Chapter 200 episode 200

Ziko membawa adiknya ke Zira boutique. Mobil parkir tidak jauh dari butik.

" Kak kenapa kita turun di sini?" Ucap Zelin bingung.

" Coba kamu lihat di dalam butik ada tidak kakak kamu di sana?" Ucap Ziko memerintahkan adiknya.

" Baik, kak." Zelin dari mobil pergi menemui karyawan di sana. Setelah berbasa-basi dengan karyawan, dia keluar dari butik sambil membawa tentengan. Dan kembali masuk ke dalam mobil kakaknya.

" Enggak ada, kata karyawannya, kak Zira sudah tidak datang selama beberapa minggu." Ucap Zelin sambil membuka tentengan yang berbentuk paper bag. Di dalam paper bag itu ada sebuah baju hasil rancangan kakak iparnya.

" Dari mana kamu mendapatkan itu?" Ucap Ziko sambil memperhatikan adiknya yang sedang memegang baju tersebut.

" Ya belilah, gimana bagus enggak?" Ucap Zelin menunjukkan baju tersebut kepada kakaknya.

Ziko menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya dengan tingkah adiknya.

" Di saat serius seperti ini masih sempat-sempatnya kamu membeli baju." Gerutu Ziko sambil menoyor kepala adiknya.

" Hehehe, habisnya bagus kak, nanti aku enggak kebagian." Ucap Zelin asal.

Ziko memikirkan tempat lain untuk menemukan istrinya. Dia mengendarai mobilnya menuju apartemen. Dan langsung parkir di depan loby apartemen.

" Cepat turun." Ucap Ziko kepada adiknya.

" Ini di mana?" Ucap Zelin heran.

" Ayo turun kita mau menemui kakak iparmu di apartemennya." Ucap Ziko cepat sambil turun dari mobil.

Zelin tidak turun dia masih berada di dalam mobil. Dia membuka pintu kaca mobil, dan sedikit berteriak memanggil kakaknya. Karena Ziko sudah berjalan mau masuk ke dalam loby.

" Kakak sini?" Teriak Zelin dari dalam mobil sambil melambaikan tangannya. Ziko kembali mendekati adiknya yang masih ada di dalam mobil.

" Apalagi sih?" Ucap Ziko kesal.

" Kak Zira enggak ada di sini." Ucap Zelin cepat.

" Dari mana kamu tau." Ucap Ziko mengernyitkan dahinya.

Zelin menceritakan kalau mamanya telah mengirim orang-orang mereka untuk mengintai apartemen Zira. Dan dia juga menceritakan tentang plat mobil yang ada inisial nama orang.

" Berapa nomor polisinya." Ucap Ziko penasaran.

Zelin mencoba mengingat-ingat nomor plat tersebut. Ziko sudah memutari mobil dan duduk kembali di belakang setir mobil.

" Ayo berapa nomor polisinya." Ucap Ziko tidak sabar.

" Kalo tidak salah nomor platnya MH 3 SA. Ya itu MH 3 SA." Ucap Zelin yakin.

Ziko mencoba menyambungkan huruf yang satu dengan yang lainnya.

" Jadi pada saat orang-orang papa mengintai, ada mobil yang bernomor polisi MH 3 SA. Dari mobil itu keluar beberapa orang yang menggunakan pakaian pelayan. Mereka kembali masuk satu persatu dengan membawa koper dan lainnya seperti mau pindahan." Ucap Zelin menceritakan.

" Terus apa?" Ucap Ziko masih penasaran.

" Ya pada saat orang-orang papa mau mendekati mobil tersebut. Mobil itu langsung tancap gas. Dan orang-orang papa kehilangan jejaknya. Hanya nomor itu yang dapat mereka simpan." Ucap Adeknya menjelaskan.

Ziko masih mencoba menyatukan huruf demi huruf.

" Mahesa. Ya itu Mahesa, Mahesa adalah nama kakek Zira." Ucap Ziko yakin.

" Ya betul kata mama Mahesa. Tapi mama dan papa masih belum menemukan keterikatan antara Mahesa dengan kakak ipar." Ucap Zelin lagi.

Ziko frustasi dia memukul berkali-kali setir mobilnya. Karena otaknya buntu tidak bisa mencari keberadaan Istrinya.

" Kakak tenanglah. Pasti kita bisa menemukan keberadaan kak Zira. Coba kita kembali ke rumah. Soalnya tadi aku ada dengar mama dan papa hari ini pergi ke bagian pertanahan mereka mau mengecek rumah atas nama Mahesa." Ucap Zelin menenangkan kakaknya. Ziko tidak menyalakan mesin mobilnya, dia masih berdiam di belakang setir mobilnya. Jadi Zelin berinisiatif untuk menghubungi orang tuanya.

" Aku akan menghubungi mama dulu ya, mana tau mama sudah dapat informasinya." Ucap Zelin sambil menghubungi mamanya.

Panggilan terhubung.

" Halo mama? Ma bagaimana dengan pencarian mama dan papa di bagian pertanahan." Ucap Zelin langsung to the poin.

Zelin tidak dapat jawaban dari mamanya tapi malah dapat semprotan dari orang tuanya. Zelin menjauhkan ponselnya dari telinganya.

" Kenapa?" Ucap Ziko heran.

" Ini mama malah jadi raper, katanya urusi saja kuliahmu." Ucap Zelin mengadu pada kakaknya.

Ziko menarik ponsel adiknya.

" Ma, ini Ziko. Bagaimana hasil pencarian mama? Apa sudah mendapatkan informasi dari bagian pertanahan?" Ucap Ziko cepat.

Mamanya agak heran ketika anak sulungnya ikut menanyakan hal yang sama dengan anak bungsunya. Ziko menceritakan semuanya kepada mamanya tentang dia mau membatalkan perceraian itu. Nyonya Amel merasa senang mendengar cerita anaknya. Nyonya Amel tidak menanyakan perihal tentang sebab anaknya bisa berubah secepat itu. Menurutnya anaknya sudah mau berjuang untuk rumah tangganya merupakan hal yang patut di syukuri.

" Mama sudah mendapatkan informasi mengenai rumah atas tuan Mahesa. Tapi hampir semua rumah atas nama Mahesa. Seperti properti juga nama Mahesa. Jadi mama sama papa lagi mencari alamat yang cocok untuk Zira tempati." Ucap Nyonya Amel dari ujung ponselnya.

Ziko terdiam, di benaknya ternyata mencari keberadaan istrinya sendiri sangat sulit.

" Ko, apa kamu tau hubungan antara tuan Mahesa dengan Zira?" Nyonya Amel menanyakan kepada anaknya karena mereka juga belum mengerti hubungan antara Zira dengan tuan Mahesa. Mereka masih mengait-ngaitkan kalo Zira adalah cucu dari orang nomor satu di kota itu. Tapi mereka masih kurang yakin.

" Zira adalah cucu dari Eyang Mahesa." Ucap Ziko cepat. Zelin sampai kaget begitupun dengan mamanya di sana.

" Serius kamu Ko?" Ucap Nyonya Amel tidak percaya. Ziko menceritakan tentang kecurigaan dia kepada istrinya. Dari tidak bisa bahasa Inggris awalnya, kemudian tiba-tiba bisa bahasa Perancis. Dan bisa bahasa Jepang semua di ceritakannya. Dan dia juga menceritakan awal mula dia mengetahui kalo Istrinya orang hebat, ketika dia ingin membeli saham properti perumahan yang mana pemiliknya adalah Zira.

" Ko, bagaimana kamu meyakinkan Zira agar mau membatalkan gugatannya." Ucap Nyonya Amel ragu, menurutnya Zira tidak akan cepat luluh ketika mereka tau kalau menantunya adalah orang terpandang.

" Serahkan semuanya sama Iko ma. Mama pasti akan terkejut kalo mendengar berita satu lagi." Ucap Ziko cepat.

" Apa itu Ko?" Ucap Nyonya Amel penasaran.

" Zira hamil ma?" Ucap Ziko menangis mengadu kepada mamanya.

Zelin langsung menoleh cepat ke arah kakaknya. Dia kaget mendengar ucapan kakaknya. Begitupun mamanya.

Namanya berteriak histeris, dan ikutan menangis sejadi-jadinya. Mereka merasa bersalah terhadap menantunya. Yang lebih merasa bersalah adalah Ziko. Dia merasa terpuruk membayangkan siksaan yang di berikannya kepada istrinya.

" Jemput istrimu nak. Jangan sia-siakan dia. Ada darah kami yang mengalir di dalam perut istrimu." Ucap Nyonya Amel sambil berlinang air mata.

" Iya ma, aku akan menjemput Zira dan calon anak kami." Ucap Ziko sambil menghapus air matanya.

Panggilan terputus. Kedua orang yang berkomunikasi melalui ponsel sama-sama menangis, sama-sama tidak bisa membayangkan penderitaan Zira.

" Kakak, jangan bersedih. Aku tau kakak merasa bersalah atas hal ini. Tapi jadikan ini sebagai pembelajaran buat kakak." Ucap Zelin pelan sambil menutup mulutnya. Zelin tidak menyangka dengan ucapannya yang bisa keluar dengan bijak. Ziko memandang Zelin sambil mengacak rambut adiknya. Dia merasa adiknya benar. Jadikan semua pembelajaran bukan jadikan ajang saling mengalahkan. Semua mengalami namanya problematika hidup. Ada yang bertahan dan ada yang berjuang. Semuanya tergantung dari pribadi masing-masing. Tapi Ziko akan berjuang untuk menghadapi problematika rumah tangganya dan berjuang untuk membahagiakan orang terkasihnya yaitu Zira.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya terimakasih."