Chapter 132 episode 132

Mereka melakukan segala aktivitasnya di kasur. Semua jurus di ajarkan Ziko dari jurus mencuci pakaian sampai smackdown pun mereka lakukan.

Sang mentari sudah menunjukkan kemilaunya. Cahayanya yang indah selalu di nantikan setiap orang. Zira melangkahkan kakinya untuk bersiap-siap, mereka akan pergi ke Belanda karena Ziko masih harus menyelesaikan urusan bisnisnya di negara kincir angin atau negara yang terkenal dengan bunga tulipnya.

Seperti biasanya Ziko memang sangat susah di bangukan, apalagi tadi malam mereka melakukan pergumulan yang sangat panjang. Zira membangun Ziko dengan segala jurus, tapi Ziko tetap tidak mau bangun. Zira sedang melakukan jurus membangunkan suaminya.

" Aaaaa, apa yang kamu lakukan." Ziko teriak dia sangat kesakitan karena bulu kakinya di tarik Zira.

Zira hanya tertawa melihat Ziko teriak dengan mata satu terbuka dan satu tertutup.

" Kenapa tuh mata? mau main mata ya." Ucap Zira cepat.

" Cih siapa yang main mata, ini namanya senam mata kata Kevin ini cara agar mata keranjang pindah menjadi mata baskom." Ucap Ziko ketus.

Ziko masih kesal dengan cara membangunkan Zira yang aneh-aneh. Sedangkan Zira tertawa bahagia dia selalu menikmati momen-momen membangunkan Ziko.

" Kenapa kamu menarik bulu kakiku." Ucap Ziko sewot sambil tetap menguap.

" Masih mending itu bulu aku tarik, apa mau itu bulu aku kepang." Ucap Zira cepat.

Dengan susah payah Zira menarik tangan Ziko agar mau masuk ke kamar mandi.

" Mandikan aku." Ucap Ziko manja.

Dengan susah payah lagi Zira memandikan bayi kolor ijo. Bayi yang ngeselin tapi ngangenin. Ziko bertingkah seperti anak kecil, dia sengaja melakukannya agar mendapatkan perhatian dari istrinya.

Mereka berdua pergi menuju tempat di sajikannya sarapan. Kevin sudah menunggu di sana sambil menikmati makanannya. Zira dan Ziko berjalan ke arah Kevin duduk. Mereka menikmati hidangannya dengan lahap. Tidak berapa lama ada seseorang pria bule dengan setelan kemejanya menghampiri Ziko.

" Vous êtes M. ZIKO (anda tuan Ziko)." Ucap pria bule tersebut ramah.

Ziko menganggukkan kepalanya.

" oui, quel est le besoin (ya, ada keperluan apa)." Ucap Ziko sambil mengelap mulutnya dengan tisu.

" Je veux donner ceci (saya mau memberikan ini)." Ucap pria bule tersebut sambil meletakkan beberapa kertas di meja.

Ziko melihat kertas tersebut kemudian memberikannya kepada Kevin.

" Avant que M. ZIKO ne quitte l'hôtel, veuillez compenser toutes les pertes que vous avez faites hier (sebelum tuan ZIKO check out dari hotel harap mengganti semua kerugian yang anda perbuat kemaren di sini)." Ucap pria tersebut sopan.

" Vas-y doucement, je compenserai toutes les pertes que j'ai faites (Tenang saja saya akan mengganti semua kerugian yang saya perbuat)." Ucap Ziko tegas.

Ziko memerintahkan Kevin untuk mengikuti pria bule tersebut. Pria bule tersebut adalah manager di hotel itu. Setelah menyelesaikan segala administrasi dan mengganti segala kerusakan. Mereka pergi meninggalkan hotel menuju bandara. Pesawat jet Ziko berada di bandara. Seperti kemaren Zira selalu menyempatkan berselfi ria dengan ponselnya. Ziko sampai menggelengkan kepalanya melihat Zira yang agak kampungan.

Ziko sudah duduk di kursinya, kursi itu tempat favoritnya. Di sebelah kursi itu ada jendela sehingga bisa melihat pemandangan yang indah dari dalam pesawat jet.

Ziko melambaikan tangannya memanggil Zira agar duduk di depannya.

" Sini ponselmu." Ucap Ziko.

Zira memberikan ponselnya kepada Ziko. Zira belum mengganti wallpaper ponselnya. Wallpaper itu foto yang di ambil Ziko pada saat Ziko mengecup pipi Zira.

" Kenapa kamu belum mengganti foto ini." Ucap Ziko sambil menunjukkan foto wallpaper di layar ponsel Zira.

" Kan kamu yang bilang jangan di ganti." Ucap Zira mengikuti ucapan Ziko pada waktu itu.

" Ganti kata Kevin bulu hidungku kelihatan." Ucap Ziko cepat sambil melirik ke arah Kevin.

Zira tertawa mendengar ucapan Ziko yang jujur apa adanya. Kevin yang mendapat lirikan dari Ziko, berusaha untuk tidak tersenyum dia khawatir Ziko akan marah.

" Biar aja bulu hidung itu pemanis untuk foto kita." Ucap Zira cekikkan.

" Owh kamu senang ya kalo aku teraniaya." Ucap Ziko kesal.

" Kembalikan ponselku." Ucap Zira sambil mengambil ponselnya dari tangan Ziko.

" Kamu mau ngapain." Ucap Ziko cepat.

" Ya mau gantilah, kan kamu yang bilang ganti." Ucap Zira cepat sambil melihat foto wallpaper di ponselnya.

Ziko memperhatikan Zira yang sedang menatap ponselnya.

" Kenapa?" Ucap Ziko penasaran.

" Ini bukan bulu hidung tapi upil." Ucap Zira cepat sambil menunjukkan kepada Ziko foto wallpaper di ponselnya.

Kevin sudah tidak tahan dia tertawa terbahak-bahak mendengar Zira menyebutkan upil di hidung Ziko. Ziko memperhatikan fotonya sendiri.

" Ih kamu jorok gara-gara upilmu fotoku jadi rusak." Ucap Zira cepat.

Ziko malu karena yang dikatakan Zira benar adanya. Ziko melemparkan kotak tisu yang ada di meja ke arah Kevin.

" Kenapa kamu bilang kemaren bulu hidung kalo kenyataannya upil." Ucap Ziko kesal.

" Maaf Tuan saya tidak bisa membedakan upil dengan bulu hidung karena mereka sama-sama berwarna hitam, tapi kalo upil sama ingus saya bisa membedakannya." Ucap Kevin tertawa.

Zira dan Kevin tertawa membayangkan foto Ziko.

" Diam cepat ganti foto itu." Teriak Ziko.

" Ya sudah aku hapus aja foto ini." Ucap Zira cepat.

" Jangan kamu hapus." Ziko melarang Zira untuk tidak menghapus foto mereka berdua.

" Memangnya kenapa?" Zira penasaran.

" Simpan aja." Ucap Ziko pelan.

" Cih siapa yang mau simpan upil, apa kamu kira upil kamu itu akan hilang kalo aku simpan atau apa kamu pikir upil itu bisa berubah jadi berlian." Ucap Zira jijik.

Kevin masih tertawa mendengar masalah upilnya Ziko.

" Ya sudah hapus." Ucap Ziko pelan.

Zira menghapus foto mereka berdua. Dan Zira sudah mengganti wallpapernya.

" Kamu ganti dengan apa?" Ucap Ziko penasaran.

Zira menunjukkan kembali ponselnya kepada Ziko. Ziko membulatkan matanya melihat foto mereka ada di layar ponsel Zira.

" Kenapa lagi." Ucap Zira heran melihat Ziko membulatkan matanya.

"Apa enggak ada foto yang lainnya." Ucap Ziko cepat.

" Ya enggak adalah memangnya kenapa lagi dengan foto itu." Ucap Zira cepat.

" Kata Kevin aku seperti tukang kembang." Ucap Ziko pelan sambil melirik ke arah Kevin.

Zira tertawa lagi mendengar ucapan Ziko sedangkan Kevin tidak berani tertawa dia khawatir Ziko akan marah karena merasa di perolok oleh mereka berdua.

" Bukan tukang kembang tapi kita seperti taman bunga, untung saja bukan bukan bunga tahi ayam di situ." Ucap Zira cekikkan.

" Memangnya kenapa kalo dengan bunga tahi ayam kan bagus." Ucap Ziko cepat.

" Bukan bagus tapi bau." Ucap Zira tertawa terbahak bahak.

Kevin pun ikut tertawa terbahak bahak, dia sudah tidak tahan mendengar ucapan majikannya ada saja yang mengocok perutnya.

" Sini kamu." Ucap Zira memanggil Zira agar duduk di paha Ziko.

Zira masih tertawa terbahak bahak.

" Cepat." Ucap Ziko menarik tangan Zira.

Zira beranjak dari kursinya masih dengan tawanya. Zira duduk di paha Ziko seperti permintaan Ziko. Ziko mencium bibir Zira tidak lupa dia memotret momen itu. Sedangkan Kevin yang melihat hanya bisa gigit kaki meja.

" Ganti pakai yang ini." Ucap Ziko sambil memberikan ponsel Zira.

" Kenapa harus pakai cium segala sih." Ucap Zira kesal.

" Daripada yang tadi ada taik hidung, bagusan ini enggak ada taiknya." Ucap Ziko cepat.

" Ada nih taik kuping." Ucap Zira tertawa.

Ziko langsung mengambil ponsel Zira untuk melihat hasil jepretannya. Hasil jepretannya bagus tidak ada hubungannya dengan taik kuping, itu hanya akal-akalan Zira saja agar dapat mengerjai Ziko.

Ziko memang sengaja mencium Zira agar wallpapernya menjadi sebuah saksi untuk kisah mereka berdua.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."