Chapter 155 episode 155

Dengan berat hati Kevin mengantarkan Koko ke meja kerjanya. Kevin menjelaskan beberapa peraturan yang harus di ikuti Koko.

" Apa kamu mengerti." Bentak Kevin. Koko memegang dadanya kaget jarinya yang lemah gemulai membuat Kevin serasa ingin muntah.

" Iya Pak saya mengerti." Sambil memegang dadanya.

Kevin hendak pergi meninggalkan Koko, tapi dia membalikkan badannya kembali melihat kearah Koko.

" Siapa tadi nama kamu?" Ucap Kevin lupa.

" Cici, nama saya C i c i di baca Cici." Ucap Koko dengan gaya bicaranya yang kemayu bak bunga yang layu.

Kevin membelalakkan matanya mendengar Koko menyebutkan nama yang lain kepadanya.

" Siapa Cici?"

" Saya Cici." Ucap Koko sambil menunjuk dirinya sendiri.

" Bukannya nama kamu Koko?" Ucap Kevin bingung.

" Nah itu Bapak tau, kenapa masih tanya sih ah." Ucap Koko dengan gaya mendesahnya.

Kevin serasa ingin bunuh diri di pohon cabe, dia tidak rela kalo selalu berurusan dengan makhluk tak kasat mata ini.

" Bapak jangan pergi dulu." Koko menahan Kevin untuk tidak pergi meninggalkannya. Koko berdiri sejajar dengan Kevin, postur tubuh mereka sama tinggi, yang satu gagah perkasa dan yang satu lagi luar biasa tingkahnya.

" Apa lagi!" Kevin menoleh ke arah Koko dengan tatapan sinis.

" Bapak jangan panggil saya Koko tapi panggil aja saya Cici." Ucap Koko malu sambil menutupi mulutnya dengan salah satu tangannya.

Lagi-lagi Kevin membelalakkan matanya dia merasa heran dengan mahluk astral di depannya. Di pikiran Kevin ngidam apa mamaknya sampai melahirkan mahluk seperti ini.

" Aku tidak akan memanggilmu Cici ataupun Koko tapi aku akan memanggilmu manusia jadi-jadian." Ucap Kevin tegas sambil pergi meninggalkan Koko yang sedang ngambek sebutannya di ganti.

Walaupun Koko seperti banci tapi dia mempunyai kepintaran di atas rata-rata. Dia tipe pekerja keras dan pantang menyerah. Seperti hatinya yang tidak akan menyerah untuk mendapatkan perhatian dari asisten Kevin.

Di dalam ruangan Presiden direktur.

Zira bergelayut manja di lengan Ziko. Dia sedang merayu Ziko untuk mengizinkannya pergi sebentar ke luar gedung.

" Boleh ya? sekejap saja." Ucap Zira sambil membentuk jarinya menjadi huruf V.

" Untuk apa kamu pergi? Sebentar lagi juga waktunya kita makan siang." Dia tidak ingin Zira pergi karena kalo Zira pergi makan siang mereka akan terlewatkan.

" Kan masih ada satu jam lagi, bisalah aku pergi." Ucap Zira memohon. Dia ingin pergi ke rumah sakit menjenguk Naura, dia sudah berjanji pada dirinya hari ini akan membelikan sebuah boneka untuk Naura.

Zira mengecup bibir Ziko dengan lembut. Ini adalah jurus terkahir yang dia keluarkan karena jurus merayunya sudah tidak berhasil mau tidak mau dia dominan menicum Ziko.

" Boleh." Ucap Zira cepat sambil melepaskan bibirnya dari atas bibir Ziko.

" Hemmmmm." Zira kegirangan senang karena jurusnya berhasil.

" Kamu mau pergi kemana?" Ziko mengelus rambut Zira lembut.

" Aku mau pergi ke mall mencari sesuatu di sana." Ucap Zira cepat.

" Ok kalo begitu aku ikut, kita makan siang di Mall bagaimana." Dia menunjukkan mata lasernya kepada Zira agar Zira menyetujui idenya.

Zira pura-pura tertawa kecil. Dia sudah bingung harus mencari alasan apa.

" Kamu kan masih banyak kerjaan." Sambil menunjuk ke arah meja kerja Ziko. Ziko memang sangat sibuk hari ini, pekerjaannya sudah menumpuk di meja. Beberapa berkas membutuhkan tanda tangannya dengan segera.

" Ok kamu pergi duluan kesana dan nanti aku menyusul." Dia memegang bahu Zira untuk meyakinkan istrinya kalo dia akan menyusulnya ke mall terdekat.

Mau tidak mau Zira menyetujuinya, walaupun dia tidak tau bisa sampai tepat waktu atau tidak ke mall itu.

" Bawa sekertaris kemayu itu untuk ikut menemanimu." Dia merasa khawatir dengan kepergian Zira ke mall, khawatir akan ada Sisil-sisil dan Kia-kia lainnya. Di pikirannya dengan membawa seorang pria pasti wanita seperti Sisil dan Kia tidak akan berani menyentuhnya.

" Tapi bukannya kamu bilang sama Koko untuk mejaga jarak." Zira merasa heran dengan ucapan suaminya yang plin-plan.

Ziko tidak menjawab ucapan Zira, dia menghubungi sekretaris kemayunya. Dalam sekejap Koko sudah sampai dan berdiri di depan Ziko.

" Siap bos." Masih dengan gayanya.

" Kamu ikuti istriku kemanapun dia pergi dan tetap jaga jarak." Ucap Ziko memerintahkan Koko.

Koko menganggukkan kepalanya mengerti. Tapi dia masih bingung dengan kata mengikuti.

" Maaf bos saya mengikuti kemana?" Koko bertanya dengan polosnya.

Zira tertawa lucu, sedangkan Ziko menepuk dahinya, dia jengah menghadapi manusia seperti Koko.

" Kamu itu banyak tanya ikuti saja dia kemanapun dia pergi, dan ingat jaga jarak. Paham." Ucap Ziko mengingatkannya.

" Paham. Jadi saya harus menjaga jarak seperti mobil truk." Ucap Koko sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

Zira dan Koko hendak pergi tapi lagi-lagi dia kembali menghadap bosnya.

" Bos kalo nona ke toilet apa saya juga harus ikut." Ucapnya ragu.

" Dasar bego, memangnya kamu mau mati sampai mengikutinya ke toilet. Apa kamu mau mengintipnya." Ziko bicara dengan keras.

" Hehehe siapa lagi yang mau ngintip, enggak tipe saya deh." Koko berbicara sambil menggerakkan jari jemarinya.

" Memangnya seperti apa tipe kamu ko?" Ucap Zira penasaran. Dia berpikir semoga si Koko normal dan bukan abnormal.

" Aku suka yang punya belalai." Koko berbicara sambil menggoyang-goyangkan badannya ke kanan dan ke kiri.

" Buaahaaa." Zira sudah tidak kuasa menahan tawanya, ucapan Koko mengocok perutnya.

Ziko jadi khawatir dengan dirinya, dia seperti mendapatkan sebuah ancaman dari dekat.

" Awas kalo kamu mendekati ku." Ziko menuding jarinya ke arah Koko.

" Ah si bos bisa aja deh, aku itu lebih suka sama yang singel seperti asisten Kevin." Ucapnya malu.

Zira masih tetap tertawa. Koko seperti malaikat iblis yang di turunkan untuk merebut hati asisten Kevin. Walaupun Koko menyukai pria singel tapi Ziko tetap harus waspada, waspada dengan belalainya.

Ziko memerintahkan mereka untuk pergi dan tidak lupa untuk mengecup dahi Zira dan mengecup lembut bibir Zira, dan Koko menjadi saksi atas peristiwa itu.

" Oh my God." Ucapnya sambil mengipasi wajahnya dengan tangannya. Koko baru pertama kali melihat seorang Ziko mencium langsung istrinya tanpa ada rasa sungkan ataupun malu sama siapapun. Zira menjadi biasa mendapatkan serangan mendadak dari Ziko. Apalagi Kevin dia sudah seperti cicak yang sedang merayap kalo melihat kejadian itu. Dan sekarang telah hadir kecoa di depan mereka yaitu Koko ????

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."