Chapter 143 episode 143

Sore harinya mobil yang di kendarai Kevin sudah sampai di Zira Boutique. Ziko langsung masuk ke dalam butik dan menuju lantai tiga tempat ruangan Zira berada. Ziko mendapati Zira sedang duduk di kursinya sambil mengerjakan sesuatu di atas mejanya. Ziko langsung masuk karena ruangan Zira memang dalam keadaan terbuka. Ziko mencium pipi Zira dengan lembut. Zira kaget melihat Ziko sudah berada di sampingnya.

" Kenapa kamu selalu mengagetkan, apa tidak bisa kamu memberi salam terlebih dahulu." Gerutu Zira sambil memegang dadanya yang kaget.

" Baiklah aku besok kalo masuk akan mengucapkan salam." Ucap Ziko sambil duduk di pinggir meja depan Zira.

" Salam apa?" Ucap Zira cepat.

" Salam sayanglah." Ucap Ziko mengecup dahi Zira lagi.

Ziko memandang isi ruangan Zira yang penuh dengan barang-barang. Dia mengernyitkan dahinya karena ruangan Zira terasa sempit dengan banyak barang di dalam ruangan itu.

" Kenapa ruangan ini sangat sempit." Ucap Ziko sambil melihat sekeliling ruangan Zira.

" Bukan ruangan ini yang sempit tapi badan kamu yang kebesaran." Ucap Zira menggoda Ziko.

Ziko menarik tangan Zira. Dia mau membawa Zira pulang.

" Tunggu, kerjaanku masih ada." Ucap Zira sambil menahan tangan Ziko

" Kalo namanya kerjaan selalu ada enggak pernah berkurang. Cepat jangan habiskan waktumu dengan memandang kertas itu, lebih baik kamu memandang suamimu yang ganteng ini." Goda Ziko sambil memegang dagu Zira.

Ada benarnya yang di katakan Ziko. Kerjaan selalu datang dan terus datang. Kalo pun kerjaan itu di selesaikan pasti akan datang lagi kerjaan yang lainnya. Itulah hidup semua harus di jalani dengan senang hati tanpa harus mengeluh. Ziko dan Zira masuk ke dalam mobil yang telah diparkir di depan pintu butik, Kevin sudah menunggu mereka di dalam mobil. Kevin langsung menyalakan mesin mobil dan menekan pedal gas dengan kecepatan sedang.

Di mansion.

Mereka menikmati makan malam yang telah di siapkan Pak Budi. Mereka makan sepiring berdua kebiasaan yang mereka lakukan setiap hari. Kebiasaan itu hilang sementara ketika mereka berada di luar negeri. Setelah selesai mereka masuk ke kamar. Mereka lebih banyak melakukan aktivitas di dalam kamar.

" Tutup mata kamu." Ucap Ziko sambil menuntun Zira ke atas kasur.

" Mau apa? Jangan macam-macam ya." Ucap Zira takut. Ziko menutup mata Zira dengan kedua tangannya. Ziko membantu Zira menggapai box yang ada di depannya.

" Apa ini." Ucap Zira masih dengan mata tertutup.

" Tebak." Ucap Ziko cepat.

" Kasih dulu kisi - kisinya." Ucap Zira penasaran.

" Ah memangnya ulangan pakai kisi - kisi segala. Tebak, kalo tebakan kamu benar kamu harus memberiku servis full beserta olinya." Ucap Ziko genit.

" Idih apa kamu pikir aku ini montir." Gerutu Zira lagi.

Zira penasaran dia langsung membuka box yang ada di depannya. Zira meraba ponsel itu dengan tangannya.

" Ah ini mah gampang, ponsel." Ucap Zira cepat. Zira masih menimbang-nimbang ponsel yang ada di tangannya dengan cara memindahkan dari tangan kanan ke tangan kiri dengan mata tertutup.

" Suamiku ini ponsel berat sekali, pasti kalo aku lempar ke guk guk, guk guknya ayan." Ceplos Zira cepat sambil memegang tangan Ziko agar membuka penutup matanya.

" Ya betul ponsel tapi apa dulu mereknya." Ucap Ziko lagi.

" Aih apa harus pakai merek? Bagaimana aku tau merek - merek ponsel." Gerutu Zira cepat.

" Terlalu banyak ngomong kamu, cepat tebak! Tinggal tebak aja kok repot." Ucap Ziko ketus sambil masih tetap menutup mata Zira.

Zira meraba detail setiap sisi ponsel tersebut.

" Aku tau pasti ini merek ponsel batagorkan?" Ucap Zira cepat.

" Aih memangnya ada merek seperti itu." Ucap Ziko penasaran.

" Adalah plesetannya." Zira tertawa cekikikan.

" Salah lagi."

" Merek opah bukan, merek sanggisung bukan, nah aku tau ini pasti mereknya anggur, ponsel keluaran terbaru dengan harga yang sangat fantastis itu." Ucap Zira cepat menjawab tebakannya.

Ziko melepaskan tangannya dari kedua mata Zira.

" Bagaimana kamu tau kalo mereknya anggur." Ucap Ziko heran.

" Ya tau aja secara ini keluaran terbaru, mana mau kamu membeli ponsel murah." Ucap Zira cepat sambil melihat ponsel pemberian Ziko.

" Terimakasih sayang." Ucap Zira mengecup bibir Ziko.

Ziko membalas ciuman Zira dengan lembut.

" Apa kamu suka?" Ucap Ziko sambil memeluk Zira.

" Suka banget tapi aku enggak suka dengan warnanya." Ucap Zira cepat.

" Kenapa, kan wanita biasanya suka warna merah muda." Ucap Ziko cepat sambil menatap Zira heran.

" Ya kalo aku wanita lemah gemulai kemayu, tapi aku kan wanita perkasa." Ucap Zira menunjukkan otot di lengannya.

Ziko tertawa terbahak bahak melihat Zira mempraktekkan cara seorang binaragawan. Ziko memeluk Zira kembali.

" Kalo kita punya anak apa nama yang akan kamu berikan." Ucap Ziko sambil memeluk Zira.

" Aih kenapa kamu memikirkan punya anak? Aku saja belum memikirkannya." Ucap Zira lagi.

" Udah jawab saja." Ziko mencubit pipi Zira gemes.

" Zonoh." Ucap cekikkan.

Ziko membelalakkan matanya dia heran dengan nama pemberian Zira.

" Yang lain." Ucap Ziko lagi.

" Zokoh." Ucap Zira cepat dan tepat.

" Aih kenapa pendek sekali namanya." Ucap Ziko penasaran.

" Baiklah kalo begitu jika anaknya cowok aku akan memberikan nama Zonoh dan Zokoh sama - sama berawalan huruf Z dan sama-sama berakhir huruf h." Ucap Zira asal.

Lagi-lagi Ziko mencubit pipi Zira. Zira tidak pernah serius kalo berkata-kata. Zira hanya serius jika mengenai perasaannya saja.

" Kalo perempuan." Ucapan Zira di potong Ziko.

" Stop aku enggak mau kamu memberi nama kepada anak kita, biar aku yang memberikan nama, jika anak kita perempuan." Ucap Ziko cepat.

Zira menganggukkan kepalanya setuju.

" Zizi putri imutku." Ucap Ziko senang sambil membayangkan seorang bayi kecil dalam pelukannya.

" Suamiku apa perlu ada kata imut di belakangnya." Ucap Zira heran dengan pemberian nama dari Ziko.

" Memangnya kenapa, kan aku bapaknya." Ucap Ziko tegas.

Zira mengangguk paham, dia tidak mau berdebat lagi.

" Apa lagi selain itu." Ucap Zira cepat.

" Zevisa Zinara Kanaya Raharsya." Ucap Ziko senang.

Zira membelalakkan matanya mendengar nama yang akan di berikan Ziko kepada putrinya nanti.

" Baguskan." Ucap Ziko membanggakan dirinya.

Zira mengacungkan kedua jempolnya tanda setuju.

" Baiklah sekarang waktunya kita mengerjakan pr." Ucap Ziko sambil mematikan lampu tidur di atas nakas.

" Pr apa?" Ucap Zira heran.

" Pr membuat anak." Ucap Ziko lagi.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."