Chapter 134 episode 134

Mereka tidur berdesakkan, masing-masing menjaga tempatnya agar tidak tersingkir. Zira yang berada di tengah merasa sangat tidak nyaman, mau ke samping ada ubi kayu mau ke kanan ada si kunyuk. Jadi dia tidur lurus menyilangkan kedua tangannya seperti seorang vampir ketika di dalam peti. Ziko juga jenuh dengan posisi tidur seperti itu karena badannya yang cukup besar jadi dia hanya bisa tidur miring menghadap ke arah Zira. Ziko tidak bisa banyak bergerak karena kalo banyak bergerak Ziko bisa jatuh ke lantai. Yang aman dalam posisi tidur nya adalah Zelin dia tidur seperti kucing dengan menekuk kedua kakinya jadi dia mempunyai space yang cukup banyak. Malam semakin larut suara lolongan anjing saling bersahutan memecah kesunyian malam. Mereka terlelap dengan posisi tidurnya masing-masing.

Setelah beberapa jam tidur sang mentari kembali menunjukkan sinarnya yang sangat indah. Pancaran sinarnya menembus masuk melalui celah-celah kaca jendela. Zira membuka matanya perlahan. Dia merangkak untuk turun dari kasur karena sebelah kanan dan kirinya masih ada si ubi kayu dan si kunyuk. Zira tidak membangunkan dua kakak adik itu, dia lebih memilih membersihkan badannya. Setelah melakukan rutinitas di kamar mandi Zira pergi ke luar rumah untuk menghirup udara segar.

Ziko terbangun dari tidurnya karena dia merasa ada yang ganjal dengan kepalanya. Begitu Ziko membuka mata dia melihat tangan Zelin sudah berada di atas kepalanya. Ziko sontak kaget melihat adiknya yang berada di sebelahnya. Ziko memukul Zelin dengan keras. Zelin kaget dan langsung duduk sambil menguap matanya masih belum terbuka sempurna.

" Kenapa aku di pukul." Ucap Zelin dengan suara serak bangun tidur.

" Mana kakakmu." Ucap Ziko cepat. Zelin bukannya bangun dia malah tidur lagi. Ziko menarik tangan Zelin.

" Kak aku ngantuk tadi malam aku enggak bisa tidur." Ucap Zelin masih dengan menutup matanya.

Ziko menoyor kepala adiknya.

" Ini semua karena ulahmu." Ucap Ziko cepat sambil pergi keluar kamar. Ziko mencari Zira di dalam rumah tapi dia tidak menemukan Zira.

Nyonya Amel keluar dari kamarnya, dia melihat Ziko seperti sedang kebingungan.

" Ada apa Iko." Ucap Nyonya Amel.

" Mama lihat Zira enggak?" Panik.

" Mungkin dia sedang ke taman." Ucap Nyonya Amel cepat.

Ziko pergi keluar rumah dan mencari Zira keliling taman. Ziko mendapati Zira sedang duduk di kursi taman. Ziko langsung memeluk Zira dari belakang.

" Aku tau kamu ngambek karena tadi malam tidak aku kasih jatah." Ucap Ziko sambil mengecup kepala Zira.

" Cih siapa lagi yang ngambek."

Ziko memutari kursi dan duduk di sebelah Zira. Dia melihat arah pandangan Zira.

" Apa yang kamu lihat?" Ucap Ziko penasaran.

" Aku melihat pemandangan yang begitu indah akankah hubungan kita seindah pemandangan itu." Ucap Zira pelan Ziko memeluk Zira sambil meletakkan kepala Zira dalam dadanya.

Zira masih merasa ragu dengan hubungan mereka. Mereka sama -sama belum ada yang mengutarakan perasaannya masing-masing. Zira masih berfikir sifat posesifnya Ziko hanya sebagai tanggung jawabnya sebagai suami. Sedangkan Zira masih belum yakin dengan perasaannya. Ziko tidak menjawab ucapan Zira, dia sendiri tidak mau berkomitmen terlalu dalam. Ziko hanya berpikir realistis yaitu jalani hubungan yang sudah terjalin dan untuk kedepannya biarlah itu menjadi rahasia author ???? serius amat bacanya✌️.

Ziko mengajak Zira untuk bersiap diri untuk sarapan. Setelah sarapan Ziko pamit kepada orangtuanya untuk mengerjakan urusannya sejenak. Tidak lupa Ziko mengecup kening Zira. Nyonya Amel dan Tuan besar merasa senang melihat hubungan anaknya sudah membaik.

" Kak apa kegiatan kakak ini hari." Ucap Zelin menyapa Zira yang masih berdiri di depan pintu.

" Nggak ada." Ucap Zira cepat.

" Mau enggak ikut aku jalan-jalan." Zelin menawarkan diri jadi tour guide.

" Ok." Ucap Zira cepat.

Mereka pergi dengan mengendarai mobil Zelin. Zelin membawa Zira mengelilingi tempat wisata di Belanda. Tujuan mereka yang pertama adalah desa kinderdijk desa yang mempunyai daya tarik yaitu sebuah kincir angin tradisional berukuran raksasa. Karena di desa ini kincir anginnya sangat banyak desa ini sering di juluki desa 1000 kincir.

Zira dan Zelin mengabadikan foto mereka di dalam ponsel. Setelah puas mengelilingi desa 1000 kincer Zelin melajukan mobilnya ke kanal Amsterdam. Kanal ini berada di kota Amsterdam jadi tempatnya tidak begitu jauh dari lokasi kerja Ziko.

" Kak mari kita mengelilingi kanal dengan kapal agar kakak bisa menikmati kota Amsterdam.

Zira setuju dengan usulan Zelin. Mereka menyewa kapal untuk membawa mereka mengelilingi kanal. Kanal itu mempunyai panjang 100 km jadi pas kiranya Zira dan Zelin menikmati keindahan kota Amsterdam dengan naik kapal. Pemandangan kota Amsterdam sangat indah. Zira melihat ada sosok Ziko sedang berbicara dengan seorang cewek. Zira memperhatikan mereka dari kapal.

" Zelin apa itu kakak kamu?" Ucap Zira penasaran. Zelin mencoba mencari arah pandangan Zira. Zelin menatap cukup jauh dia harus meyakinkan kalo pandangan kakak iparnya tidak salah.

" Iya kak itu kak Ziko." Ucap Zelin cepat.

" Ziko kamu Ziko kan?" Ucap seorang wanita menyapa. Ziko masih mengingat jelas perempuan di depannya.

" Kamu Vita." Ucap Ziko antusias. Kevin masih mengingat siapa gerangan perempuan yang ada didepan mereka.

Vita langsung memeluk Ziko hangat begitupun dengan Ziko, dia kembali memeluk Vita hangat. Kemesraan mereka di saksikan Zira dari jauh.

" Apa kamu sibuk." Ucap Vita cepat.

" Oh tidak aku baru saja selesai." Ucap Ziko cepat.

Vita langsung menggandeng tangan Ziko. Dia mengajak Ziko untuk duduk di sebuah cafe di dekat situ. Kevin mengikuti mereka dari belakang. Kevin memilih kursi yang beda dari mereka berdua tapi dia tetap bisa mendengar ucapan Ziko dan Vita.

" Apa kamu tinggal di sini?" Ucap Ziko cepat.

" Ya aku tinggal di sini." Ucap Vita cepat sambil memegang tangan Ziko. Ziko tidak menepis tangan Vita.

" Berapa lama kamu di sini." Ucap Vita langsung.

" Setelah urusanku selesai aku akan balik ke tanah air." Ucap Ziko sambil menatap Vita lembut.

Vita memalingkan wajahnya mendapat tatapan dari Ziko.

" Bagaimana hubunganmu dengannya."

Vita merasa kaget dengan pertanyaan Ziko. Dia merasa malu harus mengatakan tentang hubungannya yang kandas di tengah jalan.

" Aku sudah pisah." Ucap Vita gugup.

Ziko kaget mendengar Vita telah berpisah dengan suaminya.

" Maafkan aku, aku tidak berada di sisimu pada saat kamu terpuruk." Ucap Ziko menyemangati Vita sambil mengelus punggung tangan Vita.

Kevin baru mengingat siapa perempuan yang bernama Vita. Perempuan bernama Vita pernah menjadi bagian dalam hidup Ziko.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."