Chapter 167 episode 167

Kevin langsung bergegas menuju ruangannya untuk mencari informasi mengenai pemilik properti perumahan X. Kevin melihat Koko yang baru keluar dari lift khusus karyawan.

" Jam berapa ini?" Ucap Kevin sambil melihat jam di tangannya.

" Maaf Pak, tadi saya mengalami musibah." Ucapnya pelan sambil menunduk ke bawah, dia tidak mau bertatap muka dengan Kevin.

Koko sudah mulai membiasakan dirinya bertingkah layaknya seorang pria. Dari cara berbicara sudah banyak perubahan, tapi kalo untuk perasaan masih banyak yang harus di perbaiki. Dan itu adalah Pr buatnya. Kevin memberikan isyarat dengan mengerakkan jari tangannya agar kembali bekerja.

Kevin menghubungi orang-orangnya untuk mencari tau tentang kepemilikan properti perumahan X. Sebelumnya Ziko sudah pernah mengutarakan niatnya untuk membeli saham properti perumahan X. Tapi tidak pernah terwujud karena sang pemilik tidak pernah mau melepaskan propertinya. Dan sekarang properti itu tambah besar membuat keinginan untuk memiliki properti itu semakin besar. Ziko yakin dengan mengembangkan bisnisnya di bidang properti pasti akan sangat menguntungkan perusahaannya.

Koko sibuk di depan mejanya, dari menjawab semua panggilan telepon yang masuk dan menerima beberapa berkas atau dokumen untuk di tandatangani bosnya. Koko mengantarkan beberapa berkas ke ruangan Presiden direktur.

" Selamat pagi bos." Koko memasuki ruangan Presiden direktur dengan membawa beberapa berkas di tangannya. Koko meletakkan di meja bosnya.

Ziko mengambil berkas yang diletakkan sekertarisnya di atas meja.

" Dari mana saja kamu?" Ucap Ziko sambil menandatangani dokumen satu persatu.

" Maaf bos tadi saya telat."

" Kenapa bisa telat?" Masih menandatangani berkas.

" Saya baru menabrak mobil seseorang bos."

" Kenapa bukan kamu saja yang tertabrak!" Ucap Ziko ketus.

" Idih si bos, doanya jelek banget." Ucap Koko sambil menutup mulutnya.

Koko tanpa sengaja lupa dengan cara berbicara yang kemayu. Ziko langsung melotot mendengar ucapan sekertarisnya.

" Kamu mau aku pecat!" Bentak Ziko.

" Enggak bos, enggak, saya enggak sengaja." Ucap Koko gugup, dia tidak bisa membayangkan kalo dia di pecat dari perusahaan besar itu.

Ziko menyerahkan berkas yang sudah di tanda tanganinya kepada sekertarisnya.

" Awas kalo kamu masih bertingkah seperti itu." Ancam Ziko sambil memberikan berkas kepada sekertarisnya.

Zelin pergi ke kampus dengan mobil yang penyok. Dia memarkirkan mobilnya bersama-sama dengan mobil mahasiswa dan mahasiswi lainnya.

" Hai Zelin." Ucap Tia sahabat Zelin sambil memeluk sahabatnya.

" Hemmm".

" Idih kenapa jutek gitu sih? Baru juga hari pertama tapi wajah sudah di tekuk seperti itu." Ledek Tia.

" Ya ini hari yang sial buatku." Ucap Zelin malas. Tia penasaran dengan ucapan sahabatnya.

" Kenapa dengan kamu? Bukannya kalo masuk kuliah pasti kamu senang secara ada kakak kelas ganteng." Goda Tia sambil menggerakkan alisnya.

" Aku kesal dan sebel ni hari, coba kamu lihat ini." Ucap Zelin menunjukkan mobilnya yang penyok. Tia membelalakkan matanya tidak percaya.

" Kamu baru menabrak siapa?" Penasaran.

" Siapa yang nabrak, aku itu yang di tabrak dari belakang." Kesal.

" Yang tabrak ganteng enggak?" Tia malah bertanya yang aneh-aneh.

" Idih kenapa juga kamu tanya ganteng segala." Ucap Zelin kesal sambil berjalan meninggalkan Tia yang masih di parkiran.

" Aku kan cuma tanya aja, kalo ganteng lanjutkan, kalo jelek tinggalkan." Ucap Tia sambil tertawa kecil.

Zelin tidak menjawab celotehan sahabatnya. Memang si penabrak mempunyai wajah yang ganteng dan postur tubuh yang tinggi. Cuma ada yang mengganjal dari si penabrak tadi, yaitu cara berbicaranya yang agak berbeda dengan pria umumnya.

Kevin masuk ke dalam ruangan Bosnya.

" Tuan saya sudah mengetahui siapa pemilik properti perumahan X tersebut.

" Siapa?" Ziko semangat dan penasaran.

" Saya kurang tau Tuan, anak buahnya saya sudah mengecek, katanya ada seseorang yang selalu datang ke kantor perumahan itu.

" Bagaimana cara kita menemuinya." Ucap Ziko tambah penasaran.

" Saya dengar beliau ada di kantor perumahaannya sekarang."

" Ok kita langsung berangkat, tahan pemiliknya jangan sampai dia pergi." Perintah Ziko.

Ziko dan Kevin langsung bergerak keluar gedung menuju mobil. Kevin langsung menyalakan mesin mobil dan langsung mengemudikan dengan kencang.

Taksi yang di tumpangi Vita sudah sampai di depan gedung Raharsya group. Cukup lama dia sampai ke gedung itu. Vita masuk ke dalam loby dan menuju meja resepsionis.

" Selamat pagi, ada yang bisa di bantu." Ucap resepsionis ramah.

" Saya mau bertemu dengan Ziko." Ucap Vita ramah sambil tersenyum tipis.

" Ziko presiden direktur kan?"

Vita menganggukkan kepalanya agak ragu, seingatnya dulu Ziko belum menjadi presiden direktur.

" Tunggu sebentar ya." Resepsionis menekan tombol extension, dia menghubungi sekertaris Ziko. Resepsionis menjelaskan dari ujung teleponnya bahwa seseorang telah mencari presiden direktur. Resepsionis hanya menjawab iya baik, iya baik dan terimakasih sambil menutup teleponnya.

" Maaf nona, presiden direktur tidak ada di tempat, kalo anda mau menemui beliau silahkan buat janji terlebih dahulu." Ucap resepsionis ramah.

Vita tidak bergeming, dia kecewa dengan keadaan yang membuatnya sangat susah untuk bertemu sahabat kecilnya.

" Bolehkah saya duduk di sana." Ucap Vita minta izin kepada resepsionis.

" Silahkan tapi anda belum bisa menemui presiden direktur kalo belum membuat janji."

Vita menganggukkan kepalanya mengerti karena seorang presiden direktur jadwalnya sangat padat, jadi wajar kalo dia harus membuat janji terlebih dahulu dengan sekertarisnya.

" Sampaikan saja sama sekertarisnya kalo Vita datang." Ucap Vita sambil menuliskan nomor ponselnya di atas kertas. Resepsionis menganggukkan kepalanya dan mengambil kertas yang berisi nomor ponsel Vita. Resepsionis menghubungi sekertaris Koko untuk membuat janji antara Vita dan presiden direktur.

Vita meninggalkan meja resepsionis, membiarkan resepsionis membuat janji temunya dengan Ziko. Vita duduk di sofa untuk mendinginkan tubuhnya.

Di dalam mobil.

Ziko tidak sampai hati berdiam diri dengan Zira. Dia menghubungi nomor Zira.

" Ya halo." Ucap Ziko pelan.

" Hemmm."

" Aku tidak bisa makan siang denganmu, aku banyak pekerjaan hari ini."

" Hemmm." Ucap Zira langsung menutup panggilannya. Ziko kaget mendapat panggilannya terputus. Kevin memperhatikan bosnya dari kaca mobil.

" Vin bagaimana cara merayu perempuan yang ngambek?" Ucap Ziko bingung.

" Saya kurang tau tuan, tapi biasanya perempuan itu suka dengan bunga." Ucap Kevin menjelaskan.

" Baiklah nanti mampir ke toko bunga." Kevin menganggukkan kepalanya.

" Tunggu istriku suka dengan bunga apa?" Ucap Ziko bingung.

" Biasanya perempuan suka bunga mawar tuan."

" Kamu kan tau istriku seorang Avengers belum lagi dia berguru sama thanos, mana mungkin dia mau bunga mawar."

" Kalo itu saya kurang mengerti tuan, kalo seorang perwira atau superhero memang tidak suka dengan bunga." Ucap Kevin ikut terbawa suasana.

" Sebaiknya bunga apa yang aku berikan kepadanya?"

Kevin memikirkan sesuatu yang mungkin cocok dengan sosok Zira.

" Tuan belikan aja semua bunga yang ada di toko bunga." Ucap Kevin cepat.

" Bagus juga ide kamu. Tapi kalo dia enggak suka bangaimana?" Bingung.

" Gampang tuan berikan aja rumput sama nona Zira nanti beri pita di ujungnya." Ucap Kevin cepat tersenyum lebar.

" Apa kamu pikir istriku sapi." Ucapnya menendang kursi kevin.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."