Chapter 104 episode 104

" Kamu itu kenapa tidak ada mesra - mesranya samaku. " Teriak Ziko.

Aih mulai nih, sepertinya aku harus ke dokter THT untuk minta resep budek.

" Ya suamiku sayang. " Ucap Zira merapatkan giginya.

" Nah gitu mesra. Aku lapar. " Ucap Ziko manja.

" Suamiku sayang istrimu ini sangat sibuk jadi hari ini tidak bisa menemani kamu makan." Ucap Zira sambil mau muntah.

Cih aku bicara seperti itu kok kayak banci ya mau muntah rasanya.

" Aku mau kamu yang suapin aku. " Ucap Ziko manja.

Zira mulai menggaruk - garuk kepalanya. Tingkah Ziko kadang membuatnya sakit kepala. Sebenarnya sama saja tingkah mereka berdua aneh bin ajaib, berbeda dengan pasangan suami istri lainnya. Pasangan pengantin baru pasti lagi manja dan mesra tapi tidak dengan mereka. Mereka lebih sering adu urat leher dari pada mesra.

" Suamiku sayang karena aku lagi sibuk kamu minta suapin asisten Kevin aja. " Ucap Zira lagi sambil merapatkan giginya.

Ziko mulai emosi.

" Apa maksudmu, apa kamu mau jadi istri duralex. " Bentak Ziko.

Zira langsung menjawab dengan santai.

" Ya enggak lah, mana ada cita - cita seorang istri jadi duralex semua istri pasti ingin menjadi istri soleha. " Ucap Zira cepat.

" Tapi."

" Tapi apa? " Tanya Ziko penasaran.

" Tapi lihat dulu suaminya udah jadi suami Soleh belum. " Ucap Zira santai.

" Jadi makasud kamu aku bukan termasuk imam yang Soleh. " Teriak Ziko.

" Cup cup udah udah jangan berisik kasihan si Soleh dan si Soleha mereka nanti keselek karena namanya di ulang terus." Ucap Zira mengalihkan pembicaraan.

Mereka masih tetap adu urat leher. Ziko ingin Zira datang ke kantornya untuk makan bersama dalam satu piring. Tetapi Zira menolaknya karena Zira hari ini betul - betul sibuk.

" Jadi bagaimana?" Tanya Ziko lagi.

" Bagaimana apanya?" Zira sudah mulai kesal seharusnya desainnya sudah selesai tapi tertunda karena pertengkaran ini.

" Kamu jadi datang tidak?" Tanya Ziko penuh harap.

Zira meletakkan pensilnya di atas meja dan memegang ponselnya kembali yang sebelumnya berada di antara bahu dan pipinya.

" Aku gak bisa tangan ku lagi sibuk aku gak bisa menyuapi kamu. Apa kamu mau aku suapin pake kaki." Ucap Zira ketus.

Ziko langsung mematikan panggilannya secara sepihak.

" Nah udah deh marah lagi marah lagi. Heran deh aku harus mengerti dia tapi dia tidak mengerti aku." Gerutu Zira.

Ziko memanggil Kevin. Mereka pergi ke butik tapi tidak lupa Ziko membawa beberapa bungkus makanan. Ziko memang kesal karena Zira tidak bisa datang dan tidak menurut dengan dirinya. Tapi dia lebih khawatir kesehatan Zira. Dia mengerti pasti karena kesibukannya Zira akan menunda makannya.

Zira masih berkutat dengan pekerjaannya. Dia sangat serius dalam mengerjakan pekerjaannya. Karena sangking sibuknya Zira tidak mendengar langkah kaki seseorang menginjak anak tangga.

Kebetulan pintu ruangannya tidak di tutup. Jadi Ziko langsung masuk tanpa harus membuka pintunya. Ziko melihat Zira masih duduk di kursinya. Zira tidak mengetahui kedatangan Ziko. Ziko merasa kasihan melihat istrinya.

Ziko menghampiri Zira yang masih sibuk dengan desainnya. Zira tidak memperhatikan keberadaan Ziko yang telah berdiri di sampingnya. Ziko mengecup pipi Zira dengan lembut. Sontak Zira kaget dan melempar pensilnya dengan spontan ke depan meja kebetulan Kevin sedang duduk di atas sofa.

Kevin meringis dan memegang pipinya yang terkena pensil.

" Nona apakah jurus melempar pensil itu juga di ajarkan Tuan muda juga?" Tanya Kevin sambil memegang sebelah pipinya.

Zira mengacuhkan pertanyaan Kevin.Dia malah balik bertanya.

" Kenapa kalian datang, kalian ini seperti jelangkung datang tak di undang pulang tak di antar. " Ucap Zira cepat.

Ziko masih berdiri di samping Zira.

" Dan kamu lagi, bisa nggak ketuk pintu dulu ngagetin aja." Ucap Zira sewot sambil melihat ke arah Ziko.

" Apanya yang mau diketuk pintunya aja kebuka. " Ucap Ziko cepat sambil menunjuk ke arah pintu.

Zira melihat ke arah pintu.

" Oh iya juga ya. Tapi kan setidaknya salam, salam hormat salam manis atau salam dua jari. " Ucap Zira sewot.

Ziko mengacuhkan ucapan Zira, dia memegang tangan Zira.

" Cepat aku lapar. " Sambil menarik salah satu tangan Zira.

Tangan Zira yang lain memegang kertas dan peralatan desain lainnya. Mereka duduk di sofa panjang dan Kevin pindah duduk di sofa yang lain.

Zira masih sibuk menyelesaikan desainnya. Ziko memperhatikannya, tanpa pikir panjang Ziko membuka bungkus makanan dan mengambil sendok, dia menyuapkan sendok yang berisi makanan ke mulutnya lalu ke mulut Zira.

Awalnya Zira menolak tapi dia mau menerima juga karena memang Zira juga lapar. Mereka terlihat romantis seperti itu. Biasanya Zira yang menyuapi Ziko tapi hari ini Ziko yang mengambil alih dengan sendoknya.

Zira telah selesai dengan desainnya dia meletakkannya di atas meja. Zira ingin mengambil alih sendok yang di pegang Ziko. Tapi Ziko melarangnya.

" Nggak usah." Ucap Ziko sambil menepis tangan Zira yang hendak mengambil sendok dari tangannya.

" Aku tau kenapa kamu bertahan dengan sendok itu pasti kamu takut aku suapin pakai kaki kan? " Ucap Zira cepat.

Kevin tertawa mendengar ucapan Zira. Zira memang suka asal kalo ngomong dan mungkin itulah daya tariknya.

" Sudah syukur aku suapin gak tau berterima kasih. " Ucap Ziko.

" Terimakasih suamiku sayang. " Ucap Zira sambil memeluk lengan Ziko.

Cekrek Kevin mengabadikan momen itu melalui ponselnya.

Mereka masih menikmati makanan.

" Mengenai kursus bahasa Inggris, jadwalnya besok. " Ucap Ziko cepat.

Zira langsung menoleh kearah Ziko.

" Kamu serius?" Tanya Zira cepat.

Ziko mengangguk sambil meminum air mineral.

" Boleh gak aku request?" Ucap Zira pelan.

" Apa?" Tanya Ziko lagi.

" Nanti gurunya kalo bisa yang ganteng biar aku semangat belajarnya." Ucap Zira sambil menggerak - gerakkan alisnya.

" Cih. Nggak ada request request, aku yang bayar dan aku juga yang pilih siapa yang jadi gurumu. " Ucap Ziko cepat.

" Iya tau yang bayar Tuan Muda." Ucap Zira pelan.

" Gurumu nanti orangnya kejam pastikan kalo kamu belajar dengan giat. Atau tanganmu yang akan kena."

Ziko menakuti - menakuti Zira agar Zira mahir berbahasa Inggris dia berencana ingin mengajak Zira Keluar negeri.

" Aih kejam betul guruku. Tenang saja suamiku aku akan belajar dengan giat kalo pun aku salah dalam penyebutan kosa kata aku pastikan dia tidak akan memukulku, aku yang akan memukulinya terlebih dahulu." Ucap Zira lantang sambil mengelus lengan Ziko.

Kevin tertawa terbahak bahak.

" Kenapa kamu tertawa apanya yang lucu?" Tanya Zira cepat sambil menoleh ke arah Kevin.

" Nggak nona sepertinya anda terlalu yakin bisa mengalahkan guru itu. " Ucap Kevin sambil tertawa.

Zira belum tau siapa gurunya tapi dari perkataan Kevin, dia mengambil kesimpulan bahwa gurunya pasti orang yang sangat ahli dalam pukul memukul baik memukul kasur maupun memukul bantal.

" like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."