Chapter 157 episode 157

" Jawab aku! Untuk apa kamu ke rumah sakit." Bentak Ziko dengan tatapan marah.

" Aku menjenguk Naura." Zira mengatakan apa adanya.

" Siapa Naura? Apa dia temanmu?" Bentak Ziko lagi.

" Hahahaha bos kamu lucu deh Naura itu masih kecil." Ucap Koko keceplosan. Kevin, Ziko dan Zira melihat ke arah Koko secara bersamaan.

" Diam kamu! Aku enggak bicara sama kamu." Koko langsung menutup mulut dengan tangannya, bentakan Ziko membuatnya tidak bisa berkutik.

" Jawab aku?" Dia menatap Zira kembali dengan tatapan mengintimidasi.

" Ya aku akan jawab semuanya, aku menjenguk Naura, dia anaknya Fiko." Zira menatap balik.

Ziko mencoba mengingat nama Fiko tapi namanya tidak terdaftar dalam memori ingatannya.

" Siapa Fiko?" Ucap Ziko mengernyitkan dahinya.

" Fiko yang pernah kamu pukul ketika di restoran. Apa kamu ingat?"

Ziko mulai mengingat isi memorinya. Dia mulai kesal dengan Zira.

" Berani sekali kamu pergi tanpa minta izin dari ku, jangan-jangan kamu bermesraan di sana dengannya." Ucap Ziko sambil memegang lengan Zira dengan keras.

Prak. Zira menampar pipi suaminya. Ziko memegang pipinya dengan salah satu tangannya.

" Cukup tuduhan yang kamu berikan kepadaku, aku akui kalo aku salah karena tidak meminta izin padamu, jika aku meminta izin, apa kamu akan mengizinkan ku?" Zira menuding jarinya ke arah Ziko.

Ziko tidak menjawab pertanyaan istrinya, walaupun Istrinya minta izin dia tetap tidak akan mengizinkan. Karena Fiko merupakan saingan terberatnya.

" Enggak perlu kamu jawab, kamu tidak akan pernah mengizinkan ku, dan asal kamu tau aku bisa menjaga martabatku sebagai seorang istri bukan seperti kamu." Zira menyindir suaminya.

Zira bisa menjaga martabatnya sebagai seorang istri tapi tidak dengan Ziko. Masih teringat jelas di benaknya ketika Ziko memeluk dan memegang tangan Vita.

Ziko mengambil ponselnya dan menghubungi dokter Diki. Tidak berapa lama panggilan terhubung.

" Ada apa ko?" Ucap dokter Diki dari ujung ponselnya.

" Siapa pasien yang di rawat di ruang cempaka? Beri informasi mengenai pasien itu." Ziko langsung menutup panggilannya.

Dokter Diki langsung mencari informasi mengenai pasien di ruang cempaka. Pihak pertama yang menjadi sumber informasinya adalah bagian pendaftaran, kemudian bagian-bagian lainnya yang bisa di ambil informasinya.

Ziko masih menunggu informasi dari dokter Diki. Zira sudah jengah harus terus bertengkar, dia ingin pergi dari ruangan itu. Tapi Ziko menariknya dan mendudukkannya di sampingnya. Tidak berapa lama suara ponsel Ziko berbunyi, dia langsung menjawab panggilan tersebut. Dokter Diki menjelaskan tentang penyakit yang di derita pasien di ruang cempaka secara detail. Ziko tidak bergeming, wajahnya sangat serius.

" Berikan pelayanan yang terbaik untuk pasien itu, semua biaya rumah sakit menjadi tanggung jawabku." Ucap Ziko sebelum mengakhiri panggilannya.

Zira sampai membelalakkan matanya mendengar ucapan suaminya. Seorang Ziko terkenal kurang peka dan kurang perduli dengan hal-hal seperti itu, tapi hari ini Zira melihat dan mendengar sendiri bahwa suaminya mempunyai hati emas. Walaupun Fiko musuhnya tapi dia dengan ikhlas mau melakukannya.

Tanpa pikir panjang Zira langsung memeluk suaminya dengan erat.

" Terimakasih suamiku." Ucap Zira sambil memeluk erat.

" Hemmm." Ziko hanya menjawab singkat.

" Apa kamu mau menjenguknya juga?" Zira menatap mata suaminya lembut.

" Enggak aku enggak akan kesana, anggap saja itu sebagai penebus karena aku telah memukul orang tuanya." Ziko enggan pergi menjenguk Naura, egonya masih tinggi untuk sekedar beramah tamah dengan lawannya.

Zira tidak memaksakan kemauannya, dia sudah cukup senang mendengar suaminya melakukan hal yang terpuji.

" Apa aku masih boleh menjenguk Naura?" Zira memohon sambil mengedipkan kedua matanya.

" Hemmm tapi dengan syarat."

Zira menanti syarat yang akan di ajukan suaminya.

" Hanya dua hari sekali dan hanya sepuluh menit di sana, dan satu lagi kamu harus pergi dengan si kemayu itu." Ucap Ziko menunjuk jarinya ke arah Koko. Zira ingin protes, tapi dia mengurungkan niatnya karena dengan mendapatkan Izin dari Ziko sudah merupakan hal yang baik. Zira memeluk suaminya dan mengecup lembut bibir Ziko.

" So sweet." Ucap Koko sambil menyandarkan kepalanya di bahu Kevin. Kevin kaget dan langsung menggeser badannya ke samping sambil membersihkan bahunya dari bekas kepala Koko, dia sangat jijik melihat manusia jadi-jadian di sebelahnya.

Koko teringat sesuatu dengan boneka yang di belikan Zira untuknya. Koko memberikan boneka tersebut kepada Kevin. Kevin enggan menerimanya, tapi dia langsung menarik tangan Kevin sambil meletakkan boneka gajah itu di tangan Kevin.

" Kamu ngapain sih." Ucap Kevin sambil melempar boneka gajah itu dari tangannya. Koko mengambil boneka itu, dengan wajah yang di tekuk.

Zira dan Ziko menyaksikan pertengkaran dua insan itu. Koko dan Kevin sama-sama berawalan K, apakah hatinya akan bersama seperti huruf awal nama mereka.

Pertengkaran sudah selesai dan waktunya mereka memesan makan siang. Kevin memanggil pelayan dan memesan beberapa menu khusus untuk Ziko dan Zira. Koko merasa cemburu karena dirinya tidak di tawari apapun. Pelayan mencatat semua menu yang di pesan Kevin dan kembali ke luar ruangan untuk menyiapkan pesanan tamunya.

Posisi meja berada di tengah ada enam kursi, dua kursi berada di samping kanan dua kursi berada di samping kiri dan dua kursi berada di tengah, bagian tengah lainnya kosong tidak ada kursi. Posisi itu di buat untuk memudahkan pelayan menyajikan makanan.

Koko duduk di depan Kevin, kemudian dia memindahkan posisi duduknya ke sebelah Kevin.

" Ngapain kamu duduk di sini." Ucap Kevin marah.

" Ah Bapak, aku cuma kasihan." Ucap Koko dengan gayanya.

" Kasihan apa?" Kevin menatapnya dengan jijik.

" Kasihan dengan kursi ini karena tidak ada yang mendudukinya." Ucap Koko sudah duduk di sebelah Kevin sambil mengedipkan sebelah matanya.

Ziko dan Zira tertawa senang melihat pertengkaran dua kurcaci di depannya.

" Pindah enggak kamu!" Ucap Kevin dengan nada membentak. Koko menggelengkan kepalanya dengan cepat.

" Aku hitung sampai tiga, kalo kamu enggak pindah aku yang pindah." Ucap Kevin lagi marah.

Kevin mulai menghitung. Tapi Koko tetap enggan pindah dia malah memeluk lengan Kevin. Dia langsung melepaskan tangan Koko dari lengannya.

" Kalo kamu enggak mau pindah aku yang pindah." Ucap Kevin sambil melepaskan tangan Koko dengan kasar dari lengannya.

Kevin memindahkan posisi duduknya di depan Koko. Tidak berapa lama pelayan masuk ke dalam ruangan dan menyajikan semua makanan di atas meja.

Zira mengambil satu piring dan meletakkan nasi dan lauk di dalam piring itu. Koko memperhatikan Zira sambil membelalakkan matanya. Dia merasa heran dengan nafsu makan Zira seperti seekor sapi.

Zira menyuapi suaminya seperti yang biasa dia lakukan. Koko tersipu malu karena telah berpikir jelek mengenai nafsu makan Zira yang besar.

" Kamu kenapa tersipu seperti itu?" Zira memperhatikan Koko sambil menyuapi suaminya.

" Ah nona tadi saya berpikir kalo nona mau menghabiskan makanan itu sendiri." Ucap Koko sambil menutup mulutnya tersipu malu.

Koko tidak melanjutkan ucapannya lagi, dia merasa cemburu dengan dua pasangan yang ada di sampingnya. Walaupun mereka bertengkar tapi mereka bisa dengan cepat melupakan semuanya seperti tidak pernah terjadi apapun.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."