Chapter 202 episode 202

Di dalam rumah Zira menangis kembali. Setelah pengakuan mengenai perasaan yang di lontarkan suaminya, perasaannya semakin sakit. Sakit karena mengetahui kalau Ziko mencintainya bertepatan dengan adanya janin di dalam perutnya.

" Aku ingin menggugurkan kandungan ini." Ucap Zira teriak histeris.

" Nona apa yang anda lakukan. Janin yang ada di dalam perut anda tidak bersalah. Jangan hukum dia dengan permasalahan kalian berdua. Biarkan dia lahir seperti yang di kehendaki Tuhan." Ucap Kevin menenangkan Zira.

Zira masih menangis tersedu-sedu. Kehadiran Ziko ke rumahnya bukan membuat hatinya senang, karena telah mengungkapkan perasaannya. Tapi kehadirannya malah menghancurkan hatinya kembali. Di dalam benaknya suaminya hanya mencintai dirinya karena ada janin di dalam perut.

" Jangan membuat dosa besar dengan mengugurkan kandungan anda. Seharusnya anda berbangga hati karena apa yang di tuduhkan tuan muda kepada anda semua salah. Buktinya anda sedang mengandung anaknya." Ucap Kevin lagi.

" Benar mbak Zira. Jaga dan rawat janin ini. Tuhan mengirimkan malaikat kecil ini ke dalam perut anda mungkin ada hikmah di dalamnya." Ucap Ibu Nur.

Hikmahnya mungkin dengan Zira mengandung, mereka bisa bersatu kembali seperti layaknya pasangan suami istri yang lain.

Walaupun kebencian itu sudah menggerogoti rasa cintanya. Tapi dia tidak menyesal karena telah pernah mencintai suaminya. Pelan-pelan dia yakin rasa cintanya akan hilang seiring jalannya waktu.

" Kakak ayo kita pulang, mau sampai jam berapa kakak di sini?" Gerutu Zelin.

Ziko masih memukul dan berteriak kencang. Penjaga yang berada di dalam merasa berisik dengan suara yang di timbulkan dari Ziko. Penjaga membuka sebagian pagar.

" Cepat kamu pulang dari sini!" Ucap penjaga itu berteriak.

Ziko memohon kepada pria tersebut.

" Izinkan saya bertemu dengan isteri saya." Ucap Ziko memohon.

" Kamu kan sudah dengar kalo nona tidak mau bertemu dengan anda." Ucap pria tersebut.

Zelin ikut membujuk pria tersebut.

" Izinkan kakak saya ya pak." Ucap Zelin cepat. Zelin mengedipkan mata ke arah kakaknya. Ziko mengerti arti kode yang di berikan adiknya. Pria itu sibuk menjawab semua rayuan Zelin. Ketika pria itu lengah Ziko langsung berlari masuk ke dalam pagar.

" Hey kamu, cepat Keluar." Ucap pria yang berada di luar mengejar Ziko. Penjaga yang lain sibuk mengejar Ziko. Mereka kewalahan untuk mengejar karena perut buncit menjadi penghalang yang membuat mereka susah bergerak dengan bebas.

Ziko sudah masuk ke dalam rumah. Dia berteriak memanggil nama Zira.

" Zira, Zira." Teriak Ziko sambil memasuki semua ruangan. Penjaga masih mengikuti Ziko dari belakang.

Dari ruang kerja terdengar ada suara kebisingan dari lantai bawah. Ibu Nur pamit pergi keluar melihat apa yang terjadi. Di lantai bawah dia melihat Ziko masih lari kesana kemari mencari istrinya.

" Apa yang terjadi di lantai bawah?" Ucap Zira penasaran sambil ikut turun ke lantai bawah bersama Kevin.

Zira berhenti di anak tangga, dia kaget melihat suaminya sudah masuk ke dalam rumahnya. Ziko melihat ada sosok Istrinya yang berdiri di ujung atas anak tangga. Ziko berhenti ketika melihat sosok Istrinya. Penjaga langsung memegang kedua tangannya. Dan menendang bagian belakang lututnya, sehingga Ziko berlutut di lantai.

" Zira, maafkan aku." Ucap Ziko dengan posisi berlutut dan tangan di pegang ke arah belakang.

Melihat seperti itu Zira tidak tega. Perlakuan yang di berikan penjaga kepada suaminya sangatlah tidak pantas. Perlakuan seperti itu hanya bisa di berikan kepada seorang penjahat.

" Lepaskan." Ucap Zira cepat.

Ziko langsung berdiri dan berlari menaiki beberapa anak tangga. Ketika dia mau menaiki anak tangga yang lainnya, kedua pergelangan tangannya sudah di pegang lagi oleh penjaga.

Posisi Zira dan Ziko hanya beberapa anak tangga saja. Ziko berontak dari genggaman dua pria di sampingnya. Semakin Ziko memberontak semakin keras genggaman dua pria tersebut.

" Zira izinkan aku berbicara denganmu." Ucap Ziko memohon.

Zira tidak menjawab dia hanya memandang jauh ke arah lain. Dari luar ada seseorang yang masuk ke dalam rumah tersebut.

" Kak Ziko?" Ucap Zelin cepat sambil berlari ke arah kakaknya. Zelin memukul lengan pria yang memegang tangan kakaknya.

" Kak Zira, aku mohon perintahkan kepada dua pria ini untuk melepaskan kak Ziko." Ucap Zelin memohon.

Zira melambaikan tangannya kepada dua pria tersebut. Dua pria tersebut langsung melepaskan genggamannya. Ziko memegang pergelangan tangannya.

" Zira izinkan aku berbicara empat mata denganmu." Ucap Ziko memohon.

" Pulanglah, jangan habiskan waktumu dengan mengemis seperti itu. Keputusanku tetap sama yaitu cerai." Ucap Zira cepat sambil memutar badannya naik ke anak tangga lainnya.

" Zira apa kamu tidak memberikan kesempatan kepadaku untuk menebus semua kesalahanku." Ucap Ziko masih memohon.

Zira membalikkan badannya lagi dan melihat kembali ke arah suaminya.

" Kesempatan kamu bilang. Kenapa kamu baru mengatakannya sekarang, kenapa kamu tidak mengatakan pada saat malam anniversary kita. Kenapa?" Ucap Zira penuh emosi.

Pada saat anniversary, Zira ingin suaminya mengatakan tentang kesempatan kedua untuk rumah tangganya. Walaupun suaminya pada saat itu mengatakan belum mempunyai perasaan kepada dirinya, tapi dia ingin Ziko berusaha dengan rumah tangganya. Bukan dengan perkataan pisah.

" Aku tau semua salahku. Semua karena keegoisanku, tapi belum ada kata terlambat untuk kita memulainya kembali." Ucap Ziko dengan intonasi yang pelan.

" Bagimu mungkin belum ada kata terlambat tapi bagiku semua sudah terlambat." Ucap Zira ketus.

Apapun yang di ucapkan Zira tentang hubungan mereka, dia tetap akan berjuang mempertahankan rumah tangganya. Zira melambaikan tangannya kepada penjaga, untuk membawa Ziko keluar dari rumah itu.

" Lepaskan." Ucap Ziko memberontak.

Penjaga sudah menarik tangan Ziko dan membawanya keluar rumah tersebut. Zelin berlari menaiki anak tangga mengejar kakak iparnya yang sudah tidak terlihat lagi dari bawah.

Ibu Nur dan pelayan lainnya berusaha untuk mengejar Zelin. Di lantai atas dia melihat kakak iparnya mau memasuki sebuah ruangan, dan Zelin tidak tau ruangan apa itu.

" Kakak ipar." Ucap Zelin dengan nafas yang ngos-ngosan.

Zira membalikan badannya, melihat gadis cantik yang telah berdiri kurang lebih 20 meter dari tempatnya. Ibu Nur dan pelayan yang lain ingin menarik tangan Zelin tapi di tahan oleh Kevin.

" Kakak izinkan aku memelukmu." Ucap Zelin pelan. Zira menganggukkan kepalanya. Zelin berlari dan memeluk kakak iparnya. Kedepannya dia tidak tau mengenai pernikahan keduanya. Yang jelas di dalam benaknya Zelin, jika hubungan pernikahan kakaknya harus berakhir maka berakhirlah dengan damai, tanpa ada permusuhan.

" Kakak, mungkin aku hanya bisa memelukmu hari ini saja, besok-besok pasti akan sulit untuk menemuimu." Ucap Zelin memeluk erat kakak iparnya.

" Pulanglah, katakan kepada kakakmu berbesar hatilah menghadapi ini semua, seperti kakak telah berbesar hati menerima penghinaan darinya." Ucap Zira cepat.

" Kakak, apakah kakak tidak memaafkan kak Ziko?" Ucap Zelin masih di dalam pelukan kakak iparnya.

Zira diam, dia tidak berkata-kata apakah dia bisa memaafkan atau tidak.

" Perlakuan yang di berikan kakakmu sangat sulit untuk di lupakan, semua masih menjadi kenangan buruk buat kakak." Ucap Zira pelan.

Zira yakin masalahnya akan cepat selesai, baik selesai di meja hijau atau yang lainnya. Menurutnya untuk sekarang dia lebih memilih menenangkan hatinya yang bergejolak. Bergejolak karena amarah, bergejolak karena benci dan bergejolak karena sakit hati. Karena jika soal hati yang berbicara akan sulit untuk di lupakan, karena hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia.

" Like, komen dan Vote yang banyak terimakasih."