Chapter 173 episode 173

Flashback Off

Hari-harinya Zira di habiskan berdua dengan sang nenek. Wanita yang sangat menyayanginya, wajahnya sudah penuh keriput dan rambutnya sudah memutih tapi rasa sayang wanita itu tidak pernah lekang di makan usia. Neneknya sudah banyak terbaring di kasur karena penyakit tuanya.

" Zira." Ucap sang nenek sambil memegang tangan cucunya.

" Nenek sudah tua, usia nenek tidak lama lagi di sini." Ucap sang nenek sambil mengelus rambut cucunya.

" Nenek Jangan berkata seperti itu, aku ingin nenek selalu ada di dekatku selamanya." Ucap Zira tanpa terasa ada bulir-bulir air mata yang keluar dari ujung matanya.

" Zira, jika nenek sudah tidak ada pergilah ke kota, juallah rumah gubuk ini sebagai modal untukmu di sana." Ucap sang nenek.

" Tidak nek aku tidak akan menjual rumah ini."

" Zira kalo kamu tetap di sini, kamu tidak akan menjadi apapun di desa ini. Kamu anak yang pintar sama seperti alamarhum Bapak mu. Salurkan bakat kamu di sana, Nenek yakin kamu akan menjadi orang sukses dan menikah dengan pria yang mencintaimu." Zira menganggukkan kepalanya.

" Carilah Kakek dan nenek kamu di kota A, sampaikan maaf nenek dan kakek." Zira tidak pernah menanyakan hal itu lagi, sebelumnya Bapaknya sudah bercerita kalo liontin yang di kenakannya adalah pemberian dari eyang utinya. Dan itu adalah sebuah kunci. Zira tidak bertanya kepada Bapaknya mengenai arti kunci yang di tuturkan orang tuanya.

Beberapa bulan setelah percakapan itu. Orang yang sangat disayanginya meninggal dunia. Zira merasa jalan hidupnya tidak adil. Semua orang yang di sayanginya telah pergi menghadap sang pencipta. Ada rasa terpukul dan terpuruk menghadapi cobaan yang begitu berat. Tapi demi kelangsungan hidupnya dia kembali bangkit, dia berjuang sekuat karang walaupun badai menghadang dia tetap tegak berdiri.

Zira menjual rumah neneknya, uangnya di gunakan untuk ongkos perjalanan ke kota A dan sisanya untuk modal usaha di sana.

Perjalanan ke kota A memakan waktu yang sangat lama. Zira sampai di kota A pada pagi hari. Kegiatan di terminal tidak pernah sepi banyak penumpang yang turun dari bus atau yang akan berangkat ke tempat tujuan mereka.

Zira mencoba mencari pekerjaan di dekat terminal, tapi tidak ada yang menerimanya. Karena belum ada tempat tinggal Zira tidur di depan ruko-ruko seperti para pemulung lainnya. Pagi harinya dia akan pindah lagi ke tempat lain sambil mencari pekerjaan. Tapi karena wajah Zira yang kucel dan badan yang agak jorok membuatnya sulit mendapatkan pekerjaan.

Uang dari penjualan rumah neneknya dipakai untuk mengisi perutnya. Zira banyak menghabiskan waktunya di pasar. Pada suatu hari Zira di ganggu preman pasar. Mereka mengambil tas pakaiannya, dan membuangnya di jalanan. Banyak orang-orang yang melihat tapi tidak berani bertindak mereka lebih memilih mencari jalan aman, karena tidak mau terlibat dengan preman itu.

Preman pasar membongkar isi tasnya.

" Di mana kamu menyimpan uangmu." Ucap preman yang berwajah sangar.

Zira tidak menyimpan uangnya di dalam tas, dia menyimpannya di gulungan kemejanya. Menurutnya itu adalah tempat yang paling aman dari copet.

Zira menatap tajam wajah preman yang membongkar tasnya.

" Mau aku keluarkan matamu!" Ucap ketua preman sambil memukul kepala Zira dan mendorongnya sampai tersungkur di jalan. Pada saat kejadian itu ada dua orang wanita yang merasa prihatin dengan kejadian itu, mereka adalah ibunya Novi dan Novi. Novi membantu Zira yang tersungkur di jalan. Tapi begitu Novi membantunya untuk berdiri punggung Novi di tendang dari belakang.

Bag! Punggung Novi di tendang, Novi meringis kesaktian. Ibunya Novi teriak histeris meminta pertolongan kepada siapapun yang ada di pasar tapi tidak ada ya menolongnya.

" Tolong Pak, jangan sakiti anak saya kasihanilah kami." Ucap Ibu Novi sambil merapatkan kedua tangannya memohon.

Si preman sudah ingin menampar ibunya Novi

Bag. Si preman mendapatkan tendangan dari Zira. Preman tadi yang badannya besar tersungkur.

" Masih ada nyawa rupanya kamu ya." Ucap si preman sambil melambaikan tangannya memerintahkan anak buahnya untuk menghajar Zira.

Zira berada di tengah-tengah para preman. Preman itu berjumlah 5 orang. Salah satu preman sudah akan bergerak maju tapi kaki kanan Zira sudah menghantam preman itu. Zira menghajar preman itu sampai babak belur. Ketua preman tadi sudah terduduk di tanah memohon ampun kepada Zira. Zira sudah mengepalkan tangannya akan memukul wajah si preman lagi.

" Ampun saya tidak akan membuat onar lagi di sini." Ucap sang preman dengan wajah yang bengkak dan biru di sana sini. Zira melepaskan sang preman dengan gerakan kepalanya. Semua preman kabur terbirit-birit mereka telah dipermalukan. Pengunjung pasar yang tadinya sok tidak tau langsung bertepuk tangan riuh melihat Zira dapat menghajar preman-preman yang telah meresahkan warga sekitar.

Zira membantu Novi yuntuk berdiri. Kemudian dia memunguti pakaainnnya yang telah berserakkan di jalan.

" Aku Novi." Ucap Novi sambil membantu Zira memungut pakaian Zira.

Sejak itu Zira tinggal di rumah Orang tuanya Novi. Ibu Novi merupakan singel mother. Suaminya sudah lama meninggal, pekerjaan ibu Novi adalah tukang jahit di dekat pasar. Novi berdagang kecil-kecilan di pasar. Zira membatu ibunya Novi sebagai penjahit. Zira banyak belajar dari ibunya Novi tentang berbagai macam jenis model jahitan. Dia sudah mempunyai bakat dari almarhumah ibunya dan sekarang ilmunya bertambah lagi.

Pada suatu hari di pasar, Zira baru datang ke pasar bersama-sama dengan Novi. Mereka banyak mengobrol di jalan sampai ada seseorang yang menjambret liontinnya. Zira teriak histeris tapi tidak ada yang membantunya. Zira berlari mengejar si penjambret tapi langkah si penjambret cukup lebar jadi agak susah untuk Zira mengikuti langkahnya. Ada seseorang yang duduk di mobil memperhatikan kejadian itu. Wanita yang ada di mobil sudah mengestimasi kalo si penjambret akan lewat dari samping mobilnya. Dan betul pada saat si penjambretan akan lewat, wanita yang berada di mobil langsung membuka pintu mobilnya. Si penjambret dengan kuat langsung menghantam pinggir pintu mobil.

Seorang wanita tua keluar dari dalam mobil dengan anggunnya. Wanita itu mengambil sesuatu dari tangan si penjambret. Zira sudah ngos-ngosan mengejar penjambret itu. Zira berdiri tidak jauh dari mobil.

" Terimakasih Nyonya." Ucap Zira sambil ngos-ngosan. Zira mengulurkan tangannya.

Wanita tadi menyerahkan liotin Zira tapi kemudian Wanita itu mengambilnya lagi dan melihat detail liontin itu.

" Dari mana kamu mendapatkan ini?" Ucap wanita tua itu.

" Itu pemberian orang tua saya." Zira menyebutkan nama Bapaknya Azlan Zaydan Amrin.

" Siapa nama ibu kamu?" Zira menyebutkan nama ibunya beserta nama kakek dan neneknya. Wanita tadi berteriak histeris.

" Kamu adalah cucuku." Ucap wanita itu sambil memeluk Zira.

Wanita tadi membawa Zira kerumahnya. Sebelumnya Zira sudah minta izin kepada ibunya Novi dan Novi. Zira mobil duduk di kursi belakang bersama wanita tadi. Supir meluncurkan mobilnya menuju rumah mewah. Mobil telah sampai di depan rumah mewah tersebut.

" Maaf Nyonya ini rumah siapa?" Ucap Zira heran.

" Ini adalah rumah nenek dan kakek dan rumah bapak kamu." Ucap Wanita tadi.

Zira di bawa berkeliling rumah mewah itu dan di bawa ke dalam sebuah kamar. Kamar dengan nuansa maskulin. Zira melihat di dinding kamar itu ada banyak foto berjejer di dinding dan semua adalah foto bapaknya.

" Bagaimana foto Bapak saya ada di sini." Ucap Zira heran.

Wanita tadi menunjukkan semua foto yang ada di dalam album foto. Dari foto kecil sampai foto dewasa.

" Cerita kepada nenek bagaimana kabar Bapakmu." Ucap wanita tadi antusias.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."