Chapter 184 episode 184

Pesawat terbang yang menerbangkan Kevin dan penumpang lainnya sudah landing dengan sempurna. Para penumpang beranjak dari kursinya setelah ada perintah dari pramugari dan pramugara. Semua penumpang menunggu kopernya di ban berjalan. Tapi tidak dengan Kevin, dia tidak membawa koper, dia hanya memabawa satu ransel yang ada di punggungnya. Di dalam ransel itu berisi pakaian ganti dan peralatan lainnya yang di butuhkannya selama di kota itu.

Kevin yang biasanya mengenakan setelan jas, sekarang dia lebih mengenakan pakaian kasual. Tapi tidak membuat kegantengannya memudar. Dengan penampilan seperti itu dia terlihat jauh lebih muda dan lebih bergaya.

Kevin memesan taksi yang ada di sekitar bandara dan memberikan sebuah alamat kepada supir taksi tersebut. Soal daya tangkap dan daya ingatnya memang kuat tak heran jika dia di jadikan orang kepercayaan Raharsya group.

Supir taksi membawa penumpangnya menuju alamat tujuannya. Setelah beberapa kali mendapatkan traffic light mereka sampai di sebuah perumahan. Kevin meminta sang supir untuk memutari semua perumahan itu. Agar dia bisa melihat dengan jelas rumah temannya Zira.

" Berhenti di depan pak." Ucap Kevin memerintahkan Pak supir. Mobil berhenti di depan, seperti yang di minta penumpangnya. Kevin memberikan beberapa lembar uang kepada Pak supir dan tidak lupa mengucapkan terimakasih.

Kevin mengetuk pintu rumah Novi secara berulang tapi tidak ada sahutan atau tanda-tanda ada orang di dalamnya. Kevin duduk di kursi teras. Dia akan menunggu di depan sampai pemilik rumahnya datang. Karena menurutnya cuma pemilik rumah yang bisa di mintai informasi mengenai keberadaan Zira.

Hampir satu jam Kevin menunggu tapi belum juga ada yang datang. Tapi dia tidak putus semangat, dengan sabar dia masih menunggu. Setelah beberapa menit ada taksi yang berhenti di depan. Ada dua orang wanita yang keluar dari taksi itu dan seorang anak kecil. Wajah dua wanita itu di kenalnya yang satu adalah pemilik rumah dan yang satu lagi majikannya yaitu Zira.

Zira kaget melihat asisten Kevin sudah sampai di depan rumah temannya. Zira menunjukkan wajah kesalnya.

" Dari jam berapa di sini?" Ucap Novi.

" Barusan." Ucap Kevin ramah.

" Mari masuk." Ucap Novi mempersilakan tamunya untuk masuk sambil membuka pintu rumahnya.

" Terimakasih saya di sini saja." Ucap Kevin lagi.

Novi tidak memaksa, dia pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman. Kevin senang melihat majikannya dalam keadaan sehat, walaupun wajahnya Zira sedikit pucat tapi dia bisa bernafas lega karena majikannya tidak melakukan hal-hal yang merugikan.

" Nona anda apa kabar?" Ucap Kevin menyapa majikannya yang akan masuk ke dalam rumah.

" Hemmmmm." Zira bersikap jutek karena di pikirannya pasti yang menyuruh asisten Kevin datang ke rumah Novi adalah suaminya.

" Nona saya mau bicara?" Ucap Kevin agar majikannya tidak meninggalkannya sendirian di teras.

" Tidak perlu bicara lagi, bilang saja sama manusia es itu, perceraian tetap berlanjut." Ucap Zira jutek.

" Nona saya kesini bukan atas perintah dari tuan muda tapi atas kemauan saya sendiri." Ucap Kevin pelan.

" Apa maksud kamu? Apa kamu mau membohongiku dengan berkata seperti itu dan ini adalah rencana kamu agar menyatukan kami kembali, benar kan!" Ucap Zira kesal.

Novi keluar dengan membawa secangkir teh, meletakkannya di atas meja teras.

" Silahkan di minum?" Ucap Novi mempersilakan tamunya untuk minum. Kevin menganggukkan kepalanya dan mengucapkan terimakasih.

Novi membisikkan sesuatu ketelinga temannya.

" Kamu sedang hamil jangan terlalu emosi, karena akan mempengaruhi perkembangan janin yang ada di dalam. Dengarkan saja dulu maksud kedatangannya untuk apa." Ucap Novi berbisik sambil meninggalkan mereka berdua di depan.

Zira baru tersadar kalo dirinya sedang hamil. Bawaan hormon ibu hamil membuatnya tidak bisa mengontrol emosinya. Zira duduk di sebelah asisten Kevin.

" Untuk apa kamu kesini?" Ucap Zira sambil menatap kedepan.

" Saya hanya mau melihat keadaan anda nona?" Ucap Kevin pelan.

" Kamu sudah lihat keadaan saya baik-baik saja kan." Ucap Zira masih ketus.

Kevin menganggukkan kepalanya tetap tersenyum.

" Bilang kepada manusia es itu, perceraian akan tetap berlanjut." Ucap Zira ketus.

" Maaf nona, kenapa bukan anda yang memberitahukannya sendiri." Ucap Kevin pelan.

Zira menoleh dan menatap tajam ke arah Kevin.

" Apa maksudmu? Ini bukan akal-akalan kamu saja agar aku berkomunikasi dengannya kan?" Ucap Zira lagi ketus.

" Tidak nona, saya sudah keluar dari Raharsya group." Ucap Kevin pelan sambil memandang jauh kedepannya.

Zira menatap Kevin dengan membelalakkan matanya. Karena setau dia, Kevin adalah orang kepercayaan dan selalu setia mendampingi suaminya.

" Kamu jangan bohong?" Ucap Zira lagi penasaran.

Kevin menggelengkan kepalanya dan menceritakan semuanya. Tentang mereka bertengkar dan berdebat semua di ceritakannya.

" Kenapa kamu harus bertindak bodoh seperti ini? Untuk apa kamu memberi pembelaan terhadap diriku." Gerutu Zira. Dia merasa Kevin bertindak di luar batas, karena Kevin adalah orang luar tapi mau mengorbankan karirnya dan masa depannya.

" Maaf nona saya bukan memberikan pembelaan kepada anda tapi saya berdiri kepada kebenaran." Ucap Kevin tegas.

Zira merasa kesetiaan Kevin pudar karena dirinya. Dia merasa bersalah atas semuanya.

Zira bangkit dari kursinya dan berdiri.

" Maafkan aku karena telah merusak persahabatan kalian. Semua rusak karena kehadiranku." Ucap Zira menyesali.

" Cukup nona sampai kapan anda selalu mengalah seperti ini dan selalu menyalahkan diri anda. Anda tidak salah yang salah adalah tuan muda." Ucap Kevin cepat sambil memperhatikan Zira yang sedang memegang kepalanya.

Zira tidak berkata-kata lagi. Pandangannya sudah menghitam dan nafasnya sudah tidak teratur. Dalam sekejap dia pingsan, Kevin langsung menangkap tubuh Zira dan mengangkatnya ke dalam.

" Tolong." Ucap Kevin sambil menggendong tubuh majikannya.

Novi kaget melihat tubuh temannya sudah terkulai pingsan. Dia langsung memerintahkan Kevin untuk meletakkan Zira di atas kasur. Novi memberikan minyak kayu putih ke bawah hidung temannya. Dalam sekejap Zira bisa membuka matanya walaupun masih agak kabur.

" Aku kenapa?" Ucap Zira yang melihat dirinya sudah berada di dalam kamar.

" Kamu pingsan." Ucap Novi.

" Kenapa aku bisa pingsan?" Ucap Zira heran, karena biasanya dirinya kuat tapi hari ini kakinya sangat lemas.

" Kamu lupa apa yang dokter katakan tadi." Ucap Novi mengingatkan. Kevin mendengarkan percakapan dua orang di depannya.

" Maaf anda sakit apa nona?" Ucap Kevin khawatir.

Zira meletakkan jari telunjuknya ke mulutnya memberi isyarat kepada temannya agar tidak mengatakan hal sebenarnya. Novi melihat isyarat itu, tapi dia tidak mau menutupi karena menurutnya kehadiran seorang bayi dalam perut seseorang bukan sebuah masalah tapi sebuah anugerah.

" Bukan sakit tapi hamil." Ucap Novi tersenyum. Kevin membelalakkan matanya tidak percaya dan Zira hanya bisa melotot kepada temannya karena tidak bisa di ajak bekerjasama dalam menutupi kehamilannya.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."