Chapter 140 episode 140

Pesawat Jet telah sampai di tanah air. Mereka telah kembali ke kediamannya masing-masing. Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Ziko dan Zira menghabiskan waktunya di kamar untuk beristirahat. Waktu berputar berganti hari menyambut datangnya pagi. Setiap pagi Zira selalu membangunkan suaminya. Sudah menjadi rutinitas sehari-harinya untuk membangunkan Ziko. Ziko memang agak susah kalo harus bangun pagi hari. Zira selalu punya cara agar suaminya mau bangun dari menarik bulu kaki sampai hal-hal yang enggak lazim. Zira menggoyang-goyangkan tubuh Ziko agar bangun tapi sang pemilik tubuh masih saja tidur dengan lelapnya. Zira mulai jahil dia mengerjai Ziko dengan memberikan kutek di jari kaki Ziko.

" Ayo bangun." Zira menggoyang-goyangkan tubuh Ziko. Dengan penuh perjuangan dan rintangan akhirnya Ziko bangun.

" Berikan aku morning kiss." Ziko menunjuk ke arah bibirnya.

" Cih jigongmu bau." Zira menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Ziko kembali lagi menjatuhkan badannya ke kasur. Karena Ziko kembali tidur dengan cepat Zira langsung memberikan morning kiss untuk Ziko. Ziko langsung bangun setelah mendapatkan vitamin paginya. Ziko menuju kamar mandi membersihkan tubuhnya. Setelah selesai Ziko ke ruang ganti pakaian, Zira telah menyiapkan setelan jas berwarna abu-abu senada dengan celananya. Zira membantu Ziko mengenakan dasinya. Ziko duduk di sofa untuk memakai kaos kaki.Tapi Ziko terperanjatnya melihat kuku kakinya berwarna merah. Ziko langsung melirik Zira, tapi Zira pura-pura lagi sibuk mengelap meja rias.

" Apa yang kamu lakukan dengan jari kakiku." Ziko teriak sambil menarik Zira yang sedang pura-pura mengelap meja rias.

" Hehehe." Zira membentuk dua jarinya membentuk huruf V.

" Apa kamu enggak ada kerjaan sampai-sampainya kamu memberi kutek ke kakiku." Ziko menatap Zira tajam.

" Ada apa kamu enggak lihat tadi aku lagi sedang mengelap meja." Zira selalu cepat kalo dalam berkata-kata.

" Cepat bersihkan apa kamu enggak malu lihat suami kakimu seperti ini." Ucap Ziko sambil menunjukkan jari kakinya.

Zira tertawa senang karena dapat mengerjai suaminya.

" Kenapa aku harus malu seharusnya kamu yang malu." Zira masih tertawa senang.

" Bersihkan." Ziko memberikan kakinya agar di bersihkan Zira.

" Baik Zizi." Ucap Zira cepat sambil memberikan jari kaki Ziko.

" Zizi siapa Zizi." Ucap Ziko penasaran.

" Kamu." Ucap Zira sambil meletakkan sesuatu ke atas kapas.

Ziko bingung dengan nama baru yang di berikan Zira kepadanya.

" Kenapa kamu memanggilku dengan Zizi." Ucap Ziko penasaran.

" Ya karena ini." Ucap Zira lagi sambil menunjuk ke kaki Ziko.

" Maksudmu apa hubungannya kaki dengan Zizi." Ucap Ziko penasaran.

Zira meletakkan kepalanya di lutut Ziko.

" Kalo nama Ziko versi gagah perkasa tapi kalo Zizi versi lemah gemulainya." Ucap Zira cepat.

" Jadi maksudmu aku lemah gemulai." Ucap Ziko kesal sambil menarik hidung Zira. Zira memegang hidungnya yang ditarik Ziko.

" Iyalah mana ada cowok pakai kutek, baru kamu yang pakai kutek jadi aku beri aja julukan untukmu Zizi." Ucap Zira cepat sambil memegang hidungnya yang sakit.

" Bersihkan itu, awas kalo besok kamu membangunkan ku dengan cara yang aneh-aneh." Ucap Ziko kesal.

Zira memonyongkan mulutnya mengejek ke arah Ziko. Pintu kamar di ketuk dari luar, Zira berlari membuka pintu kamar. Ada Pak Budi sedang berdiri di depan pintu.

" Maaf nona sarapan sudah terhidang di meja makan." Ucap Pak Budi sopan.

" Baik Pak sebentar lagi kami keluar." Ucap Zira dari balik pintu.

Zira menyimpan semua alat yang akan di pergunakannya untuk membersihkan kutek dari kuku kaki Ziko.

" Kenapa di simpan semua." Ucap Ziko heran.

" Aku sudah lapar kita sarapan dulu, nanti pulang aku bersihkan pakai sikat wc." Ucap Zira cepat.

" Aih jorok kamu kenapa harus pakai sikat wc." Ucap Ziko lagi cepat.

" Biar cepat. Kalo pakai sikat wc aku pastikan semuanya akan hilang sampai ke kuku-kukunya." Ucap Zira cepat sambil mengambil tasnya.

Ziko merasa jijik dan ngeri mendengar Zira akan membersihkan kuku kakinya dengan sikat wc. Zira menarik tangan Ziko, mereka keluar kamar menuju meja makan. Setelah selesai makan mereka masuk ke dalam mobil yang sudah ada Kevin di dalamnya. Zira kembali keluar dari mobil.

" Kamu mau kemana?" Ucap Ziko penasaran.

" Ada yang ketinggalan." Ucap Zira cepat sambil berlari masuk kedalam mansion. Zira berlari ke kamar mengambil barang yang ketinggalan. Beberapa menit kemudian Zira sudah kembali ke mobil dengan membawa bungkusan di tangannya.

" Apa itu." Ucap Ziko penasaran dengan bawaan yang ada di tangan Zira.

" Plastik." Ucap Zira cepat sambil mengatur nafasnya agar kembali normal.

" Iya aku tau plastik yang bilang sepatu siapa?" Ucap Ziko cepat.

" Kamu barusan." Ucap Zira cepat.

Kevin tertawa kecil mendengar ucapan Zira yang cepat lugas dan tepat. Ziko menggaruk kepalanya karena salah berbicara.

" Apa isinya." Ucap Ziko cepat sambil mengambil bawaan Zira. Ziko melihat isi bungkus plastik yang di bawa Zira. Ada beberapa macam oleh-oleh di dalamnya seperti klompen atau sepatu kayu dari Belanda, miniatur kincir angin, stroopwafel makanan ringan dari Belanda dan lainnya.

Zira juga membawa oleh-oleh dari Paris seperti miniatur menara Eiffel, macarons makanan khas Paris, cokelat Paris dan lain sebagainya.

" Mau kamu apakan ini semua?" Ucap Ziko penasaran.

" Mau aku jual." Ucap Zira asal.

Ziko membelalakkan matanya mendengar Zira mau menjual oleh-oleh yang di bawanya. Ziko tidak habis pikir dengan cara berpikir Zira.

" Apa kamu kekurangan uang sampai mau menjual ini semua." Ucap Ziko cepat.

" Ya enggaklah aku masih cukup uang kok, walaupun aku tidak pernah di beri nafkah lahir darimu." Ucap Zira cepat.

Ziko kaget mendengar ucapan Zira, dia memang belum pernah memberikan nafkah lahir kepada Zira. Ziko lupa memberikan nafkah lahir tapi untuk memberikan nafkah batin dia selalu ingat.

" Jadi ini untuk apa? untuk memperkaya diri." Ucap Ziko lagi cepat.

" Cih jual ini untuk memperkaya diri mending aku memelihara tuyul dari pada harus menjual ini semua." Ucap Zira sambil menunjuk oleh-olehnya.

" Jadi untuk apa ini semua." Ucap Ziko lagi penasaran.

Zira menepuk kepalanya dengan tangannya. Dia tidak habis pikir jika Ziko tidak mengerti dengan semua oleh-oleh yang di bawanya.

" Zizi Zizi, ini semua akan aku bagikan kepada karyawanku sebagai oleh-oleh walaupun mereka tidak pergi tapi setidaknya kita memberikan oleh-oleh untuk mereka agar mereka juga merasakannya walaupun tidak secara langsung. Pasti kamu enggak pernah melakukan hal ini kan?" Ucap Zira cepat.

Ziko memang tidak pernah melakukan hal-hal yang di katakan Zira. Dia merasa membawa oleh-oleh hanya untuk orang terkasih tidak pernah memikirkan yang lainnya. Tapi dari Zira, dia belajar untuk saling memberi kepada sesama. Ziko mengambil dompetnya di saku celana bagian belakang, dia mengeluarkan kartu dan memberikan kepada Zira.

" Untuk apa ini?" Ucap Zira bingung.

" Itu nafkah batin dariku, terserah kamu mau gunakan untuk apa." Ucap Ziko cepat.

Kartu yang di berikan Ziko berwarna gold yang isi nominalnya sangat luar biasa. Ziko memberikan PINnya kepada Zira. Tapi Zira mengembalikan kembali kepada Ziko.

" Kenapa? apa kamu masih kurang." Ucap Ziko sambil mengeluarkan beberapa kartu lagi kepada Zira.

Zira menahan tangan Ziko agar tidak mengeluarkan semua kartunya.

" Tidak usah aku masih ada uang." Ucap Zira sambil mengambilkan kartu Ziko.

" Simpan uangmu mulai sekarang gunakan kartu ini, aku tidak mau sampai di bilang suami tidak menafkahi istri." Ucap Ziko cepat.

Lagi-lagi Zira menolak. Dia tetap tidak mau menerima pemberian Ziko.

" Simpan ini awas kalo kamu mengembalikannya lagi kepadaku, aku tidak mau kamu menolak. Ini adalah hakmu sebagai istriku." Ucap Ziko cepat sambil memeluk Zira. Akhirnya Zira menyimpan kartu yang di berikan Ziko. Bagaimanapun seorang suami berkewajiban menafkahi lahir dan batin kepada istrinya walaupun si istri ada penghasilan tidak mengurangi jatah seorang istri untuk menerimanya.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."