutnya tanpa mengeluarkan suara yang keras. Tapi Ziko sudah bisa mengartikan gerak bibir istrinya.

Ziko tidak putus asa masih ada beberapa detik lagi menurutnya.

" Mbak saya cuma beli satu, saya mohon izinkan punya saya di hitung dulu ya." Ucap Ziko berharap.

" Nanti dong, ini kan juga mau selesai menghitungnya." Ucap wanita itu cepat.

" Ya sudah saya titip ya." Ucap Ziko sambil meletakkan botol air mineral ke keranjang wanita tersebut.

" Eh jangan dong." Ucap wanita itu lagi.

Ziko tidak menghiraukan ucapan wanita tersebut. Dia sudah menyerahkan kartunya kepada kasir.

" Saya yang bayar belanja wanita ini." Ucap Ziko cepat sambil meletakkan kartunya di atas meja kasir. Wanita tadi sudah mau marah karena di titip belanja oleh pria di belakangnya. Tapi dia senyum sumringah ketika di traktir oleh pria tersebut.

" Terimakasih mas." Ucap wanita tersebut. Ziko sudah selesai dengan semua aksinya. Dia berjalan ke arah Zira. Sambil memberikan botol minuman ke arah istrinya.

" Bagaimana waktuku, apakah cukup." Ucap Ziko sambil melihat stop watch yang ada di ponsel Kevin.

" Waktumu lebih 5 detik." Ucap Zira cepat.

" Apa? Tidak mungkin." Dengan wajah kesal dan kecewa.

" Aku sebenarnya bisa sampai tepat waktu di sini." Ucap Ziko kecewa.

" Apa yang kamu ucapkan kepada wanita itu?" Ucap Zira penasaran sambil menegakkan air yang ada di dalam botol minuman itu.

Ziko menceritakan semua aksinya dari awal, dari meletakkan beberapa uang di lantai, sampai masalah perselingkuhan juga di ucapkannya. Zira membelalakkan matanya tidak percaya. Dia tidak menyangka suami bisa berbuat senekat itu untuk dapat menyelesaikan tantangannya.

" Kamu tau istriku, kenapa aku membayari wanita tadi?" Ucap Ziko sambil menunjuk wanita yang sedang jalan beriringan bersama seorang pria, bisa di pastikan itu suaminya. Zira menggelengkan kepalanya karena dia tidak tau menahu tentang niat terselubung di dalam hati suaminya.

" Karena dia hamil seperti kamu, jadi apa salahnya aku membayari belanjaannya." Ucap Ziko cepat. Zira merasa terharu ketika suaminya bisa perhatian dengan wanita hamil lainnya.

" Baiklah karena aku gagal, besok aku tidak akan mengikuti langkahmu." Ucap Ziko dengan pandangan nanar entah kemana.

Zira merasa kasihan ketika suaminya mengucapkan kalimat tersebut. Walaupun ada rasa benci tapi dia juga enggan untuk berjauhan dengan suaminya.

" Baiklah aku hargai usaha kamu, walaupun gagal, kamu tetap bisa ikut selama seminggu denganku." Ucap Zira pelan.

" Apa? Kamu serius?" Ucap Ziko meyakinkan lagi. Zira menganggukkan kepalanya cepat. Ziko terlihat kesenangan, dia memeluk erat tubuh istrinya, dan menciumi perut Zira. Zira kaget dengan ekspresi mendadak yang di berikan suaminya. Tapi ada rasa bahagia ketika perutnya di elus dan di cium oleh bapak biologis dari anaknya.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya terimakasih."