Chapter 119 episode 119

" Suamiku apakah nanti kalo kamu disana aku boleh melakukan hal-hal yang aku suka." Ucap Zira pelan sambil mengelus-ngelus lengan Ziko.

" Ya boleh tapi jangan pernah kelewat batas dan jangan buat malu aku." Ucap Ziko cepat.

Mobil sudah sampai di kantor. Zira ingin beranjak dari kursinya tapi Ziko menahannya, Ziko memeluknya sangat erat. Dan mengecup kening dan pipinya berulang-ulang. Sang jomblowati hanya melihat dari balik kaca mobil.

" Sudah pergilah hati-hati di sana." Ucap Zira pelan.

Ziko masih tetap memeluk Zira dia merasa enggan meninggalkan Zira.

" Kamu nanti mau menginap di hotel mana." Ucap Zira yang masih dalam pelukan Ziko.

" Ai Hotel nona." Ucap Kevin cepat.

Setelah Ziko melepaskan pelukannya Zira keluar dari mobil. Mobil yang di kendarai Kevin meninggalkan gedung Raharsya group, Zira masih menunggu mobil itu menjauh sampai mobil itu tidak terlihat lagi. Kemudian Zira masuk ke dalam gedung layaknya seorang CEO. Karyawan dan karyawati tunduk hormat kepadanya. Zira tetap naik lift khusus karyawan dia tidak mau menerima fasilitas yang di tujukan untuknya.

Zira melangkahkan kakinya menuju ruangannya Ziko. Ada Kia yang memperhatikan kedatangan Zira. Kia melihat ke arah lift tapi tidak menemukan orang lain selain Zira. Kia merasa kehilangan sosok Ziko. Kia menatap sinis kearah Zira.

" Dimana bosku?" Ucap Kia judes.

" Apa kamu tidak lihat bosmu sedang berdiri di depanmu." Ucap Zira cepat.

Kia masih bingung dengan ucapan Zira.

" Apa maksudmu?" Kia bingung.

" Aku adalah orang penting ke dua di perusahaan ini setelah suamiku, tapi selama suamiku tidak di sini aku menjadi orang pertama di sini." Ucap Zira sombong.

" Siapa yang memberimu wewenang itu?" Ucap Kia ketus.

" Wewenang itu sudah berlaku sejak aku menjadi istri sahnya dan kamu bisa aku depak dari perusahaan ini kapanpun aku mau." Ucap Zira cepat.

Nyali Kia menciut mendengar ucapan Zira. Dia tidak berani membantah ucapan Zira.

" Buatkan aku kopi." Ucap Zira cepat.

Kia tidak beranjak dari tempatnya dia enggan untuk melakukan permintaan Zira.

" Sekarang! Atau kamu mau aku depak dari sini." Ucap Zira cepat sambil mendongakkan kepalanya.

Kia langsung berlari ke pantry. Zira berjalan menuju ruangan Ziko. Di dalam Zira tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya dia merasa lucu melihat nyali Kia yang langsung menciut ketika mendengar kata depak.

Zira mengirim chat kepada Kevin. Isi pesannya.

Berapa lama kalian di sana, ini Zira.

Jangan kamu beri tau kepada suamiku kalo aku mengirim pesan kepadamu.

Tidak berapa lama Kevin membalas chat dari Zira.

Iya nona sebenarnya ada apa?

Mengapa saya tidak boleh memberitahu kan hal ini kepada Tuan muda.

Zira membalas lagi chat dari Kevin.

Aku ingin memberi kejutan untuknya.

Kevin membalas lagi chat Zira.

Nona apa yang akan anda lakukan?

Zira membalas chat Kevin.

Aku tidak akan memberitahukan mu perihal kejutan yang akan aku berikan kepada suamiku, aku hanya minta kamu mendukung ku.

Lama Zira menunggu balasan dari Kevin. Zira meletakkan ponselnya di atas meja. Tidak berapa lama Ponselnya berbunyi ada notifikasi di layar kaca ponselnya. Zira membuka ponselnya. Ada pesan dari Kevin.

Saya akan mendukung nona jika itu tidak ada hubungannya dengan kejahatan dan saya tidak mendukung nona jika nona lari seperti kemarin malam, kalo nona melakukan hal yang sama saya yang akan menyeret nona ke hadapan Tuan Muda.

Zira langsung menciut nyalinya mendapat balasan chat dari Kevin. Zira mengirim chat balik ke Kevin.

Ini tidak ada hubungannya dengan kemaren aku mau kamu mempercayaiku, kalo kamu tidak percaya denganku rencana ku untuk memberi kejutan kepada si ubi kayu akan gagal.

Kevin membalas chat Zira.

Baik saya percaya ☺️☺️☺️.

Tidak ada balasan lagi dari Zira maupun Kevin. Pintu ruangan Ziko di ketuk. Kia masuk ke dalam ruangan setelah ada perintah masuk dari Zira.

Kia meletakkan kopi yang di buatnya di atas meja. Zira duduk di kursi kebesaran Ziko. Kia hendak pergi meninggalkannya ruangan. Tapi Zira menahannya.

" Hey kamu, jangan pergi dulu." Ucap Zira sambil melambaikan tangannya memanggil Kia untuk kembali.

Dengan menghentakkan kakinya Kia datang menuju meja kerja Ziko.

" Apa!" Ucap Kia jutek.

" Aku kurang yakin dengan kopi buatan mu bisa saja kamu mencampur sianida kedalamnya." Ucap Zira ketus.

Memang Kia sedang melakukan hal jahat kepada Zira, dia tidak mencampurkan sianida ke dalam kopi buatannya tapi dia mencampurkan garam ke dalam kopi.

" Apa maksudmu?" Ucap Kia judes.

" Untuk membuktikan kopi ini ada racunnya atau tidak, aku mau kamu minum kopi itu." Ucap Zira cepat.

Kia tidak menghiraukan ucapan Zira dia ingin pergi keluar dari ruangan itu.

" Baik sepertinya kamu memang benar-benar minta di tendang dari sini." Ucap Zira tegas.

Zira berakting mengangkat telpon yang ada di meja. Dia sedang melakukan aktingnya untuk menghubungi security. Kia melihat tindakan Zira yang sedang memegang telepon.

" Tunggu tunggu tolong kamu letakkan telepon itu, aku akan meminumnya untukmu." Ucap Kia khawatir.

Zira menahan tawanya agar aktingnya tidak ketahuan Kia. Zira tidak tahu menahu tentang segala extension yang ada di kantor ini dia hanya ingin memberi pelajaran kepada si Kuntilanak karena Zira yakin kalo kuntilanak di depannya ini belum pernah mengenal bangku sekolah sama sekali.

Kia meminum kopi yang di buatnya. Kemudian meletakkannya kembali ke meja.

" Lihat sudah aku minum, aku enggak matikan?" Ucap Kia cepat.

Zira melihat kedalam gelas dan pinggiran gelas.

" Habiskan semua." Ucap Zira cepat.

" Apa habiskan?" Ucap Kia cepat.

" Ya habiskan aku tidak mau minum bekasmu." Ucap Zira cepat.

Dengan terpaksa Kia meminum kopi buatannya sendiri, kopi yang sangat asin, dia menahan rasa asin yang di timbulkan dari kopi tersebut. Setelah kopi habis Kia menunjukkan gelas kosongnya ke arah Kia. Zira manggut-manggut tapi Kia sudah berlari ke luar ruangan sambil memegang mulut dengan jarinya.

Zira tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Kia. Kia berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan kopi yang baru saja di minumnya. Zira merasa senang dapat mengerjai Kia.

" Jangan pernah mengganggu rumah tanggaku, itu masih hukuman ringan buatmu, hukuman-hukuman lain akan menyusul segera." Ucap Zira tertawa kencang.

Kia kembali ke mejanya dia merasa ini adalah hari sial kedua selama bekerja di perusahaan ini. Telepon di meja Kia berbunyi. Kia mengangkat teleponnya. Ada suara Zira dari ujung telepon.

" Cepat kamu ke sini." Ucap Zira cepat.

Dengan langkah malas Kia masuk ke dalam ruangan Ziko. Dia melihat Zira sedang duduk di sofa panjang sambil selonjorkan kakinya.

" Ada apa?" Kia bertanya dengan wajah jutek.

" Pijat kakiku." Ucap Zira cepat.

" Apa?" Kia membulatkan matanya menatap ke arah Zira.

" Apa kamu ada masalah dengan pendengarmu?" Ucap Zira cepat.

Kia tidak menjawab dia merasa marah dengan tindakan Zira terhadap dirinya.

" Cepar pijat kaki bosmu atau aku tendang kamu dari sini." Ucap Zira tegas.

Lagi-lagi Zira mengancam dengan kata tendang. Mendengar kata itu dengan terpaksa Kia memijat kaki Zira.

" Awas kalo pijatanmu membuat kakiku yang mulus berbekas." Ancam Zira lagi.

Kia memijit kaki Zira dengan lembut, padahal dalam hatinya dia ingin memijat dengan keras bahkan ingin memukul kaki Zira. Zira menikmati pijatan dari Kia.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."