Chapter 156 episode 156

Supir mengantarkan mereka ke mall terdekat. Koko duduk di depan dengan Pak supir, dan Zira duduk di belakang. Mereka turun dari mobil, ketika Pak Supir sudah memarkirkan mobilnya dengan sempurna.

Zira berjalan di depan Koko dan Pak supir. Mereka berdua menjadi bodyguardnya Zira untuk hari ini. Zira berhenti ke toko boneka, dia membeli sebuah boneka Barbie yang lumayan gede.

" Nona sini." Ucap Koko mengulurkan tangannya mengambil boneka yang ada di tangan Zira.

" Terimakasih Koko, kamu baik sekali." Zira tersenyum tipis melihat Koko membantunya.

" Aduh nona saya itu bukan mau membantu, tapi saya kasihan sama boneka ini." Ucap koko sambil mengelus boneka yang di pegangnya.

" Memangnya kenapa?" Zira penasaran dan bingung.

" Idih nona kok enggak peka banget sih, apa nona enggak kasihan sama boneka yang lainnya. Kalo nona beli satu, beli semuanya, jadi kan adil." Ucap Koko manyun.

" Adil gundulmu!" Zira menoyor kepala Koko.

" Bilang aja kamu mau di belikan?" Ucap Zira menerka - nerka.

Koko menganggukkan kepalanya sambil menggoyang - goyangkan badannya kesana kemari. Koko berwajah tampan, dan berpostur tinggi, setiap kaum hawa melihatnya pasti langsung terpesona, tapi kalo mendengar dia berbicara bisa di pastikan kaum hawa langsung diare.

" Kamu mau boneka apa?" Ucap Zira menawarkannya.

" Aku mau boneka Frozen, Ratu Elsa." Ucap Koko sambil bergelayut manja memegang lengan Pak supir. Pak supir sudah risih dengan tangan Koko yang tidak bisa mengkondisikan. Zira tidak membelikan boneka Frozen, dia membelikan boneka yang lain untuk Koko.

" Nona kenapa boneka yang ini." Ucap Koko kesal. Zira membelikan boneka gajah, dan ada maksud dari boneka itu.

" Kan boneka itu sama seperti kamu." Zira mengambil boneka Barbie dari tangan Koko.

" Sama apanya?"

" Sama-sama punya belalai." Ucap Zira tertawa cekikikan. Zira sudah tidak memperdulikan gerutu Koko, dia sudah jalan terlebih dahulu meninggalkan Koko yang masih terpaku dengan bonekanya.

" Nona tunggu." Ucap Koko berlari mengejar, Zira melihat kebelakang dan memandangi cara berlari Koko seperti atlet renang.

" Ko, kamu kalo lari kenapa normal." Zira menatap Koko bingung.

Koko masih mengatur nafasnya.

" Ah nona bisa aja, jalan saya normal, kalo lari juga normal cuma hati aja yang abnormal." Ucap Koko tertawa sambil menutup mulut dengan salah satu tangannya.

Pak supir sudah mengantar Zira ke rumah sakit. Zira turun dari mobil, Koko mengikutinya dari belakang.

" Stop kamu enggak usah ikut, aku hanya ingin mengantarkan ini." Sambil menunjukkan boneka bawaannya.

" Owh tidak bisa, ingat! saya harus mengikuti kemanapun nona pergi." Koko bergaya layaknya seorang Ziko.

" Apa ke neraka kamu juga mau ikut?" Zira sudah berjalan memasuki loby rumah sakit diikuti Koko dari belakang. Zira masuk ke dalam lift dan menuju lantai 4.

" Jangan banyak tanya, dan jangan banyak bicara, kamu cukup perhatikan saja." Ucap Zira sambil menuding jarinya ke arah Koko.

" Kalo bahasa isyarat boleh enggak?"

" Mau bahasa isyarat bahasa kalbu atau bahasa hewan, semuanya enggak boleh, kamu cukup diam dan perhatikan saja." Zira menatap Koko tajam. Yang di tatap langsung menganggukkan kepalanya setuju.

Mereka sudah sampai di lantai 4, dan menuju ruang cempaka. Naura masih terbaring di atas tempat tidur dan di pergelangan tangannya masih ada jarum infus. Fiko sedang menceritakan buku dongeng kepada Naura.

" Halo Naura." Zira menghampiri Naura dan mengecup keningnya lembut sambil meletakkan boneka bawaannya di samping Naura.

" Tante." Naura kegirangan melihat kehadiran Zira. Kehadiran Zira seperti obat untuknya. Fiko memperhatikan pria yang ikut dengan Zira. Di dalam pikirannya Koko seperti seorang bodyguard.

Koko tersenyum-senyum cengengesan melihat ada mahluk sempurna di depannya. Koko sudah enggak bisa menenangkan hatinya yang bergejolak.

Zira memperhatikan tingkah Koko yang sudah aneh.

" Kamu kenapa?" Zira berbisik kepada Koko.

" Nona aku sudah enggak tahan nih." Ucap Koko cepat sambil berlari ke kamar mandi.

Fiko dan Zira mengobrol layaknya seorang teman, tidak ada rasa canggung sama sekali di antara mereka. Tapi tatapan Fiko kepada Zira tidak memungkiri, kalo dia masih menyimpan rasa itu dalam dirinya. Zira segera pamit kepada Fiko dan Naura.

Naura merasa sedih melihat Zira pergi meninggalkannya, tapi Fiko dan Zira bisa memberikan pengertian kepadanya.

Koko dan Zira sudah kembali ke mobil. Pak Supir sudah menyalakan mesin mobil dan melajukan mobil dengan kecepatan sedang.

" Nona siapa manusia ganteng tadi." Ucap Koko penasaran. Zira melihat Koko sekilas dan kembali menatap jalanan yang sedikit macet.

" Siapa?"

" Itu yang tadi yang di ruangan cempaka." Koko penasaran dia membalikkan tubuhnya untuk melihat ke arah Zira.

" Oh. Itu Fiko dan yang di rawat tadi anaknya."

" Nona, anaknya sakit apa?"

Lama Zira menjawab pertanyaan Koko.

" Nona, are you there?" Ucapan Koko membuyarkan lamunan Zira.

" Ya ada apa?"

" Apa nona tidak berkenan memperkenalkan aku dengan teman anda Fiko." Ucap Koko malu sambil menutupi wajahnya dengan tangan.

" Cih, Katanya naksir dengan asisten Kevin, kenapa kamu sekarang mengincar yang lain." Ucap Zira cepat.

" Untuk cadangan nona." Koko sudah membayangkan yang enggak - enggak tentang dirinya jika bersama Kevin atau Fiko.

" Cadangan ban serep kali, pakai cadangan." Gumam Zira sambil menendang kursi Koko.

Ziko dan Kevin sudah sampai, mereka mencari ke semua restoran, tapi tidak mendapatkan keberadaan Zira dan Koko. Ziko sudah mulai memikirkan hal - hal yang aneh. Dia menghubungi nomor Zira.

" Ya halo suamiku." Ucap Zira gugup.

" Kamu masih di mall?" Ucap Ziko berbohong.

" Iya aku ada di mall." Mobil baru sampai di depan pintu mall, Zira langsung berlari ke dalam Mall di ikuti Koko yang juga berlari.

" Kita nanti makan di mana?"

" Aku sudah di restoran xx. Kamu masih di kantor ya?" Ucap Zira pelan sambil berlari ke lantai atas menuju tempat restoran itu berada. Ziko dan Kevin langsung masuk ke dalam restoran xx dan mencari sekeliling ruangan tapi tidak ada Zira disana.

" Iya aku masih di kantor, aku segera datang ke sana." Ucap Ziko menutup panggilannya. Raut wajah Ziko menunjukkan ketidaksukaan atas kebohongan yang diperbuat Zira. Ziko duduk di dalam private room sedangkan Kevin berdiri di depan pintu masuk. Betapa kagetnya Zira melihat Kevin sudah menunggunya.

" Di mana suamiku." Ucap Zira takut. Kevin mengantarkan Zira menuju private room. Koko dan Kevin mengikuti Zira dari belakang.

Zira berusaha tersenyum dengan suaminya.

" Dari mana saja kamu?" Ucap Ziko membentak. Bentakkan Ziko bukan mengagetkan Zira, tapi mengagetkan Koko. Koko memegang dadanya karena kaget.

Zira tidak menjawab, tapi Koko yang menjawab.

" Kami dari rumah sakit." Ucap Koko cepat.

Zira menatap sinis ke arah Koko.

" Ngapain kamu ke rumah sakit."

" Ah si Bos, ke rumah sakit kalo enggak berobat berarti menjenguk orang sakit." Ucap Koko lagi.

" Diam kamu! Apa mau aku keluar kan lidahmu." Ucap Ziko marah sambil membentak Koko.

Koko tidak berkata - kata lagi, dia takut khawatir dengan lidahnya.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."