Chapter 164 episode 164

" Ada apa dengan kalian berdua?" Sambil memandang Ziko dan Koko yang sama-sama melihat kebelakang.

" Sepertinya ada yang meneriakkan nama ku." Ucap Ziko serius sambil melihat kebelakang.

Zira kembali melihat Koko.

" Dan kamu apa yang menyebabkan kamu sampai tengleng seperti itu."

" Ada yang meneriakkan namaku juga." Ucap Koko juga melihat ke belakang.

" Mungkin saja yang berteriak tadi bukan menyebutkan nama kalian tapi menyebutkan nama sikomo." Ucap Zira santai sambil memperbaiki arah pandangan suaminya untuk melihat ke arah depan. Ziko dan Koko kembali melihat arah depan. Walaupun mereka yakin bahwa pendengarannya tidak salah.

" Apa anda mau berhenti tuan? atau kita putar arah." Ucap Kevin ingin memberhentikan mobilnya sambil memutar arah mobil yang di kendarainya.

" Lanjutkan saja, mungkin hanya orang iseng."

Kevin kembali melajukan mobilnya. Vita masih bengong di tempat, pada saat dia berteriak menyebutkan nama Ziko.

" Bagaimana aku tidak bisa kepikiran tentang keberadaan Ziko di sini." Gumam Vita.

Vita memang tidak memikirkan tentang keberadaan Ziko di kota itu, saking senangnya karena tulisannya akan di cetak dan senang karena dapat kembali ke tanah air, sampai-sampai dia tidak memikirkan orang penting di kota ini.

Vita tidak mempunyai nomor ponsel Ziko karena memang sudah lost contacts lama, dan pada saat di Belanda dia juga tidak kepikiran untuk meminta nomor ponselnya. Di pikirannya, dia akan dengan cepat dapat menemui Ziko, secara dia masih ingat tempat tinggal Ziko dan masih ingat tentang perusahaan Ziko.

Vita akan menemui Ziko besok. Sekarang dia masih ingin menikmati suasana malam hari yang indah.

Kevin mengantarkan Koko terlebih dahulu ke kantor karena kendaraannya masih di sana. Setelah itu baru Kevin mengantarkan dua majikannya.

Bintang-bintang berkilauan di atas langit memancarkan cahayanya membuat suasana malam itu terlihat sangat indah. Di pinggir jalan banyak para pedagang yang menjajakan dagangannya. Makanan yang mempunyai citarasa yang enak untuk lidah Zira. Biasanya Zira sering menghabiskan malamnya dengan makan di situ.

" Suamiku, makanan di situ enak loh." Ucap Zira sambil menunjuk ke arah luar jendela mobil.

Ziko melihat ke arah yang di tunjuk istrinya.

" Kamu kan baru makan bagaimana bisa kamu mau minta makan lagi." Ucap Ziko cepat.

" Ah suamiku apa kamu lupa dengan anak cabang lambungku." Ucap Zira cepat merayu suaminya. Zira kurang suka dengan makanan western karena memang bukan lidahnya, makanan western memang lebih mahal di bandingkan dengan makanan lokal. Kalo dari segi porsi lebih banyak makanan lokal di bandingkan makanan western, itu yang membuat Zira bingung kenapa makanan western bisa lebih mahal di bandingkan makanan lokal. Sempat di dalam benaknya mungkin makanan western harganya mahal karena di sajikan dalam bentuk dan warna yang indah, seperti banyaknya bunga warna-warni yang sering di sajikan diatas meja. Beda dengan makanan lokal di sajikan hanya dengan potongan timun atau bunga kantil ????????????.

Zira merayu suaminya agar di ijinkan membeli makanan di pinggir jalan.

" Boleh ya, satu aja?" Ucap Zira merayu suaminya dengan mimik wajah sendu.

" Hemmm." Ucapan yang singkat dari Ziko tapi membuat istrinya girang. Kevin langsung memberhentikan mobil di pinggir jalan. Zira menarik tangan suaminya agar menemaninya memilih makanan di sana, tapi Ziko menahan tangannya.

" Aku tidak terbiasa makan makanan itu."

Zira tidak memaksa suaminya untuk mengikuti seleranya. Zira memakluminya secara di mansion mereka bisa mendapatkan makanan apa saja, yang jauh lebih terjaga kebersihannya. Zira keluar dari mobil sambil membaca semua tulisan yang ada di atas steling. Dia masih memilih makanan apa yang bisa menggugah seleranya. Kevin keluar dari mobil dan Ziko memperhatikannya.

" Mau kemana kamu?" Ucap Ziko dari balik kaca mobil.

" Saya mau menemani nona Zira, saya khawatir terjadi apa-apa karena di sini banyak orang." Ucap Kevin langsung pergi meninggalkan Ziko di mobil. Ziko hanya bengong melihat Kevin lebih sigap dan sedia di bandingkan dengan dirinya. Kevin mengikuti Zira dari belakang.

" Nona mau beli apa?" Ucapan Kevin mengagetkannya.

" Ah kamu suka banget mengagetkan aku. Mana suamiku?" Ucap Zira sambil melihat ke belakang Kevin.

" Tuan menunggu di mobil." Ucap Kevin sambil berjalan beriringan dengan Zira.

Zira masih memilih makanan yang menggugah seleranya. Dia tertuju pada satu gerobak kecil yang bertuliskan telor gulung. Zira langsung memesan dua porsi. Sang pedagang langsung membuat pesanan Zira.

" Ini nona." Ucap Bapak pedagang menyerahkan pesanan Zira. Zira memberikan pesanannya kepada Kevin. Dia masih memilih makanan yang lain. Dia berhenti pada satu gerobak yaitu bakso bakar dan sosis bakar. Zira memesan makanan itu dan langsung membayarnya.

" Kamu tunggu di sini. Aku mau membeli rujak dulu." Ucap Zira menunjuk ke arah steling penjual rujak. Zira pergi meninggalkan Kevin yang masih menunggu pesanan Zira.

" Ini pesanan istri anda mas." Ucap penjual sambil menyerahkan bakso bakar dan sosis bakar. Kevin ingin meralat ucap sang penjual tapi dia mengurungkan niatnya. Kevin menuju ke steling penjual rujak.

" Mau pesan berapa mas?" Ucap penjual kepada Kevin.

" Oh saya tidak pesan." Ucap Kevin sambil menunjuk ke arah Zira yang lagi duduk di pojok dengan ponselnya.

" Oh suami mbaknya toh?" Ucap penjual lagi.

Lagi-lagi Kevin bingung karena sudah dua orang yang berpikiran kalo mereka suami istri. Kevin tidak menjelaskan lagi karena sang penjual sudah membungkus makanan itu.

" Lagi isi ya istrinya?" Ucap sang penjual rujak.

" Maksudnya?" Ucap Kevin bingung.

" Ya tadi mbaknya pesan jangan pakai nenas. Jadi saya kira mbaknya lagi hamil." Ucap penjual menyerahkan bungkusan rujak.

Kevin menghampiri Zira yang masih duduk di kursi.

" Nona apa ada lagi yang mau di beli." Zira menyimpan ponselnya ke dalam tas jinjing sambil menggelengkan kepalanya. Dia mengambil beberapa bungkus makanan yang di pegang Kevin.

" Terimakasih Bu." Ucap Zira kepada penjual.

" Sama-sama, jaga istrinya ya mas." Ucap penjual kepada Kevin. Zira melihat kepada Kevin.

" Apa maksud penjual tadi?" Ucap Zira penasaran.

" Enggak tau." Ucap Kevin gugup. Mereka berjalan beriringan menuju mobil. Zira memberikan sebungkus bakso bakar dan sosis bakar kepada Kevin. Mereka sangat akrab dan saling mengobrol. Ziko memperhatikan mereka dari jauh. Ada rasa cemburu melihat Kevin dan Zira berjalan beriringan seperti sepasang kekasih. Ziko langsung turun dan menghampiri mereka. Ziko merampas bungkusan yang ada di tangan Kevin.

" Jangan di ambil, itu memang untuknya. Ini punya kamu." Ucap Zira sambil menyerahkan sebungkus bakso bakar dan sosis bakar. Tapi Ziko tetap mengambil bungkusan yang di pegang Kevin. Ziko menarik tangan istrinya berjalan menuju mobil. Dan Kevin mengikuti mereka dari belakang.

Zira duduk sambil menikmati makanannya. Bungkusan yang di pegangnya tadi di buang ke tong sampah.

" Kenapa di buang? Bungkusan itu belum di makan sama sekali, Kevin tadi hanya masih memegangnya." Ucap Zira kesal. Kevin paham kalo Bosnya sedang tidak baik-baik saja.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."