Chapter 165 episode 165

" Kamu bilang beli satu kenapa beli banyak." Ziko sudah terlihat kesal karena cemburu, untuk pelampiasan rasa cemburunya dia memarahi Zira.

" Ya tadi aku mau beli satu, tapi banyak makanan yang membuatku tergoda." Ucap Zira cepat sambil menikmati telur gulungnya.

Kevin sudah mengendarai mobil, dia memperhatikan dari kaca mobil. Ziko merampas semua bungkus makanan yang ada disampingnya dan akan membuangnya. Tapi Zira menahan tangannya.

" Kamu kenapa sih? Tiba-tiba marah enggak jelas. Kalo kamu enggak suka aku makan beginian tutup aja mata kamu." Ucap Zira kesal sambil menarik makanan yang ada ditangan suaminya.

" Udah enggak nemani istrinya malah marah-marah." Gumam Zira pelan.

Gumaman Zira terdengar suaminya.

" Jadi kamu senang kalo di temani dia?" Ucap Ziko kesal sambil menunjuk ke arah Kevin.

" Ya senanglah! Orang lain lebih perhatian di bandingkan suami sendiri." Ucap Zira kesal sambil melihat keluar jendela.

Ucapan Zira seperti tamparan keras pada dirinya. Tapi Ziko terlalu ego untuk mengakuinya.

" Kamu kan tau kalo aku tidak terbiasa dengan daerah seperti itu." Ziko melakukan pembelaan untuk dirinya sendiri.

" Kalo kamu enggak terbiasa maka biasakanlah. Biar kamu bisa tau kerasnya kehidupan orang lain." Ucap Zira menyindir.

Ziko belum lahir atau masih dalam proses pembuatan dia sudah di takdirkan kaya. Harta keluarganya sampai tujuh turunan tidak akan habis. Itu yang menyebabkan dia kurang peka terhadap hal-hal seperti itu. Ziko diam tidak mau berdebat dengan istrinya.

" Maafkan saya tuan karena telah lancang menemani nona Zira." Ucap Kevin mengalah agar hubungan keduanya membaik.

Apa yang di lakukan Kevin tidaklah salah karena dia hanya mengantisipasi kemungkinan yang terjadi. Ziko tidak menjawab dia lebih memilih memandang keluar jendela sama halnya dengan istrinya. Mobil telah sampai di depan mansion. Zira mengambil semua bungkusan makanan yang di belinya dan membuangnya ke tong sampah.

" Kenapa kamu buang? Bukannya tadi kamu bilang lapar."

" Udah hilang selera makanku." Zira menjawab ketus dan meninggalkan Ziko yang masih berdiri di depan pintu mansion.

Zira lebih baik menahan laparnya dalam diam. Zira masuk ke dalam mansion. Ada yang berlari dari ujung ruang keluarga. Yang tidak lain adalah Zelin.

" Kakak ipar?" Ucap Zelin memeluk kakak iparnya.

Zira kaget melihat adik iparnya sudah sampai ke tanah air.

" Kapan kamu sampai?" Ucap Zira sambil mengelus rambut adik iparnya.

" Tadi siang." Zelin menarik tangan kakak iparnya untuk di bawa duduk ke ruang keluarga. Ziko baru masuk dan melihat adiknya sudah ada di dalam mansion.

" Halo kakakku yang paling ganteng." Ucap Zelin menyapa kakaknya. Ziko tidak menjawab ataupun tersenyum dia lebih memilih untuk pergi ke kamar. Zelin memperhatikan tingkah kakaknya yang aneh.

" Kakak ipar ada apa dengan kakakku." Ucap Zelin sambil menatap ke arah Zira.

" Lagi datang bulan kali." Ucapan kakak iparnya membuat Zelin tertawa lebar.

" Sudah cukup tertawanya ceritakan keadaan mama dan papa?" Ucap Zira mencubit pipi adik iparnya.

Zelin menceritakan keadaan orang tuanya di sana. Dan menceritakan tentang perjalanannya dari Belanda ke tanah air.

" Kamu kenapa pulang?"

Zelin menceritakan perihal kepulangannya karena sudah memasuki musim kuliah. Mereka melepaskan rindu yang sudah berbulan-bulan.

" Kakak udah isi belum?" Ucap Zelin penasaran.

Zira tidak menjawab dia hanya tersenyum manis. Dia tidak memikirkan tentang kehamilan karena yang paling utama dalam dirinya adalah hubungannya kedepan berlanjut atau tidak. Setelah hubungan lanjut dia akan memikirkan tentang program kehamilan.

Zira dan Zelin masuk ke kamarnya masing-masing. Zira melihat suaminya sedang duduk di atas kasur tanpa melihat keberadaannya. Zira membersihkan tubuhnya di kamar mandi setelah itu mengenakan baju tidurnya. Ziko tidak menyapa sama sekali, dia masih kesal dengan istrinya. Zira mengambil bantal dan tidak berniat untuk tidur di sebelah suaminya, dia memilih untuk tidur di atas sofa.

Ziko melirik istrinya yang pindah ke atas sofa, ada rasa kasihan tapi di tahan egonya untuk tidak menegur ataupun menyapa istrinya. Zira menutupkan matanya perlahan dengan cepat dia sudah masuk ke dalam alam mimpinya. Di dalam mimpinya dia sedang terbang dan pindah tidur ke atas kasur dan di dalam mimpinya dia merasa ada yang basah di atas bibirnya. Setelah itu dia sudah tidak sadarkan diri lagi.

Keesokan paginya cahaya mentari sudah masuk kedalam celah jendela dan menyinari sudut kamar. Zira membuka matanya perlahan dan meregangkan ototnya yang kaku. Dia duduk di atas kasur sambil menurunkan kakinya ke bawah. Zira hendak melangkahkan kakinya tapi dia melihat ada pakaiannya berserakan di lantai. Zira kaget dan memperhatikan tubuhnya yang sudah tidak tertutup benang sama sekali. Zira melirik ke arah suaminya yang sudah bertelanjang dada hanya di tutupi selimut.

Zira berlari kecil ke kamar mandi sambil menutupi tubuhnya dengan baju tidur. Di dalam kamar mandi Zira mengumpat habis-habisan. Karena seingatnya dia tidur di sofa dan pagi harinya dia sudah di atas kasur tanpa ada benang sedikitpun di badannya.

" Bagaimana bisa dia mengambil kesempatan pada diriku. Marah ya marah tapi jangan main jungkat jungkit seenaknya dong." Teriak Zira kesal.

Zira tambah kesal melihat ada tato ikan di sekujur tubuhnya.

" Zikoooooo ubi kayu, manusia es batu." Teriak Zira kesal.

Zira langsung mandi, setelah selesai mandi dengan segera dia langsung memakai bajunya. Zira tidak ingin membangunkan suaminya karena dia masih kesal dengan kejadian tadi malam dan kesal karena diam-diam suaminya mengambil kesempatan di atas tubuh moleknya.

Zira keluar dari kamar dan mendapati Pak Budi sedang menyiapkan meja makan.

" Selamat pagi nona? Pagi sekali anda bangun hari ini?" Ucap Pak Budi heran. Pak Budi sudah mengerti biasanya pasangan suami istri ini selalu bangun jam-jam setengah 9 bahkan bisa lebih.

" Eh iya pak saya banyak kerjaan." Ucap Zira gugup.

" Tuan muda mana?" Ucap Pak Budi sambil melihat kebelakang majikannya.

" Masih tidur pak. Biarkan saja suami saya tidur, bangunkan satu jam lagi ya pak.

Pak Budi mengangguk dan menyiapkan sarapan untuk Zira. Zira menikmati makanannya dengan terburu-buru. Dia tidak mau kalo Ziko bangun masih mendapati dirinya di sini yaitu di mansion.

" Pak saya pamit ya. Bangunkan suami saya satu jam lagi." Ucap Zira cepat sambil keluar dari mansion menuju parkir mobil. Supir sudah stand by di sana dan siap mengantarkan Zira ke butik.

Ziko membuka matanya perlahan dan melihat ke sebelahnya. Dia tidak mendapati Zira di atas kasur. Ziko duduk dari posisi sebelumnya terlentang. Dia berjalan menuju ke kamar mandi tapi tidak ada Zira di sana.

" Mungkin dia menungguku di meja makan."

Ziko mandi dan selesai mandi langsung mengenakan setelan jas yang sudah di siapkan Zira sebelumnya. Walaupun Zira kesal dan marah sama suaminya tapi dia tetap melakukan tugas-tugasnya sebagai istri.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."