Chapter 182 episode 182

Zira pergi dengan hati yang terluka. Di dalam apartemennya Zira menangis sejadi-jadinya.

" Cintaku telah mati untukmu Ziko. Aku benci sama kamu." Zira teriak histeris, dia menangis tak henti-henti. Dia mengambil ponselnya dan mengirim sebuah chat kepada pengacaranya.

Pak urus perceraianku secepat mungkin.

Zira meletakkan ponselnya sambil memandang langit-langit kamar. Zira masih teringat akan pesan neneknya.

" Zira kamu adalah wanita yang kuat, jadilah sekuat karang yang apabila di terjang ombak tidak pernah goyah." Ucapan itu di ucapkan neneknya sebelum meninggal.

Zira menghapus air matanya. Dia mengambil sebuah koper dan mengisi beberapa pakaian ke dalamnya. Zira tidak mau menjadi wanita yang cengeng. Di pikirannya, air matanya terlalu berharga untuk seorang Ziko.

Zira melihat situs aplikasi tiket online. Dia mengecek penerbangan malam ini. Setelah ada penerbangan untuk malam ini,

Zira langsung memesan tiket pesawatnya melalui aplikasi itu. Dia akan pergi menemui sahabatnya Novi.

Taksi sudah menunggunya di depan pintu loby apartemen. Zira ingin menghilang sejenak sambil menata hatinya yang telah hancur. Taksi langsung meluncur ke bandara.

Kevin kembali ke rumahnya, dia merasa sangat kecewa dengan sikap Ziko. Kevin menghubungi nomor Zira. Panggilan terhubung tapi di tolak dari Zira. Kevin mencoba menghubungi kembali, tapi lagi-lagi di tolak. Kevin mengirim sebuah chat kepada Zira.

Nona anda di mana? Saya ingin bertemu dengan anda.

Chat terkirim, tapi tidak di balas Zira. Zira hanya melihat ponselnya tanpa membalas ataupun membacanya. Dia ingin melupakan semuanya.

Kevin merasa khawatir dengan keadaan Zira. Dia langsung berlari ke garasi langsung menaiki mobilnya. Kevin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Lalu lintas tidak terlalu padat, karena hari ini cuaca gerimis seperti hati Zira yang gerimis. Dalam sekejap Kevin sudah sampai di depan apartemen Zira.

Kevin berlari secepat mungkin menuju lift dan langsung menekan tombol sesuai lantai apartemen Zira. Dia langsung berlari secepat kilat keluar dari lift ketika pintu sudah terbuka. Kevin mengetuk pintu secara berulang tapi tidak ada sahutan dari dalam. Kevin putus asa, di pikirannya takut kalo Zira melakukan hal-hal yang tidak di inginkan. Kevin berteriak sambil mengetuk pintu secara berulang-ulang. Tetangga yang ada di sebelah merasa kebisingan yang di buat Kevin. Salah satu tetangga keluar dan melihat siapa yang membuat kebisingan di situ.

" Mas cari siapa?" Ucap salah satu tetangga. Kevin berjalan menghampiri tetangga tersebut.

" Apa pemilik apartemen ini ada?" Ucap Kevin cepat sambil menunjuk apartemen Zira.

" Tadi pergi keluar." Ucap si tetangga.

" Keluar kemana?" Ucap Kevin lagi penasaran.

" Enggak tau, tapi tadi bawa koper gitu." Ucap si tetangga lagi.

" Terimakasih." Ucap Kevin langsung pergi.

Di dalam mobilnya, Kevin berpikir kemana tujuan Zira. Dia mencoba mengingat teman-teman Zira.

Kevin teringat akan nama Lina. Dia menghubungi nomor Lina. Beberapa saat panggilan terhubung.

" Halo." Ucap Lina

" Nona Zira ada di sana tidak?" Ucap Kevin langsung.

" Enggak, memangnya kenapa?" Lina langsung mengerti siapa yang menghubunginya yaitu asisten Kevin, karena hanya dia yang menyebut Zira seperti itu.

" Oke kalo begitu, terimakasih." Ucap Kevin langsung menutup panggilannya.

Dia mencoret daftar nama Lina dari daftar kunjungan Zira. Dia mencoba mengingat siapa yang menjadi sahabatnya. Dia memutar otaknya agar mengingat sesuatu. Dan ingatannya langsung tertuju pada teman Zira yang berada di luar Kota.

Kevin melihat jam di tangannya. Dan mencoba mencari aplikasi tiket online. Dia mencari penerbangan ke luar kota. Tapi penerbangan terkahir sudah satu jam yang lalu. Di pikirannya seandainya dia punya pesawat Jet, pasti dia akan langsung pergi ke sana.

Kevin berdoa, di dalam doanya semoga Zira dalam keadaan baik-baik saja dan Zira benar-benar pergi ke rumah temannya. Kevin memesan tiket untuk penerbangan paling awal untuk besok pagi. Kevin kembali ke rumahnya sambil mempersiapkan keperluan untuk di bawa besok.

Zira sudah berada di dalam pesawat, pesawat sudah terbang selama satu jam lebih. Dan sebentar lagi pesawat akan landing. Zira sudah menghubungi Novi sebelumnya mengenai kedatangannya.

Setelah beberapa jam terbang mengudara di atas langit. Pesawat akhirnya akan segera landing. Pramugari sudah menginformasikan kepada penumpang untuk duduk di tempat dan menggunakan sabuk pengaman sampai posisi pesawat mendarat dalam keadaan sempurna.

Setelah pesawat mendarat dengan sempurna. Penumpang sudah di izinkan untuk membuka sabuk pengamannya. Semua penumpang keluar satu persatu, mengikuti pintu yang sudah di tunjukkan oleh pramugari.

Para penumpang termasuk Zira mengantri koper mereka keluar dari ban berputar. Zira mengambil kopernya dan langsung menuju pintu keluar. Ada Novi yang menunggunya di depan pintu keluar.

Novi melambaikan tangannya. Zira membalas lambaian tangan tersebut. Mereka saling berpelukan melepaskan rindu.

" Kamu sama siapa kesini?" Ucap Novi.

" Sendirian." Ucap Zira cepat. Novi membawa temannya ke parkiran bandar. Di dalam mobil sudah ada suami Novi dan anaknya.

Zira menyapa suaminya Novi. Ada anak Novi yang sedang tidur di kursi belakang. Zira duduk bersebelahan dengan anaknya Novi.

" Maaf ya aku datangnya mendadak." Ucap Zira enggak enak hati.

" Ah kamu ini seperti orang lain saja." Ucap Novi pelan.

Dalam beberapa menit mobil sudah sampai di rumah Novi. Zira turun bersama dengan Novi sambil membawa kopernya.

" Aku senang kamu berkunjung ke sini." Ucap Novi sambil menunjukkan kamar temannya.

" Terimakasih." Ucap Zira sambil memeluk Novi erat.

" Kamu kenapa?" Ucap Novi merasa curiga dengan kehadiran temannya yang datang mendadak.

Zira menangis di pelukan temannya. Dia mengatakan semua masalahnya dari awal sampai akhir. Novi tidak ingin memperkeruh masalah yang di hadapi temannya. Dia hanya berkata bijak.

" Semua sudah takdir dari Sang Pencipta. Tuhan akan mengirimkan malaikat terbaik untukmu. Jangan pernah sesali apapun yang pernah terjadi, tapi jadikan ini sebagai pelajaran hidupmu." Ucap Novi pelan sambil mengelus rambut temannya.

Zira merasa lega karena dapat mencurahkan isi hatinya. Walaupun masih ada kerikil di dalam hatinya, tapi dia yakin lambat laun kerikil itu akan menghilang dengan sendirinya.

" Kamu sudah makan belum?" Ucap Novi menawarkan temannya. Zira tidak ingat kapan terakhir kali dia makan.

Novi mengajaknya ke dapur. Dia menghidangkan makanan di atas meja. Makanan rumahan tapi menggugah seleranya.

" Makanlah." Ucap Novi sambil duduk di depan temannya.

Zira mengambil makanan dan di letakkannya di atas piring. Baru beberapa suap dia makan, dia merasa mual dan langsung berlari ke kamar mandi. Novi merasa curiga. Zira kembali dari kamar mandi dengan wajah pucat.

" Sudah berapa lama kamu seperti ini?" Ucap Novi penasaran.

" Sudah seminggu ini aku sering mual, mungkin karena masuk angin." Ucap Zira pelan sambil mengelap mulutnya dengan tisu.

Novi langsung berlari keluar dan membisikkan sesuatu kepada suaminya yang sedang menonton televisi. Zira hanya melihat tidak bertanya apapun. Suami Novi langsung pergi mengendarai motornya.

Novi kembali ke dapur. Dan memberikan minyak kayu putih kepada Zira. Zira menerima minyak itu dan mengolesinya kebawah hidungnya.

Beberapa menit kemudian suami Novi kembali dengan membawa bungkus plastik obat dan menyerahkan kepada istrinya. Novi mengambil sesuatu dari bungkus plastik obat dan menyerahkan kepada Zira.

" Apa ini?" Ucap Zira bingung.

" Tespek." Ucap Novi cepat.

" Untuk apa?"

" Untuk memastikan kamu mandul atau tidak." Ucap Novi cepat sambil mendorong tubuh Zira kedalam kamar mandi.

" Gunakan dengan tepat seperti petunjuk di situ." Ucap Novi cepat sambil menunjuk ke arah tespek.

Zira menganggukkan kepalanya sambil berjalan ke kamar mandi.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."