Chapter 171 episode 171

Flashback Off

Tuan Mahesa Rakarna Amrin dan Nyonya Aiza Bahira Adnan adalah orang kaya pada Zamannya. Mereka mengadu kasih sebagai sepasang suami istri. Pernikahan mereka sudah memasuki musim ke empat yaitu 4 tahun tapi tidak ada tanda-tanda kehamilan dari diri nyonya Aiza. Mereka mendambakan kehadiran seorang bayi. Nyonya Aiza memeriksa dirinya ke semua dokter yang ada di negaranya. Dokter mengatakan tidak ada masalah dalam rahimnya. Tapi dari pihak keluarga Tuan Amrin sangat menginginkan seorang cucu. Waktu empat tahun adalah waktu yang sudah lumayan lama untuk menunggu kehadiran seorang bayi.

Dalam keluarga besar Amrin keturunan merupakan hak wajib sebagai ahli waris. Keluarga besar Amrin sudah memberikan calon istri yang lain sebagai pengganti Nyonya Aiza. Dalam waktu lima tahun jika rumah tangga mereka tidak dihadirkan seorang bayi, maka tuan Raka dan Nyonya Aiza harus berpisah. Walaupun mereka saling mencintai tapi kehadiran seorang bayi merupakan pelengkap dalam sebuah keluarga. Siang malam pasangan suami isteri ini selalu berusaha dan berdoa agar di berikan momongan.

Pada saat memasuki musim kelima ketika keluarga Amrin sudah sibuk dengan semua rencana. Mereka di kejutkan dengan kehamilan Nyonya Aiza.

Kehamilan Nyonya Aiza merupakan suatu kejutan buat keluarga besar. Nyonya Aiza yang tadinya di asingkan sekarang sangat di puja-puja. Kehamilan Nyonya Aiza normal seperti kehamilan pada ibu-ibu lainnya. Tidak banyak keluhan hanya di trisemester pertama yang mengalami sedikit mual dan pusing.

Sembilan bulan sepuluh hari lahirlah seorang bayi yang sangat di nanti-nanti. Bayi tersebut berjenis kelamin laki-laki dan di beri nama Azlan Zaydan Amrin yang mempunyai arti anak laki-laki yang pemberani yang memiliki kelebihan dalam dirinya.

Azlan panggilan yang di sematkan untuk nama anaknya. Masa kecil Azlan seperti anak-anak pada umumnya. Cuma yang membedakannya pada saat umur 3 tahun Azlan sudah di berikan beberapa bahasa kepada orangtuanya. Umur 5 tahun Azlan sudah bisa menguasai 5 bahasa dan dan remaja Azlan sudah menguasai 20 bahasa asing.

Azlan anak yang pintar, dia bisa dengan cepat langsung mengingat semuanya di dalam isi kepalanya. Memasuki usia remaja Azlan sudah di kirim keluar negeri untuk melanjutkan studi di sana. Masa pendidikannya di habiskan di luar negeri.

Ketika masa pendidikannya usai Azlan kembali ke tanah Air. Azlan harus meneruskan bisnis keluarga Amrin. Masa-masa mudanya habis di sekolah dan di kantor.

Pada waktu itu jam 10 malam jalanan sudah mulai sepi dari lalu lintas. Azlan mengendarai mobilnya untuk pulang ke rumahnya. Pada saat di jalan dia melihat pemandangan yang kurang menyenangkan yaitu seorang wanita sedang ganggu beberapa pria. Azlan sebenarnya ingin pergi tidak mau ikut campur, tapi hati nuraninya tergerak melihat wanita yang lemah di tindas oleh segerombolan pria.

Azlan menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan menghajar semua pria berandalan itu. Dalam keluarga Amrin ilmu beladiri harus di kuasai karena untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan. Tuan Amrin tidak pernah memberikan bodyguard kepada istrinya ataupun anaknya, karena mereka bisa menjaga dirinya sendiri dengan ilmu beladiri yang mereka kuasai. Dalam sekejap Azlan dapat menghabisi segerombolan pria tersebut.

" Terimakasih." Ucap wanita itu dengan wajah yang sudah berantakan. Azlan membantunya berdiri.

" Mari saya antar anda pulang." Ucap Azlan.

Wanita tadi menolak tapi Azlan meyakinkannya bahwa dia tidak akan berbuat yang tidak baik. Setelah cukup yakin wanita tadi mau di antar Azlan pulang.

" Saya Azlan." Sambil mengulurkan tangannya.

" Saya Dzikra." Membalas uluran tangan Azlan.

Mereka bertatap muka lama. Dzikra langsung tertunduk malu ketika beradu tatap dengan Azlan. Mata yang sendu tapi tajam membuat Dzikra malu untuk terus menatap matanya.

Mobil sudah berhenti di depan gang kecil. Dzikra turun dari mobil mewah tersebut dan mengucapkan banyak terima kasih kepada pemuda itu. Azlan memperhatikan wanita tersebut dari jauh sampai tidak terlihat bayangannya.

Azlan merasa tertarik dengan wanita itu. Setiap malam Azlan selalu menunggu di pinggir jalan untuk sekedar melihat wanita itu lewat. Hari berganti hari bulan berganti bulan Azlan selalu menjadi penggemar wanita cantik itu dalam persembunyiannya. Pada suatu ketika Azlan menunggu di tempat biasa tapi dia tidak melihat Dzikra lewat di depan mobilnya. Hari esoknya dia juga menunggu Dzikra di tempat yang sama, tapi di tidak juga mendapati wanita itu.

Azlan mencapai informasi melalui teman-temannya Dzikra mengenai tempat tinggal pujaannya. Mobil berhenti di depan gang kecil, tanpa sungkan Azlan masuk ke dalam gang tersebut untuk mencari tempat tinggal Dzikra.

" Mbak Dzikra sudah pulang kampung." Ucap salah satu tetangga.

" Apa ibu tau alamatnya."

Tetangga tadi memberikan sebuah alamat kepada Azlan. Azlan mengucapkan terima kasih dan langsung mencari ke alamatnya Dzikra. Setelah melakukan perjalanan yang sangat panjang Azlan sampai pada sebuah pedesaan yang jauh dari pusat kota. Desa itu sangat tentram dan damai tidak ada hingar bingar kebisingan di sana.

Dzikra kaget mendapati Azlan sudah sampai di depan rumahnya. Rumah yang sangat kecil yang terbuat dari papan. Mereka melakukan percakapan ala kadarnya. Sampai Azlan menyatakan perasaannya ingin mempersunting Dzikra. Dzikra kaget dan tidak percaya, tapi Azlan meyakinkannya dan meyakinkan kedua orang tua Dzikra.

Azlan meminta izin kepada kedua orang tua Dzikra, untuk membawa anaknya ke kota. Dia ingin memperkenalkan Dzikra kepada kedua orangtuanya. Setelah melakukan perundingan yang panjang akhirnya orang tua Dzikra mengizinkannya.

Mereka berdua kembali ke kota. Ada perasaan was-was dalam diri Dzikra kalo-kalo dirinya tidak diterima oleh keluarga besar Amrin. Azlan telah sampai di rumah besarnya sambil menggandeng tangan Dzikra. Kedua orang tuanya yaitu Tuan Raka dan Nyonya Aiza sedang duduk di ruang keluarga. Mereka kaget dengan kehadiran seorang wanita di samping anaknya.

" Siapa wanita ini." Ucap tuan Raka.

" Dia calon istriku." Ucap Azlan cepat.

Tuan Raka dan Nyonya Aiza kaget mendengar penuturan anaknya.

" Jelaskan latar belakang keluarganya." Ucap Tuan Raka cepat.

Azlan menceritakan perihal tentang keluarga Dzikra. Tidak ada yang bisa di banggakan dari keluarga Dzikra di bandingkan dengan keluarga Azlan.

" Perempuan seperti ini yang akan kamu jadikan Istrimu! Mau di letakkan di mana wajah kami." Ucap Tuan Raka marah.

Azlan bersikeras untuk tetap menikahi pilihan hatinya. Dua orang pria itu saling adu argumen dengan pendapatnya masing-masing.

" Walaupun papa tidak merestui, kami akan tetap melangsungkan pernikahan." Ucap Azlan tegas.

" Kalo sampai kamu menikahi wanita ini, kamu sudah papa anggap hilang."

Nyonya Aiza hanya bisa menangis dengan pertengkaran kedua orang yang di kasihnya. Azlan bersikeras dengan pendiriannya, dia meletakkan semua fasilitas yang diterimanya. Dia keluar rumah itu sambil menggandeng tangan Dzikra. Nyonya Aiza berlari mengikuti langkah anaknya dengan derai air mata.

" Restu mama untukmu nak. Simpanlah liontin ini sebagai hadiah dari mama." Ucap Nyonya Aiza sambil memberikan ke telapak tangan Dzikra.

Nyonya Aiza menangis sambil memeluk dan mengecup dahi anaknya. Derai air matanya mengiringi kepergian mereka.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."