Chapter 168 episode 168

Kevin hanya tertawa kecil mendengar gerutu bosnya. Dia hanya ingin mencairkan suasana yang tegang.

Sudah hampir setengah jam Vita duduk di sofa loby, sudah waktunya dia untuk pergi meninggalkan gedung Raharsya group, badannya juga sudah dingin berada di ruangan itu.

Mobil sudah sampai di perumahan X. Perumahan X merupakan perumahan elite di kota itu. Pembelinya kebanyakan adalah golongan kelas menengah ke atas. Kevin memarkirkan mobil 50 meter dari kantor perumahan X. Dari kejauhan ada dua orang pria yang datang mendekati mobil tersebut. Kevin membuka kaca mobilnya.

" Selamat siang Pak Kevin dan Tuan muda." Ucap dua orang itu. Mereka adalah orang kepercayaan Kevin yang selalu bergerak di luar area.

Kevin dan Ziko menganggukkan kepalanya.

" Tuan sepertinya pemilik perumahan ini masih ada di dalam kantor itu." Ucap salah satu orang sambil menunjuk ke arah kantor.

" Baiklah terimakasih." Ucap Kevin. Kedua orang tadi masih berdiri di samping mobil Ziko.

" Tuan bagaimana kalo saya saja yang masuk terlebih dahulu ke dalam kantor itu, saya khawatir pemiliknya adalah musuh anda." Ucap Kevin khawatir.

Yang di pikirkan Kevin kemungkinan bisa benar, karena pemilik perumahan itu tidak pernah mau melepaskan propertinya walaupun Ziko sudah memberikan harga 5 kali lipat dari harga yang di tawarkan orang lain, tapi tidak pernah ada respon sama sekali.

Ziko melihat sekeliling mobil yang parkir di dekat kantor tersebut, dia tidak melihat ada bodyguard lain selain bodyguardnya yang berada di samping mobil.

" Sepertinya pemiliknya bukan musuh kita, karena tidak ada satu orangpun bodyguard yang ada di dekat situ." Ucap Ziko sambil menunjuk ke arah kantor.

Kevin pun setuju dengan pendapat bosnya. Mereka keluar dari mobil berjalan beriringan di ikuti dua bodyguardnya.

Masuk kedalam kantor tersebut pertama yang di lihat adalah meja besar seperti meja resepsionis. Mereka di sambut ramah oleh karyawati itu.

" Selamat siang. Ada yang bisa di bantu?" Ucap karyawati ramah.

" Kami mau bertemu dengan pemilik perumahan ini." Ucap Kevin cepat.

" Maaf ada keperluan apa ya?"

" Kami ada keperluan dengannya." Ucap Kevin cepat.

" Tunggu dulu di sini." Ucap karyawati tadi sambil masuk ke dalam satu ruangan seperti ruangan admin.

Karyawati tadi keluar dengan seorang wanita.

" Maaf ada yang bisa kami bantu?" Ucap wanita yang keluar dari ruang administrasi.

" Anda pemilik dari perumahan ini?" Ucap Kevin lagi.

" Bukan, saya hanya karyawan di sini. Ada keperluan apa anda semua mencari pemilik perumahan ini." Ucap wanita tadi tegas.

Wanita itu seperti tidak asing dengan wajah orang di depannya, tapi dia lupa mengingat siapa mereka semua.

" Kamu panggilkan saja pemiliknya, Jangan banyak tanya." Ucap Kevin ketus sambil menatap tajam kearah dua wanita di depannya.

Dua orang wanita tadi agak takut mendapat tatapan tajam dari Kevin. Dua wanita tadi saling berbisik, salah satu dari mereka pergi meninggalkan mereka semua. Wanita tadi masuk ke dalam ruangan lainnya. Sudah sampai 15 menit tapi wanita tadi belum juga keluar dari ruangan. Ziko dan Kevin jenuh harus menunggu, seumur-umur belum pernah Ziko di perlakukan seperti ini yaitu menunggu, selama ini semua orang yang selalu menunggunya. Ziko langsung berjalan menuju ruangan yang di masukin wanita tadi, Kevin mengikutinya dari belakang. Wanita yang ada di depan Ziko dan Kevin sudah melarang mereka berdua untuk masuk ke dalam, tapi Ziko tidak perduli dengan larangan wanita itu. Ziko langsung membuka ruangan itu.

Ziko terkejut dengan penglihatannya, ada istrinya di dalam ruangan itu bersama wanita yang tadi. Zira memerintahkan wanita tadi untuk keluar dari ruangannya. Ziko menatap heran. Dari tatapan Ziko mengisyaratkan ada sesuatu yang di sembunyikan istrinya.

Di dalam ruangan itu hanya ada mereka bertiga yaitu Zira, Ziko dan Kevin.

" Silahkan duduk." Ucap Zira anggun.

Ziko dan Kevin duduk di kursi berhadapan dengan Zira. Ziko dan Kevin masih bengong melihat sosok wanita yang ada di depan mereka.

" Ada yang bisa saya bantu." Ucap Zira tersenyum ramah.

Ziko langsung menggelengkan kepalanya, karena tidak yakin dengan penglihatannya.

" Apa kamu pemilik dari properti perumahan ini." Ucap Ziko penasaran.

" Menurut anda?" Ucap Zira cuek.

Ziko tidak tau lagi harus berkata apa, dia seperti bukan melihat istrinya. Zira seperti orang lain di hadapannya.

" Apa yang kamu lakukan disini." Ucap Ziko lagi.

Zira sudah mengetahui sebelumnya tentang keberadaan dua orang yang ingin menemuinya. Dia dan karyawannya melihat dari kamera Cctv. Zira sebenarnya ingin kabur ketika mengetahui kalo suaminya yang datang, tapi pintu masuk dan pintu keluar hanya ada di depan, tidak ada pintu belakang di kantor itu.

" Tuan Ziko yang terhormat ada yang bisa saya bantu." Ucap Zira cepat.

" Bagaimana kamu bisa mempunyai properti ini?" Ucap Ziko heran.

" Maaf tuan Ziko, ini bukan punya saya, saya hanya bekerja di sini." Ucap Zira merendah.

" Jangan bohong, sudah banyak kejutan yang kamu berikan kepadaku dan sekarang ini." Ziko sedikit emosi, dia seperti di permainkan istrinya.

Zira hanya tertawa tidak menjawab pertanyaan Ziko.

" Apa yang kamu sembunyikan dari ku." Ucap Ziko penasaran.

Zira memang seorang yatim piatu. Sepeninggal orang tuanya dia dirawat dan di asuh oleh neneknya yaitu orang tua dari ibunya. Setelah neneknya meninggal Zira pergi ke kota untuk melanjutkan hidupnya yaitu bekerja. Di kota Zira hidup luntang lantung mencari pekerjaan. Dia merasakan kerasnya hidup di kota besar. Sampai dia menemukan Novi yang menjadi sahabatnya.

Banyak kenangan yang indah ketika orang tuanya masih hidup. Kenangan itu masih melingkar di lehernya yaitu liontin foto mereka bertiga yaitu kedua orang tuanya dan fotonya. Sebelum meninggal Bapaknya pernah berpesan kepadanya.

" Jaga liontin ini, ini adalah kunci semuanya."

Zira menjaga liotinnya dengan penuh perjuangan. Kenapa perjuangan, karena pada saat Zira bekerja di pasar ada yang menjambret kalungnya. Dari situlah dia menemukan arti kunci yang sesungguhnya.

Sang penjambret membawa kabur kalung Zira, Zira sudah teriak histeris tapi tidak ada yang mau membantunya untuk menangkap si penjambret. Penjambret itu lari sekencang-kencangnya sampai dia menabrak pintu mobil yang terbuka dengan sengaja.

Si penjambret langsung pingsan karena mendapatkan hantaman keras dari pintu mobil. Pada saat itu keluar lah seorang wanita dari mobil itu. Wanita itu mengambil sesuatu dari tangan sang penjambret.

" Terimakasih Nyonya." Ucap Zira sopan. Wanita tadi menyerahkan liotin ke tangan Zira. Tapi Nyonya tadi mengambil liotin itu lagi dan memperhatikannya dengan detail.

" Dari mana kamu dapat ini?" Ucap Nyonya penasaran.

" Itu dari orang tua saya."

" Siapa nama orang tua kamu?" Zira menyebutkan nama orang tuanya.

" Siapa nama ibu kamu?" Wanita itu terus bertanya kepada Zira. Zira menyebutkan nama ibunya beserta nama kakek dan neneknya. Dia juga menceritakan tentang meninggalnya kedua orang tuanya. Ketika mendengar semuanya wanita tadi langsung menangis dan memeluk Zira histeris.

" Kamu adalah cucuku." Ucap Nyonya tadi.

Awalnya Zira tidak percaya, tapi Nyonya tadi membawa Zira ke rumah besarnya dan menunjukkan semua foto kecil sampai foto besar Bapaknya. Untuk memastikannya lagi Nyonya tadi melakukan test DNA.

" Setelah hasil test DNA keluar nyonya tadi atau nenek Zira langsung menyerahkan harta kekayaannya kepada cucunya yaitu Zira.

Mungkin Ziko tidak mengenal siapa nenek Zira. Nenek dan Kakek Zira adalah orang terkaya di kota itu pada jamannya.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."