Chapter 158 episode 158

Koko merasa iri dengan kemesraan yang di tampilkan dua sejoli di sampingnya. Dia tidak mempunyai kekasih yang bisa di ajaknya bermesraan, Kevin sebagai targetnya selalu bersikap jutek dengannya.

" Kenapa kamu enggak makan?" Ucap Zira melihat Koko yang masih memain-mainkan sendoknya.

Koko melihat ke arah Zira dan hanya tersenyum tipis, tidak menjawab sama sekali.

" Kamu harus makan biar kuat menghadapi hidup." Ucap Zira sambil menyuapi suaminya.

Ucapan Zira seperti sebuah asupan energi, dia langsung makan dengan lahap sambil melirik ke depannya yaitu Kevin. Kevin tidak memperhatikan dan memperdulikannya, menurutnya Koko itu makhluk tak kasat mata.

Koko merencanakan sesuatu untuk mencoba mencuri perhatian Kevin. Dia membuka salah satu sepatunya dan membuka kaos kakinya. Koko mulai melakukan aksinya, salah satu kakinya sudah mulai bergerak dari bawah meja, kakinya ingin menyentuh Kaki Kevin.

Kevin bergerak membetulkan kursinya dan menatap mahluk astral di depannya. Dia mengedipkan matanya ketika beradu mata dengan Kevin. Koko melakukan aksinya lagi, kakinya semakin naik ke atas. Tapi yang bergerak sekarang adalah Ziko. Ziko membisikkan sesuatu ketelinga istrinya.

" Apa kamu ingin melakukannya sekarang di sini." Ucap Ziko berbisik ke telinga Zira. Zira tidak mengerti dia hanya menyeruput minuman yang ada didepannya. Koko masih dengan aksinya sambil tetap memandang Kevin. Ziko jadi sedikit terangsang sambil melirik ke arah Zira.

" Istriku kamu liar juga ya?" Ucap Ziko sambil berbisik.

" Liar? Hewan kali Liar." Ucap Zira sambil mengunyah makanannya.

Koko merasa heran melihat Kevin yang tidak bergeming sedikitpun dengan sentuhannya.

" Kenapa dia tidak bereaksi sedikitpun padahal aku sudah lebih agresif."

Koko melakukan aksinya lagi dia kembali menyentuh kaki Ziko. Ziko merasa sedikit terangsang dengan sentuhan itu, di pikirannya yang berbuat seperti itu adalah istrinya.

" Istriku jangan kamu bangunkan ubi kayuku." Ucap Ziko berbisik ke telinga Zira.

Zira tidak menjawab, dia beranjak dari kursinya pergi keluar ruangan menuju toilet. Ziko melihat ke arah kaki istrinya dan melihat ke bawah meja. Ziko langsung menendang kaki koko. Koko meringis mendapatkan tendangan maut dari Ziko.

" Kamu! Berani-beraninya menyentuhku." Ucap Ziko marah sambil menggebrak meja. Kevin yang lagi menikmati makanannya merasa kaget dengan adanya gebrakan dari meja.

" Kenapa bos. Kenapa marah?" Ucap Koko yang bingung dengan kemarahan Ziko padanya. Di pikirannya yang menendang kakinya tadi adalah Kevin, dia masih belum mengerti kalo dia telah menyentuh kaki bosnya.

" Kenapa kamu menyentuh kaki ku?" sambil menuding ke arah Koko. Koko baru mengerti kalo dia telah menyentuh kaki Ziko. Ziko sudah memegang kerah kemeja Koko dan ingin mendaratkan pukulan kewajah Koko. Zira yang baru kembali dari toilet langsung teriak mendapati suaminya akan memukul Koko

" Ada apa ini?" Ucap Zira mencoba menenangkan sambil memegang dada suaminya.

" Dia baru menyentuh kakiku." Ucap Ziko seperti sedang mengadu dengan ibunya. Zira melihat ke arah Koko, dari tatapannya Koko harus menceritakan kejadian semuanya.

" Maaf tuan saya salah, saya pikir telah menyentuh kaki asisten Kevin. Tapi ternyata saya salah." Ucap Koko sambil tertunduk.

Zira dan Kevin tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan polos dari Koko. Zira melepaskan tangan suaminya dari kerah kemeja Koko dan menurunkan tangan suaminya tetap sambil tertawa.

" Sudahlah enggak usah di permasalahkan." Ucap Zira menenangkan suaminya.

" Bagaimana tidak dipermasalahkan kalo dia melakukan hal gila lagi gimana?" Ziko masih menatap Koko dengan sinis.

" Enggak suamiku, dia kan sudah minta maaf kalo pun dia melakukan hal gila lagi pasti bukan dengan kamu tapi dengan itu." Ucap Zira menunjuk ke arah Kevin.

Ziko sudah bisa tenang, tapi Kevin yang masih belum tenang. Dia harus tetap waspada untuk hal gila lainnya.

" Jaga jarakmu dariku!" Koko langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat. Dia tau telah membuat kesalahan yang fatal hari ini. Dia tidak mau mengulangi kesalahan yang sama dengan Ziko tapi kalo dengan Kevin mungkin dia akan melakukannya lagi.

Ziko ingin mengajak istrinya kembali ke kantor tapi dia enggan untuk pulang. Zira ingin pergi ke toko ponsel. Zira melangkahkan kakinya ke sebuah toko ponsel terkenal.

" Apa ponsel yang aku berikan kepadamu kurang bagus." Ucap Ziko heran sambil tetap mengikuti langkah Zira masuk ke dalam toko.

Seorang pelayan toko menyapa mereka ramah.

" Selamat siang ada yang bisa saya bantu." Ucap pelayan toko ramah. Pelayan tadi menunjukkan koleksi ponsel terbaru dari berbagai merek. Ada yang baru dan ada juga yang ponsel bekas.

Zira melihat-lihat ke dalam etalase toko.

" Sudah ambil saja semua kalo kamu mau." Zira menepuk pelan bahu suaminya.

" Idih kamu, aku itu cuma mau cari satu ponsel bukan semuanya." Zira masih tetap menatap etalase toko.

" Mbak saya mau lihat yang ini." Ucap Zira sambil menunjuk ponsel yang ada di dalam etalase toko. Pelayan tadi memberikan ponsel tersebut dan menjelaskan fungsi dan kapasitas dari ponsel tersebut.

" Ok mbak bungkus satu ya." Ucap Zira cepat sambil menyerahkan kartu debitnya kepada si pelayan. Ziko memperhatikan kartu yang di gunakan istrinya.

" Ini kartu siapa?" Ziko meminta kartu yang di pegang si pelayan, dia mengamati kartu tersebut.

" Ini bukan kartu ku." Ziko menyerahkan kartu tersebut ke istrinya.

" Ya memang bukan, ini kartuku." Ucap Zira cepat sambil menyerahkan kartu itu lagi kepada pelayan toko.

" Mana kartu ku." Zira mengambil kartu di dalam tasnya dan meletakkan langsung ke telapak tangan Ziko.

" Pakai yang ini." Ucap Ziko memberikan kartunya kepada si pelayan toko. Pelayan toko tadi langsung pergi ke kasir.

" Tapi eh." Zira melambaikan tangannya memanggil si pelayan, tapi tangannya sudah di tepis Ziko.

" Sudah berapa kali aku bilang, gunakan kartu ku jangan pernah pakai lagi kartumu." Ziko menuding jarinya ke wajah istrinya.

" Tapi ini bukan untukku, ini untuk Lina asistenku."

" Terserah tugasmu hanya memakai kartu ku, kalo perlu habiskan tapi ingat beli sesuai kebutuhan jangan beli yang tidak perlu."

Zira menganggukkan kepalanya cepat, dia tidak akan menghabiskan uang suaminya, apalagi memakainya dan hari ini mau tidak mau dia harus memakai kartu itu. Pelayan tadi menyerahkan ponsel yang baru saja di beli Zira.

" Suamiku aku mau mengantarkan ini kepada Lina." Sambil menunjukkan bungkusan ponsel di tangannya.

" Ya ayo." Ziko ingin ikut ke butik istrinya.

Kevin duduk di depan bersama Koko, Zira dan Ziko berada di belakang. Ziko memeluk pinggang istrinya dan meletakkan kepalanya di atas dadanya.

Koko memperhatikan dari kaca spion dia merasa iri dengan kemesraan yang ada. Koko melirik ke arah Kevin, dia memperhatikan dari samping sehingga jakun Kevin terlihat naik turun, melihat jakun yang naik turun membuat Koko terpesona dan terus memandanginya.

" Jangan kamu pandangi aku! Kalo tidak mau matamu ku ubah jadi telur mata sapi." Kevin tetap menyetir mobil tanpa perlu menoleh mahluk jadi-jadian di sampingnya.

Koko memalingkan wajahnya, dia masih ingin melihat ke arah Kevin. Di pikirannya lebih baik melihat Kevin dari pada melihat sepasang suami isteri yang selalu membuatnya cemburu.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."