Chapter 105 episode 105

Di mansion

Zira menunggu kepulangan Ziko dari kantor. Ziko sebelumya sudah memberitahu Zira kalo dia akan pulang malam karena ada dinner dengan client.

Sambil menunggu kepulangan Ziko, Zira mengutak ngatik ponselnya. Di melihat daftar kontak masih ada tertera nama ubi kayu gosong. Zira tersenyum tipis.

" Kamu memang bukan ubi kayu gosong tapi aku akan mengganti namamu menjadi Ubi kayu jumbo." Ucap Zira sambil tertawa kecil.

Zira menunggu Ziko sambil menonton TV. Berkali - kali dia melihat jam di dinding tapi Ziko tak kunjung datang. Dia merasa sepi biasanya pasti ada aja ulah mereka yang selalu membuat suasana kamar menjadi ramai.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, Zira tidak kuasa menahan kantuknya. Dia tertidur di atas sofa dengan TV yang menyala.

Selang satu jam Ziko pulang. Dia memasuki kamar dan melihat Zira tengah tertidur di sofa. Ziko tertawa melihat mulut micin Zira yang menganga lebar. Dia ingin menjahili istrinya.

Ziko keluar kamar beberapa menit kemudian Ziko kembali dia kembali dengan membawa sesuatu. Ziko memasukkan garam ke dalam mulut Zira. Mulut Zira masih mengecap berulang - ulang kali. Kemudian dia tidur kembali dan beberapa menit kemudian mulut Zira menganga lagi Ziko merekam tingkah Zira yang konyol. Dan sekali lagi Ziko memasukan setengah sendok makan garam ke mulut Zira. Zira mengecap mulutnya sambil membuka matanya perlahan, dia kaget melihat Ziko tengah jongkok di sebelahnya.

" Apa yang kamu lakukan?" Tanya Zira dengan suara seraknya sambil memegang tenggorokan yang agak aneh.

Ziko hanya tersenyum lebar.

" Apa yang kamu pegang?" Tanya Zira lagi.

" Nggak ada." Ucap Ziko menyembunyikan sendok di tangannya.

" Kamu tidak lagi menjahili istrimu kan?" Tanya Zira cepat.

" Kenapa?"

" Aku tadi bermimpi dalam mimpiku aku minum air pipis rasanya asin sekali." Ucap Zira pelan.

Ziko tertawa terbahak - bahak.

" Hey apa itu yang di tanganmu?" Ucap Zira cepat sambil memegang tangan Ziko.

" Nggak ada." Ucap Ziko lagi.

Karena penasaran Zira mencoba membuka genggaman tangan Ziko. Zira melihat dari balik genggaman tangan Ziko ada sebuah sendok.

" Untuk apa sendok ini?" Tanya Zira cepat.

Ziko tidak menjawab dia hanya menunjukkan ponselnya. Zira yang melihat langsung memukuli badan Ziko. Ziko hanya tertawa terbahak bahak.

" Apa kamu mau meracuniku." Ucap Zira ketus sambil mencubit Ziko.

" Sebenarnya aku ingin memasukkan cicak ke dalam mulutmu. Tapi cicaknya nggak ada yang lagi merayap mencari nyamuk." Ucap Ziko sambil tertawa.

Zira membuang mukanya.

" Kamu cantik - cantik tapi kalo tidur mulutnya menganga." Ucap Ziko sambil terus tertawa.

" Ya nggak apa-apa dari pada aku tidur ngences terus ileran terus ngorok. Apa kamu mau aku seperti itu." Ucap Zira masih dengan membuang mukanya.

" Ya udah cepat tidur, nanti kalo ubi kayuku bangun apa kamu mau menidurkannya lagi. " Goda Ziko.

Zira langsung pindah ke kasur dia tidak mau harus berurusan dengan tidur menidurkan yang namanya ubi kayu dia cari aman.

Ziko membersihkan dirinya di dalam kamar dan Zira berusaha untuk tidur kembali tapi karena tadi kaget jadi Zira susah untuk memejamkan matanya kembali.

Ziko keluar dari kamar mandi, dan Zira langsung berakting pura - pura tidur. Ziko menuju kasur dan langsung memeluk Zira."

" Apakah kamu sudah tidur istriku."

" Sudah." Ucap Zira keceplosan.

Ziko tertawa kecil.

" Istriku apakah benar kamu sudah tidur?" Tanya Ziko lagi.

Zira tidak menjawab pertanyaan kedua yang diajukan Ziko.

" Istirku apa kamu ada solusi untuk menidurkan ini. " Ucap Ziko menjahili Zira kembali.

" Jepit aja ke pintu pasti nanti dia tidur." Ucap Zira masih dengan mata tertutup pura - pura tidur.

Ziko tertawa terbahak bahak mendengar ucapan Zira.

" Istriku apakah aku boleh mencium bibirmu?" Goda Ziko lagi.

" Jangan tapi kalo kamu mau silahkan tapi kalo asin tambah gula sedikit ya." Ucap Zira pelan masih dengan mata tertutup.

" Istriku."

Belum sempat Ziko mengajukan pertanyaan.

" Istriku istriku istriku, udah aku mau bobok." Ucap Zira sambil mencubit lengan Ziko.

Ziko tertawa senang dia senang kalo harus menjahili istrinya. Ziko memeluk Zira dengan erat.

" Istriku?"

" Hemmmmm."

" Kapan kamu selesai palang merah?" Tanya Ziko lagi.

" Kenapa?"

" Kalo kamu sudah selesai aku tidak mau kamu mengenakan pakaian ini untuk tidur." Ucap Ziko sambil memegang pakaian tidur Zira.

Zira mengenakan pakaian tidur dengan seragam dengan celana pendeknya.

" Jadi aku harus pake apa?" Tanya Zira cepat.

" Kamu pakai lingerie." Ucap Ziko cepat.

Zira yang tadi dalam keadaan berbaring langsung bangkit dari tidurnya.

" Ah jangan macam-macam suamiku." Ucap Zira tegas.

" Siapa yang macam-macam, aku cuma satu macam kok." Ucap Ziko sambil menarik Zira lagi untuk di peluknya.

" Kan yang kupakai juga baju tidur, aku gak mau mengenakkan pakaian yang kurang bahan." Ucap Zira cepat.

" Kamu gak mau tapi aku mau." Ucap Ziko sambil mengecup dahi Zira.

" Pokoknya enggak ya nggak, aku gak mau udah cukup pake ini aja." Ucap Zira protes sambil menunjuk ke arah baju yang di kenakannya sekarang.

" Ok kalo begitu nanti semua baju tidurmu aku buang dan akan aku ganti dengan lingerie semua. Dan tunggu aja tujuh kali tujuh kali tiga kali tujuh akan bertambah lagi nolnya. Apa kamu mau?" Ucap Ziko mengancam sambil tersenyum licik.

" Suamiku sayang bisa nggak kamu sekali-kali tidak mengancam istrimu." Ucap Zira sambil merapatkan giginya.

" Kamu sendiri yang tinggal bilang siap laksanakan saja kok repot." Ucap Ziko santai.

" Baik laksanakan." Ucap Zira sambil memberi hormat kepada Ziko.

Zira oh Zira siap-siap aja dirimu akan di terkamnya.

Ziko menarik tangan Zira yang sedang lagi duduk sambil memberi hormat kepada Ziko.

" Sudah jangan lama-lama di angkat ketekmu bau." Ucap Ziko sambil menarik tangan Zira.

Mereka hanya mengobrol tanpa melakukan apapun. Entah apa yang mereka obrolkan tapi obrolan itu membuat mereka sangat dekat.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."