Chapter 201 episode 201

Ziko mencoba mengingat di mana mereka dapat mencari informasi tentang tempat tinggal istrinya. Ziko menyalakan mesin mobil secara perlahan sambil menghubungi temannya yaitu dokter Diki.

Panggilan terhubung.

" Ya ko ada apa?" Ucap Dokter Diki dari ujung ponselnya.

" Biasanya kalo pada saat pasien mau rawat inap, apa mereka mencantumkan alamat mereka?" Ucap Ziko cepat.

" Ya, kenapa?" Ucap Dokter Diki cepat.

" Coba kamu cek di mana alamat tempat tinggal Zira." Ucap Ziko cepat.

" Baik, aku akan mengecek, nanti aku akan menghubungimu lagi." Ucap Dokter Diki sambil menutup panggilan tersebut.

Ziko masih melajukan mobilnya dengan perlahan. Dia masih menunggu kabar dari temannya. Dokter Diki langsung menghubungi bagian pendaftaran menanyakan perihal tentang pasien yang bernama Zira beserta alamat lengkapnya.

Setelah mendapatkan informasi tersebut, dokter Diki langsung menghubungi Ziko kembali.

" Ko, alamatnya di jalan Xy nomor. xx." Ucap Dokter Diki cepat.

" Terimakasih Ki." Ucap Ziko langsung menutup panggilannya dan segera meluncur ke jalan Xy.

Mereka sampai di jalan Xy kira-kira jam setengah delapan malam. Mereka memutari perumahan itu mencari nomor rumah yang tepat. Ziko berhenti pada satu rumah yang bertembok tinggi dan berpagar tinggi.

" Apa kakak yakin kalo kak Zira tinggal di sini?" Ucap Zelin ragu.

" Kita coba saja, ini alamat yang sesuai dengan ucapan Dokter Diki." Ucap Ziko turun dari mobil. Di ikuti Zelin yang juga ikut turun dari mobil.

Ziko memencet tombol bel yang ada di pinggir pagar. Ada suara seseorang yang terdengar dari speaker di sana.

" Cari siapa?" Ucap seorang pria dari dalam pagar.

" Saya mau bertemu Zira." Ucap Ziko sambil menekan tombol untuk berbicara.

Penjaga pagar masuk ke dalam rumah. Dan menyampaikan hal itu kepada Ibu Nur. Ibu Nur langsung menyampaikan kepada Zira.

Di luar pagar.

" Kak, sepertinya kakak ipar tidak tinggal di sini." Ucap Zelin ragu.

" Kakak yakin, kakak iparmu tinggal di dalam rumah ini, buktinya penjaga rumah tidak membantah atau mengusir kita dengan mengatakan tidak ada." Ucap Ziko yakin.

Di dalam rumah.

" Mbak Zira ada tamu?" Ucap Zira yang sedang berada di ruang keluarga.

" Siapa?" Ucap Zira kurang yakin. Karena dia tidak mempunyai banyak teman. Dan sebagian temannya hanya mengetahui kalo dia hanya tinggal di apartemen.

Ibu Nur mengangkat kedua bahunya memberikan isyarat tidak tahu. Zira dan Kevin saling pandang. Zira mengajak Kevin masuk ke dalam ruang kerjanya. Di ikuti Ibu Nur dari belakang. Dari sana dia bisa melihat layar monitor yang mengarah ke arah pagar. Zira kaget melihat suaminya ada di depan pagarnya.

" Apa yang di lakukan si ubi kayu di depan rumahku." Gerutu Zira.

Kevin tidak menjawab karena otaknya juga tidak bisa menjangkau sampai sana. Karena masih ingat peristiwa tadi siang ketika dia di pukul karena terjadi kesalahpahaman. Jadi, menurutnya tidak mungkin Ziko mau meminta maaf kepada Zira secepat itu.

" Ibu katakan kepadanya kalo aku tidak tinggal di rumah ini." Ucap Zira cepat.

Ibu Nur memencet tombol yang ada di dekat layar.

" Mbak Zira tidak tinggal di sini." Ucap Ibu Nur sambil menekan tombol untuk berbicara.

Ziko dan Zelin yang berada di luar saling pandang. Ziko langsung menekan tombol tersebut dan berbicara lagi.

" Aku tau Zira ada di dalam, ijinkan aku bertemu dengannya." Ucap Ziko cepat.

Ibu Nur memandang majikannya lagi. Dia masih menunggu instruksi selanjutnya.

" Nona sepertinya tuan muda mendapatkan alamat anda dari pihak rumah sakit. Ada baiknya anda menemuinya." Ucap Kevin cepat.

" Apa kamu bilang? Aku harus menemuinya, apa kamu tidak ingat hinaan yang baru saja di ucapkannya siang tadi." Ucap Zira emosi.

Kevin tidak berani berkata-kata lagi. Dia takut salah berbicara, jika dia salah berbicara maka dirinya yang akan di salahkan.

" Katakan kepadanya. Kalo aku tidak mau menemuinya." Ucap Zira memerintahkan Ibu Nur.

Ibu Nur mengatakan hal yang sama melalui tombol berbicara. Ziko masih tidak putus asa. Dia terus merayu agar bisa bertemu dengan Istrinya. Zelin menggeser tubuh kakaknya. Dia mengambil alih tombol bicara tersebut.

" Halo kakak ipar?" Ucap Zelin sambil melambaikan tangannya ke arah kamera.

" Kakak, apa kabarnya?" Ucap Zelin basa-basi.

Ziko langsung menjewer kuping adiknya.

" Kamu mau ngapain basa-basi seperti itu. Bicara aja ke intinya." Gerutu Ziko.

" Aih kakak ini, aku kan tidak ada masalah dengan kakak ipar, yang ada masalahkan kakak." Ucap Zelin cepat.

Dari layar Zira bisa melihat pertengkaran kecil antara kakak adik itu.

" Kakak sayang, jawab dong. Kakak apa kabarnya?" Ucap Zelin masih di depan monitor.

Ziko hanya bisa mengacak-acak rambutnya. Dia berpikir dengan membawa adiknya, maka ada jalan untuknya bertemu lagi dengan istrinya.

" Kakak baik sayang." Ucap Zira dari dalam rumah.

Zelin membanggakan dirinya kedepan kakaknya karena bisa membuat kakak iparnya bisa berbicara kepadanya. Ziko langsung menggeser badannya adiknya dan menekan tombol berbicara lagi.

" Zira ijinkan aku berbicara denganmu secara langsung." Ucap Ziko memohon.

Zira tidak menjawab permohonan suaminya. Dia merasa benci kepada suaminya.

" Aku mohon Zira. Ijinkan aku berbicara denganmu. Aku mohon dengan sangat." Ucap Ziko lagi memohon.

Zelin menarik tangan kakaknya dan membicarakan sesuatu kepadanya. Zira memperhatikannya dari layar monitor.

" Ucapkan permintaan maaf kakak kepada kakak ipar. Jangan hanya mau ngomong mau ngomong, kakak kan juga sedang ngomong dengan kakak ipar." Ucap Zelin sedikit emosi.

Apa yang di ucapkan adiknya benar. Dia memang sedang berbicara kepada istrinya walaupun ada pembatas tapi mereka tetap bisa berkomunikasi. Ziko memencet tombol berbicara lagi.

" Zira, maafkan aku. Aku tau kalau aku telah menyakiti perasaanmu. Aku tau kalau aku bersalah. Tidak pantas aku mendapatkan maaf darimu setelah penghinaan yang telah aku ucapkan berulang-ulang kepadamu."

Ziko terdiam sejenak untuk menyambung kalimat selanjutnya.

" Aku ingin menebus semua kesalahanku kepadamu. Maafkan aku Zira. Karena keegoisanku, aku tidak mengetahui tentang perasaanku kepadamu. Tapi sekarang aku sadar kalau aku sangat mencintaimu." Ucap Ziko pelan sambil tertunduk.

Hati Zira terenyuh mendengar itu. Tapi dia masih belum bisa memafkan perbuatan suaminya.

" Tidak segampang itu bagimu untuk meminta maaf kepadaku, Setelah hinaan yang engkau lontarkan." Ucap Zira ketus.

" Zira aku menyesal, aku tidak tau kalau kamu telah mengandung, jangan siksa aku seperti ini." Ucap Ziko lagi.

" Kamu mencintaiku karena ada janin di dalam perutku. Kalau aku mandul apa kamu masih mencintaiku." Ucap Zira cepat.

" Zira, jangan beri pertanyaan seperti itu. Aku mencintaimu sekarang, dan yang kemaren telah menjadi masa laluku." Ucap Ziko lagi.

" Semua sudah jelas, kamu hanya mencintai janin ini tidak mencintaiku." Ucap Zira cepat.

" Tidak Zira, bukan seperti itu. Aku mencintaimu, tapi aku tidak tau akan artinya cinta. Cinta itu sebenarnya sudah ada dan aku baru menyadarinya." Ucap Ziko lagi dari luar pagar.

" Terserah kamu mau mengatakan apa tentang perasaanmu kepadaku. Yang jelas cintaku kepadamu sudah hilang ketika kamu menghinaku. Cintaku kepadamu telah berubah menjadi kebencian." Ucap Zira cepat.

Ziko diam. Rasa cinta istrinya telah berubah menjadi kebencian dan semua karena ulahnya dan karena keegoisannya.

" Zelin pulanglah. Jangan libatkan dirimu dengan masalah kami. Kakak menyayangimu." Ucap Zira sambil mencabut kabel layar monitor.

Ziko teriak- teriak di luar sambil memukul dan menendang pagar. Ziko terus menyebutkan nama istrinya.

" Kakak pulanglah. Tidak baik kalau di lihat orang."

" Zira, aku mencintaimu." Teriak Ziko sambil menggedor-gedor pagar.

" Kakak jangan seperti anak kecil. Masih ada hari esok. Besok kakak bisa memikirkan cara untuk menemui kak Zira." Ucap Zelin cepat.

Zelin kesal karena kakaknya tidak mau bergerak, masih terus memukul dan menendang pagar. Di dalam benaknya dia berpikir.

Cinta memang sulit di artikan. Cinta datang dan pergi sesuka hati. Tapi cinta sejati tidak akan pernah pergi dari sisinya. Cinta sejati akan mencari cinta sebenarnya.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya terimakasih."