Chapter 205 episode 205

Zira kaget ketika melihat rumahnya penuh dengan bunga. Dia mencari kartu ucapan dari balik celah bunga tersebut. Kartu itu bertuliskan.

Terkadang bukan kupu-kupu yang memberitahu bahwa kamu sedang jatuh cinta, tapi rasa sakit.

Cinta itu bukan apa yang di pikirkan oleh akal tapi cinta adalah apa yang di rasakan oleh hati. Seperti hatiku padamu.

by Ziko

Kata-kata yang tertulis di kartu itu membuat Zira terenyuh sejenak. Membuatnya membayangkan sisi romantis dari diri suaminya. Sisi romantis yang tidak pernah di perlihatkan kepadanya.

Kevin sudah tiba di kediaman Zira. Dia juga melihat beraneka ragam bunga berada di setiap ruangan.

" Siapa yang memberi bunga indah ini?" Ucap Kevin sambil memegang salah satu bunga. Zira memberikan kartu ucapan yang di pegangnya kepada Kevin. Kevin membaca kartu tersebut sambil tersenyum tipis.

" Nona suami anda sangat romantis." Ucap Kevin cepat.

" Tidak perlu kamu memujinya di depanku." Ucap Zira ketus.

" Maaf nona." Ucap Kevin langsung menutup mulutnya.

Di Gedung Rahasrya group.

Ziko sudah berada di gedung tersebut. Sebelum memasuki ruangan, dia melirik pria gemulai yang jadi sekertarisnya. Koko hanya bisa menundukkan kepalanya segan. Dia masih merasa segan ketika kedapatan telah duduk berdua dengan adik dari bosnya.

" Bawa semua berkas-berkas penting ke dalam ruanganku." Ucap Ziko sambil lalu meninggalkan pria tersebut. Koko menganggukkan kepalanya cepat. Secepat kilat dia mengantarkan tumpukan berkas ke meja bosnya, dan meletakkannya diatas meja. Koko membalikkan badannya ingin meninggalkan ruangan tersebut.

" Ceritakan kepadaku, sejak kapan kamu berpacaran dengan adikku." Ucap Ziko ketus sambil tetap melihat berkas yang ada di depannya.

Koko memutar badannya untuk bisa menatap bosnya, walaupun hanya dengan tertunduk.

" Maaf bos, saya dan Zelin tidak berpacaran." Ucap Koko gugup.

" Jangan bohong." Ucap Ziko mengebrak meja.

" Eh copot copot copot." Ucap Koko latah.

" Tingkahmu saja sudah seperti banci, lebih baik kamu pergi menjauh dari kehidupan adikku." Ucap Ziko ketus.

" Baik bos, saya tidak akan mendekati Zelin lagi, kalau saya tau dia adik sekaligus pemilik dari perusahaan ini, pasti saya sudah mundur dari awal." Ucap Koko mantap. Walaupun ada rasa ketertarikan dengan Zelin, tapi untuk saat ini dia lebih memilih melupakan gadis tersebut. Biarlah pertemuan mereka menjadi kenangan indah di dalam benaknya.

Koko sudah meninggalkan ruangan bosnya. Tinggal Ziko yang masih duduk dengan semua kesibukannya. Kesibukan kerja yang telah beberapa hari tidak dia selesaikan.

Pintu bel rumah Zira berbunyi. Ada seorang wanita paruh baya yang berada di depan pagar rumahnya. Penjaga bertanya melalui tombol berbicara.

" Ada keperluan apa ibu ke sini?" Ucap penjaga dari balik pagar.

" Saya mau bertemu dengan pemilik rumah ini." Ucap Nyonya Amel cepat.

Penjaga tadi masuk ke dalam rumah dan membicarakan hal tersebut kepada orang kepercayaan Zira yaitu Ibu Nur.

" Pagi Bu, ada seseorang yang ingin bertemu dengan nona Zira." Ucap penjaga tadi.

" Siapa? Apa pria yang kemaren lagi?" Ucap Ibu Nur. Dia berpikiran kalau suami majikannya datang kembali ke rumah itu.

" Bukan Bu, ini seorang wanita paruh baya." Ucap penjaga tadi cepat. Ibu Nur memberitahukan hal ini kepada Zira. Kebetulan Zira ada di ruang makan sedang duduk dan mengobrol.

" Siapa itu Bu?" Ucap Zira cepat.

" Saya kurang tau mbak. Kata penjaga seorang wanita paruh baya." Ucap Ibu Nur menjelaskan.

" Baiklah perintahkan untuk masuk." Ucap Zira lagi.

" Tapi apa tidak sebaiknya mbak Zira melihat dulu ke layar monitor. Saya khawatir ada orang yang ingin berbuat jahat kepada anda." Ucap Ibu Nur khawatir.

Walaupun Zira tidak mempunyai musuh tapi lebih baik berjaga-jaga begitu pikiran Ibu Nur.

Zira memerintahkan Kevin untuk melihat orang yang berada di luar pagarnya. Kevin dan Ibu Nur melihat dari layar monitor yang berada di pos penjagaan. Kevin mengenali wanita tersebut. Dia memerintahkan penjaga untuk membukakan pintu pagar kepada wanita tersebut yaitu Nyonya Amel.

Nyonya Amel masuk kedalam pagar tersebut. Di dalam pagar dia di sambut oleh dua orang pria dan wanita. Yang wanita Nyonya Amel tidak mengenalnya, sedangkan yang pria dia sangat mengenal dekat dengan pria tersebut yaitu Kevin.

" Selamat pagi Nyonya besar." Ucap Kevin ramah. Nyonya Amel tidak begitu kaget ketika melihat Kevin berada di rumah itu. Nyonya Amel hanya menggunakan kepalanya tidak berbicara.

Ibu Nur membawa tamu majikannya memasuki rumah tersebut. Nyonya Amel di persilahkan untuk menunggu Zira di ruang tamu. Ibu Nur masuk untuk memanggil Zira. Kevin yang menemani Nyonya Amel.

" Apa kabarnya Nyonya?" Ucap Kevin ramah.

" Baik." Ucap Nyonya Amel cepat. Sambil melihat ruangan yang penuh dengan bunga segar.

Sepertinya Ziko sudah mulai mencari simpati istrinya.

Suasana hening tidak ada percakapan lagi. Kevin tidak ada bahan pembicaraan untuk mantan majikannya. Dari dalam ruangan lain keluar wanita cantik pemilik dari rumah tersebut. Nyonya Amel merasa aura yang di tampilkan dari wajah Zira sangat sedap untuk dipandang. Wajahnya terlihat bersih dan bercahaya, walaupun wajahnya ada sedikit pucat tapi tidak membuatnya kehilangan aura kecantikannya.

" Zira." Ucap Nyonya Amel langsung menghampiri Zira. Nyonya Amel mencium kening menantunya dan memeluk erat tubuhnya.

" Bagaimana keadaan kamu." Ucap Nyonya Amel menuntun menantunya untuk duduk di sofa. Zira melirik ke arah Kevin memberikan isyarat kepadanya untuk meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.

" Saya baik ma." Ucap Zira pelan.

Nyonya Amel menanyakan beberapa hal mengenai proses kehamilan menantunya. Dan menceritakan pengalamannya ketika sedang mengandung.

" Maaf mama kesini ada keperluan apa?" Ucap Zira cepat, karena dia tau tidak mungkin mertuanya datang hanya untuk menanyakan keadaannya atau menceritakan pengalamannya ketika mengandung.

" Zira mama datang kesini mau bersilaturahmi dengan kamu. Walaupun mama tau perlakuan anak mama telah menyakiti perasaanmu, tapi mama tidak ingin silaturahim kita terputus." Ucap Nyonya Amel pelan.

" Mama, kalau mama datang kesini hanya untuk bersilaturahmi pintu ini akan tetap terbuka untuk mama, tapi jika silaturahmi ini ada hubungannya dengan menyatukan kami kembali, maka semua akan sia-sia."

" Iya Zira. Memang mama kesini untuk bersilaturahmi sekaligus untuk menyatukan kembali rumah tangga kalian." Ucap Nyonya Amel lagi.

" Mama jangan buat aku marah. Sampai kapanpun aku tidak akan bersatu dengan Ziko." Ucap Zira tegas.

" Zira kamu tidak boleh seperti itu, di dalam perut kamu ada anak Ziko darahnya mengalir di sana." Ucap Nyonya Amel mencoba mengambil hati menantunya.

" Maaf ma, mengapa dia baru mengatakan sekarang, kenapa ma? Kenapa dia tidak mengungkapkan perasaannya kepadaku ketika aku belum mengandung." Ucap Zira sedikit emosi. Nyonya Amel mencoba menenangkan agar Zira tidak terbalut emosi. Karena emosi sangat berpengaruh pada janinnya.

" Zira ini semua salah mama, mungkin kalau kamu tidak mama ancam pasti kamu belum menikah dengan Ziko. Mama minta maaf atas kesalahan yang telah mama perbuat. Tidak seharusnya mama merusak kebahagiaanmu dengan ancaman pernikahan. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Terimalah maaf anak mama, walaupun berat tapi maafkanlah dia." Ucap Nyonya Amel pelan.

Zira terdiam hening. Memang ada benarnya, ketika Nyonya Amel mengancamnya, semua menjadi berubah. Dia terjebak dalam cintanya sendiri, cinta yang telah membuatnya sakit dan cinta itu yang ingin di hilangkannya.

Aku merasa sepi di tengah keramaian dan aku merasa sedih di tengah kegembiraan. Dan aku merasa takut di tengah keberanian. Semua itu selalu aku rasakan jika tidak ada kamu di dalam perut mama sayang.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."