Chapter 163 episode 163

Mobil sudah menuju sebuah restoran. Restoran bintang lima dengan sajian kelas wahid. Ziko memilih private room untuk menikmati makan malamnya. Sebelumnya Kevin sudah memesan tempat itu ketika mereka masih di kantor. Mereka duduk saling berhadap-hadapan antara tim Ziko dan tim Tuan Arata. Zira duduk di sebelah kanan Ziko, Kevin duduk di sebelah kiri Ziko dan Koko duduk di sebelah kanan Zira.

Dua orang pelayan wanita memasuki ruangan tersebut, para pelayan meletakkan daftar menu di depan para tamu restorannya. Mereka merekomendasikan makanan yang paling favorit di restoran itu. Ziko memilih makanan yang di rekomendasikan pelayan wanita itu. Seorang pelayan mencatat menu yang dipilih Ziko. Setelah semua pesanan sudah di catat, pelayan tadi pergi meninggalkan ruangan untuk menyerahkan daftar menu yang di pilih tamunya kepada chef.

Tuan Arata dan Ziko mengobrol tentang banyak hal dari obrolan bisnis sampai obrolan yang lain.

" Mr. Ziko you have a very smart wife. You are very lucky (Tuan Ziko anda mempunyai isteri yang sangat pintar. Anda sangat beruntung)." Ucap Tuan Arata tersenyum melirik Zira. Zira pura-pura tidak mendengar dia lebih memilih memandang yang lainnya.

Ziko menoleh melihat istrinya. Di pikirannya sehebat apa istrinya sampai orang lain bisa memuji kepintarannya, padahal di depan Ziko, istrinya tidak pernah menunjukkan kepintarannya.

" Apa Tuan Arata memuji Zira karena dia menyukai istriku atau apa karena memang Zira pintar." Sambil melirik Zira yang berada di sampingnya. Misteri itu bertambah lagi di dalam benaknya, dari bahasa Perancis yang secara mengejutkan dirinya dan dari cara Zira menaklukkan lawannya, semua menjadi misteri di dalam benaknya, misteri ini belum pernah bisa terpecahkan.

Beberapa pelayan memasuki ruangan sambil mendorong makanan yang ada di atas rak. Mereka tersenyum sambil meletakkan makanan tersebut di samping kanan para tamunya tidak lupa para pelayan menyebutkan menunya sambil meletakkan makanan.

" Selamat menikmati." Ucap Pelayan tadi sebelum meninggalkan ruangan tersebut.

Tuan Arata dan Tim sudah mengambil sendok yang berada di samping dan kanan dan kiri piring. Begitupun Ziko, Kevin dan Zira mereka juga sudah mengambil sendok dan menikmati makanannya. Hanya Koko yang belum menyentuh makanannya. Zira memperhatikan Koko yang masih diam sambil menatap makanannya.

" Kenapa kamu enggak makan? Apa kamu enggak suka sama makanan ini." Ucap Zira sambil menunjuk ke piring Koko.

" Bagaimana aku mau makan tanganku ada di dalam saku celana." Gerutu Koko.

Zira tertawa kecil mendengar ucapan Koko barusan. Ziko dan tuan Arata melirik Zira. Mereka penasaran apa yang menyebabkan Zira tertawa.

" Naze waratteru no? Omoshiroi koto waarimasu ka (Kenapa anda tertawa nona? Apa ada yang lucu)." Ucap Tuan Arata tersenyum tipis sambil melihat ke arah Zira. Ziko juga melihat ke arah istrinya, di pikirannya kenapa Tuan Arata berbicara bahasa Jepang kepada istrinya. Zira hanya tersenyum dia tidak menjawab pertanyaan tuan Arata. Ziko langsung memahami arti diamnya Zira

" Sorry, my wife Arata can't speak Japanese (Sory tuan arata isteri saya tidak bisa berbahasa jepang)." Ucap Ziko membela istrinya.

Tuan Arata tertawa mendengar pembelaan Ziko kepada istrinya. Ziko bingung dan tidak bisa mengerti arti dari tertawa rekan bisnisnya.

" It seems like you don't know more about your wife (Sepertinya anda kurang mengenal lebih dalam tentang isteri anda)." Ucap Tuan Arata sambil tersenyum lebar. Sedangkan Ziko malah menatap tajam ke arah istrinya. Ucapan Tuan Arata seperti menyindirnya karena tidak mengenal tentang istrinya. Zira tidak menghiraukan tatapan suaminya, dia lebih memilih melihat ke arah Koko.

" Makanlah makanan mu. Apa kamu kira makanan mu akan habis dengan cara di pelototi seperti itu." Ucap Zira tersenyum kecil.

Koko mengeluarkan tangannya dari dalam saku secara perlahan. Dia ada rasa ragu untuk memegang sendok.

" Nona bolehkah aku makan pakai tangan? Aku takut jadi kelingking dan jari manis ku terangkat dengan sendirinya." Ucap Koko ragu.

Zira tertawa lebar, sambil menutup mulutnya.

Ziko dan Tuan Arata melihat kembali ke arah Zira.

" Anata wa totemo shiawase-sōdesu, watashitachi to tanoshimi o kyōyū shitaidesu ka? (Sepertinya anda sangat senang, apakah anda mau berbagi kesenangan dengan kami)." Ucap Tuan Arata tersenyum tipis.

" Hahaha, watashi wa kono tabemono ni totemo manzoku shite imasu (hahaha, saya sangat senang dengan makanan ini)." Ucap Zira tertawa lebar. Tuan Arata tersenyum mendengar cara tertawa Zira yang lucu. Ziko tidak ada ekspresi, dia kaget mendengar istrinya bisa bahasa Jepang sedangkan dia belum sampai sempurna bahasa Jepangnya.

" Berapa bahasa yang kamu ketahui?" Ziko penasaran sambil berbisik ke telinga istrinya.

" Bukan ketahui tapi pelajari." Ucap Zira meralat ucapan suaminya.

" Hemm ya itu, berapa?" Ucap Ziko cepat.

" Sebanyak bahasa yang kamu pelajari sebanyak itu juga bahasa ku." Ucap Zira enteng.

Ziko sudah tidak mau membahas masalah itu lagi, menurutnya pembahasan itu akan mereka bahas ketika sudah di rumah. Ziko melanjutkan makannya.

Zira masih melihat Koko, dia belum juga memakan makanannya. Dia takut jarinya akan merusak suasana di meja makan itu.

" Begini saja aku punya ide." Ucap Zira sambil berbisik ke Koko. Koko mengangguk kan kepalanya, dan Zira mengambil sesuatu dari dalam tasnya yaitu sebuah karet rambut.Koko mengikat jari kelingking dan jari manisnya dengan karet. Dengan seperti itu jarinya tidak akan berdiri dengan lentik tapi akan berdiri kaku.

Koko dapat menikmati makan malamnya walaupun di awal agak susah tapi dia sudah membiasakan dirinya. Tim tuan Arata yang duduk di depan Koko melihat bingung. Di pikirannya cara makan setiap negara berbeda-beda dan ini yang paling unik menurutnya.

Mereka sudah selesai menikmati makan malamnya. Tuan Arata kembali ke mobil menuju hotel untuk beristirahat. Ziko, Zira dan Koko masih berdiri di depan pintu restoran, mereka masih menunggu Kevin yang sedang mengambil mobilnya dari area parkir.

Vita yang sedang berjalan-jalan menikmati indahnya malam melihat ke arah seberang jalan. Dari sebrang jalan ada sosok yang sangat di kenalnya yaitu Ziko. Vita ingin menyeberang menghampiri Ziko, tapi jalanan ramai dengan kendaraan, dia tidak berhasil untuk menyeberang. Kevin sudah di depan pintu restoran dengan mobilnya. Koko membukakan pintu untuk dua majikannya. Ziko dan Zira duduk di kursi belakang seperti biasanya dan Koko di samping Kevin. Kevin sudah melajukan mobilnya. Vita tidak bisa menyeberang jadi dia hanya bisa berteriak menyebutkan nama Ziko berulang-ulang. Ziko seperti mendengar seseorang meneriakkan namanya. Ziko melihat ke kaca belakang mobil, untuk mencari siapa yang meneriakkan namanya.

" Seperti ada yang meneriakkan namanya ku." Ucap Koko melihat ke belakang.

Zira melihat dua orang yang namanya akhiran o melihat kebelakang semua. Dia merasa aneh dengan dua orang ini.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."