Chapter 183 episode 183

Zira mengecek hasil urinnya dengan tespek. Zira menunggu hasilnya keluar. Tidak beberapa lama muncul garis merah. Zira keluar dari kamar mandi membawa hasil itu dan menunjukkan ke Novi.

" Bagaimana hasilnya?" Ucap Novi sambil mengambil tespek. Novi melihat ada dua garis merah tapi yang satu tidak terlalu jelas.

" Kamu hamil Ra!" Ucap Novi antusias.

" Hamil? Tapi aku baca disitu garis dua berwarna merah, dan ini garis yang satu kurang jelas." Ucap Zira sambil menunjuk ke arah tespek.

" Kalo menurutku kamu hamil, tapi untuk mengetahuinya besok kita periksa lagi ke dokter."

Zira tertunduk lemas, dia tidak bisa membayangkan kedepannya.

" Bagaimana kalo aku beneran hamil?" Ucap Zira cemas.

" Kan bagus kalo kamu hamil, kamu tinggal memberitahukan hal ini kepada suami kamu." Ucap Novi cepat.

" Enggak aku enggak mau, sudah cukup dia menghinaku." Teriak Zira menangis kembali.

Novi memeluk temannya. Sebagai teman dan sebagai sesama wanita dia mengerti akan perasaan seorang wanita yang telah di hina dan terluka akan sulit untuknya menerima keadaan untuk kembali normal.

" Kita istirahat saja dulu, besok kita pergi ke dokter untuk melihat rencana selanjutnya." Ucap Novi menuntut temannya masuk ke dalam kamar.

Mata Zira susah untuk terpejam, ketika matanya terpejam ingatannya tentang kejadian pada saat dinner membuatnya sulit untuk tidur. Novi menemani temannya sampai benar-benar tidur. Novi memijat dan mengelus rambut temannya agar dapat memejamkan matanya. Beberapa menit kemudian Zira tertidur. Dan Novi bisa kembali ke kamarnya untuk beristirahat.

Pagi yang cerah sang mentari menyambut datangnya pagi. Suara ayam berkokok bersahut-sahutan menyambung datangnya pagi. Kegiatan pagi hari di rumah Novi sangat sibuk. Novi harus bangun pagi menyiapkan sarapan pagi untuk keluarganya dan memandikan si kecil untuk berangkat sekolah. Zira belum terbangun dari tidurnya, dan Novi membiarkannya saja.

Novi membereskan semua keperluan keluarganya, setelah keperluannya siap sedia. Suaminya pergi berangkat kerja beserta dengan si kecil. Setiap pagi rutinitasnya seperti itu. Pada pagi hari yang mengantarkan si kecil ke sekolah suaminya dan yang menjemput si kecil adalah Novi. Mereka berbagi tugas dalam menjaga dan merawat si kecil. Novi membersihkan rumahnya sendiri, tanpa bantuan seorang pembantu.

Zira keluar dari kamarnya, dengan mata yang sembab. Zira duduk di kursi makan, Novi menghidangkan teh panas untuk temannya.

" Minumlah ini untuk menghangatkan tubuhmu." Ucap Novi meletakkan segelas teh ke depan temannya.

Zira meminum teh nya perlahan-lahan.

Novi langsung menyiapkan sarapan pagi untuk temannya.

" Kamu cepat sarapan, hari ini kita akan ke dokter. Aku mau bersiap-siap dulu." Ucap Novi meninggalkan Zira di meja makan.

Zira memakan sarapannya beberapa suap dan langsung memuntahkan begitu seterusnya. Novi mendengar suara orang yang sedang muntah, dia langsung keluar melihat keadaan temannya.

Zira terlihat pucat karena baru mengeluarkan makanan yang ada dalam perutnya.

" Aku enggak bisa memakannya." Ucap Zira sambil menggerserkan piring yang ada di depannya.

" Baiklah enggak usah di paksakan, memang seperti itu bawaan ibu hamil. Kamu bersiap-siap kita akan ke dokter sebentar lagi." Zira beranjak dari kursinya dan pergi ke kamar. Setelah semuanya siap mereka langsung pergi ke dokter dengan menggunakan taksi.

Dokter yang dipilih Novi adalah dokter kandungan yang terkenal di kota itu. Tempat dokter itu peraktek tidak begitu jauh dari sekolah anaknya, dengan begitu sepulang menemani Zira, dia bisa langsung menjemput anaknya. Setelah mengantri beberapa nomor akhirnya nama Zira di panggil. Zira naik ke atas tempat tidur, Novi menjelaskan semuanya kepada Dokter tersebut. Seorang perawat memberikan jel berwarna biru ke atas perut Zira. Dokter tersebut menggerakkan sebuah benda ke atas perut Zira. Dari layar terlihat jelas seperti apa isi rahim Zira.

" Selamat anda hamil, dan usia kandungan anda sudah memasuki 5 minggu." Ucap Dokter.

Zira ingin menangis mendengar dokter itu berbicara, tapi dia menahannya.

Zira turun dari tempat tidur di bantu seorang perawat. Dia duduk berhadapan dengan dokter itu. Zira tidak mengajukan pertanyaan karena dia tidak mengerti akan hal itu.

" Dok kenapa pada tespek garis duanya kurang jelas." Ucap Novi penasaran.

" Sepertinya kandungan Ibu Zira lemah. Apa Ibu ada keluhan seperti flek atau apa gitu." Ucap dokter tersebut.

" Ada dok, sering keluar flek pada daerah sensitif saya." Ucap Zira pelan.

" Hemmm iya saya mengerti, itu tidak boleh di biarkan. Jadi saya memberikan anda vitamin penguat rahim, vitamin untuk zat besi dan vitamin yang mengandung asam folat." Dokter itu menuliskan resepnya di atas kertas dan menjelaskan satu persatu kegunaan atau manfaat dari vitamin tersebut.

" Ada yang mau di tanyakan lagi?" Ucap dokter tersebut.

Novi yang banyak bertanya di bandingkan temannya.

" Dok temannya saya susah makan, dia sering merasa mual, kadang perutnya tidak terisi, bagaimana dengan nutrisi untuk si janin." Ucap Novi.

" Untuk kehamilan di tri semester pertama memang seperti itu, hampir semua ibu hamil mengalami mual, muntah pusing tidak selera makan, tapi jangan di biarkan, walaupun tidak bisa terisi dengan nasi, coba di akali dengan makan yang lain seperti buah atau susu." Ucap Dokter menjelaskan.

" Terimakasih dokter." Ucap Novi sambil mengajak Zira untuk keluar. Tapi Zira masih belum mau pergi, dia masih mengajukan pertanyaan yang terus berputar di dalam benaknya.

" Dok kalo saya mau menggugurkan anak saya bagaimana?" Ucap Zira pelan.

Dokter tadi menatap lekat wajah pasiennya begitupun dengan Novi, dia tidak percaya dengan pertanyaan temannya.

" Maaf dok teman saya bercanda." Ucap Novi memegang tangan Zira agar bangun dari tempat tidur. Tapi Zira bertahan duduk di kursi itu.

" Ibu maaf, kami sebagai dokter ada sumpah dokter yang harus kami taati, dan tidak semua keinginan pasien kami penuhi. Apabila kami menyarankan mengugurkan janin pasien pasti ada sebabnya. Misalnya janin tidak berkembang atau karena ada efek samping yang mengakibatkan keselamatan nyawa si Ibu. Dan menurut saya janin Ibu sehat hanya memang rahim ibu lemah, dan Ibu harus banyak berisitirahat." Ucap Dokter itu menjelaskan.

Zira terdiam, dia belum tau harus bagaimana dengan janin yang ada di rahimnya. Dia senang dengan kehadiran malaikat kecil tapi dia juga bingung dengan nasibnya kedepan. Novi mengajak temannya keluar dari ruangan dokter dan membawanya ke sekolah anaknya. Mereka mengobrol di sana.

" Kenapa kamu bertanya seperti itu tadi?" Ucap Novi penasaran.

" Aku enggak tau harus bagaimana?" Ucap Zira dengan mata berkaca-kaca.

" Kamu tau perbuatan mengugurkan adalah perbuatan dosa, itu sama saja dengan membunuh. Janin yang ada di dalam kandunganmu tidak bersalah."

Ucapan Novi semuanya benar bahwa mengugurkan kandungan adalah perbuatan dosa dan dia tidak mau menambah dosanya dengan mengugurkan janin yang tidak berdosa. Walaupun dia masih bingung dengan kedepannya tapi dia akan merawat dan menjaga janinnya dengan semampunya.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."