Chapter 133 episode 133

Pesawat jet pribadi sudah mendarat di Belanda. Perjalanan hanya menghabiskan waktu satu jam 20 menit. Ziko dan Zira turun di ikuti Kevin dari belakang. Sudah ada mobil yang menunggu kedatangan mereka.

Seorang supir dengan ramah menyapa mereka dan membukakan pintu mobilnya. Zira masuk terlebih dahulu di ikuti Ziko. Kevin duduk di depan di sebelah supir. Zira menikmati pemandangan kota Belanda. Zira memeluk lengan Ziko karena udara yang sejuk. Setelah melakukan perjalanan darat kurang lebih 45 menit. Mobil yang di tumpangi Ziko sampai di sebuah rumah yang cukup besar. Ziko turun dari mobil di ikuti oleh Ziko. Zira merasa takjub melihat bangunan rumah di depannya.

" Apa ini hotelnya." Ucap Zira penasaran.

Ziko melirik Zira tanpa menjawab pertanyaan. Ziko menarik tangan Zira untuk masuk ke dalam rumah itu. Pintu depan sudah di buka oleh seorang pelayan. Tidak berapa lama pemilik rumah keluar.

" Iko sayang." Ucap perempuan paruh baya sambil memeluk Ziko dan mengecup kening Ziko.

Ziko membalas pelukan wanita itu yang tidak lain adalah mamanya sendiri. Nyonya Amel memeluk Zira hangat.

" Apa kabar kamu nak." Ucap Tuan besar sambil memeluk anaknya.

Mereka saling berpelukan melepaskan rindu yang mendera. Nyonya Amel membawa mereka ke ruang keluarga sebelum makanan siap di hidangkan. Zira masih terheran-heran dengan kekayaan keluarga Ziko. Di tanah air rumah mereka sangat mewah dan di Belanda mereka juga mempunyai rumah yang cukup mewah.

" Bagaimana kabar kamu sayang." Ucap Nyonya Amel sambil memegang tangan Zira.

" Baik ma." Ucap Zira pelan.

" Iko menghubungi mama katanya dia mau ke Belanda, dia bilang ke mama kalo kamu enggak ikut." Ucap Nyonya Amel.

" Iya ma saya menyusul Ziko ke Paris." Ucap Zira pelan.

Mereka menikmati minuman dan makan kecil yang di sajikan pelayan. Zira masih memandangi sekeliling ruangan itu. Bangunan kuno yang di desain lebih modern dan sesuai dengan isinya semi modern. Ziko mengobrol dengan papanya mereka membahas masalah pekerjaan.

" Ma di mana Zelin." Zira belum melihat Zelin sama sekali.

" Owh Zelin lagi main dengan temannya sebentar lagi juga balik." Ucap Nyonya Amel.

Pelayan datang memberitahukan kalo makanan sudah siap di hidangkan. Keluarga Raharsya menuju meja makan. Makan telah tersaji di meja makan. Semua makanan Belanda di hidangkan yaitu hutspot sup ercis dan makan lezat lainnya. Mereka menikmati makanan tersebut. Setelah selesai menikmati makanannya pelayan mengantarkan Zira ke kamar Ziko. Kamar yang berada di lantai 2. Kamar itu lumayan besar dan ada tungku api di pojok kamar. Pelayan tadi menyalakan tungku api karena sekarang adalah musim dingin.

Ada suara ketukan dari pintu. Zira membuka pintu kamar ternyata Zelin ada di depannya.

" Kakak ipar." Ucap Zelin sambil mencium Zira.

Zelin menarik tangan Zira mengajaknya untuk duduk di atas sofa.

" Kak bagaimana apakah sudah ada tanda-tanda?" Ucap Zelin penasaran.

Zira bingung dengan pertanyaan Zelin.

" Apa maksud kamu?" Ucap Zira cepat.

" Ya apa kakak sudah ada tanda-tanda." Ucap Zelin sambil mengayunkan tangannya seperti menggendong bayi.

Zira menoyor kepala Zelin pelan. Zelin mengelus kepalanya.

" Apa tIdak ada pertanyaan yang lain, kamu bukan tanya kabar kakak ipar malah tanya bayi." Ucap Zira cepat sambil tertawa.

" Hehehe kakak aku kan pengen cepat punya keponakan yang lucu dan menggemaskan." Zelin membayang sedang mempunyai keponakan.

" Tunggu saja tanggal launching nya." Ucap Zira sambil tersenyum tipis.

" Film kali pakai launching segala." Ucap Zelin sebel.

Zira mencubit pipi Zelin. Zelin wajahnya hampir mirip dengan Ziko, cuma bedanya di genre kalo Ziko genre actionnya sedangkan Zelin genre romantisnya. Mereka ngobrol panjang lebar dari destinasi di Belanda sampai toko yang menjual menjual pernak pernik kaum hawa pun mereka obrolkan.

" Kakak lama enggak disini." Ucap Zelin sambil menyandarkan kepalanya di bahu Zira.

" Enggak tau, kakak cuma ngikut aja." Ucap Zira sambil mengelus pipi Zelin.

Walaupun Zelin adik iparnya tapi mereka sudah seperti saudara kandung. Zelin tanpa sungkan mau curhat mengenai cowok yang di incarnya. Pintu kamar di buka ada Ziko di depan pintu yang sedang memegang handle pintu.

" Ngapain kamu bersandar di bahu kakakmu?" Ucap Ziko cepat.

" Cih kakak ini, cuma pinjam bahu kakak ipar aja enggak boleh, dasar pelit." Gerutu Zelin sambil memeluk Zira dari samping.

" Eh awas tangan kamu, kakak kamu alergi dengan pelukan." Ucap Ziko cepat.

Sebenarnya itu alasan Ziko agar Zelin cepat keluar dari kamar mereka. Zelin seperti nyamuk yang mencari tempat curhat.

" Aku mau bobok sama kakak ipar disini." Ucap Zelin manja.

Zira tersenyum melihat ucapan Zelin yang manja. Ziko yang sedang berkacak pinggang langsung melotot ke arah Zelin.

" Enggak boleh enak aja minta tidur di sini, tidur di kamarmu sendiri." Ucap Ziko cepat.

Zelin merayu Zira agar di ijinkan tidur dengannya. Zelin masih ingin curhat dengan Zira.

" Kak aku bobok sini ya?" Ucap Zelin merayu Zira.

Zira menganggukkan kepalanya tapi Ziko malah melotot ke arah Zira.

" Yes bobok sama kakak ipar yes." Ucap Zelin girang sambil bertepuk tangan.

" Terus kakak tidur di mana?" Ucap Ziko cepat.

" Kakak tidur di kamar tamu gih." Ucap Zelin cepat.

Ziko dan Zelin bertengkar seperti anak kecil. Mereka berebut untuk tidur sama Zira. Zira yang mendengar pertengkaran mereka merasa pusing.

" Diaaaaam." Teriak Zira.

Zelin dan Ziko melihat ke arah Zira. Zelin terpesona melihat Zira berteriak.

" Kak Ziko, kakak ipar kalo marah keren ya seperti apa gitu." Ucap Zelin sedang membayangkan.

" Pasukan Avengers." Ucap Ziko cepat.

" Ha betul sekali." Ucap Zelin terpesona dengan kharisma dari Zira.

Ziko dan Zelin berhenti bertengkar mereka melihat kearah Zira.

" Kamu tidur di sebelah kanan dan kamu suamiku tidur di sebelah kiri." Ucap Zira cepat.

" Terus kakak tidur mana." Ucap Zelin cepat.

" Kakak di tengah, dan ingat jangan ada yang berisik dan jangan ada yang minta peluk atau memeluk." Ucap Zira cepat.

Ziko enggak setuju dengan keputusan Zira. Apalagi Zira mengatakan tidak boleh peluk atau memeluk. Padahal Ziko selalu memeluk Zira ketika tidur.

" Aku enggak setuju." Ucap Ziko cepat.

" Jangan di bantah ikuti saja peraturan ini." Ucap Zira tegas.

Zelin tidak banyak komentar dia suka kalo melihat Zira berbicara setegas itu. Dia masih membayangkan bagaimana hebatnya Zira ketika membenamkan wajah Sisil ke meja.

" Apa hukuman kalo kami melanggar peraturan." Ucap Zelin cepat sambil menumpang dagu dengan lututnya.

Zira sedang memikirkan hukuman untuk yang melanggar peraturannya.

" Yang melanggar peraturan akan di tendang dari kasur dan tidur di lantai." Ucap Zira cepat.

Zira sengaja membuat peraturan seperti itu karena dia tau pasti Ziko akan memeluknya.

" Ok setuju." Ucap Zelin cepat.

Mau tidak mau Ziko menyetujui peraturan aneh itu. Zira tidur di tengah Ziko di sebelah kiri Zira dan Zelin tidur di sebelah kanan. Mereka tidak ada yang mengobrol satu sama lain. Ziko yang merasa frustasi dengan ubi kayunya karena biasanya jam segini pasti sudah masuk dalam gua. Tapi entah kenapa hari ini Ziko seperti kehilangan jejak untuk menyusuri gua Zira. Zira tersenyum tipis

" Untuk hari ini aku aman."

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."