Chapter 98 episode 98

" Siapa kiranya yang membeli semua pakaian di butik. " Guman Zira.

Ada suara ketukan dari pintu kamar. Zira masih mengenakan kimono, dia berlari ke kamar mandi untuk mengambil handuk dan menggulungnya di leher layaknya sebuah sal.

Zira membuka pintu hanya setengah, sebagian kepalanya saja yang keluar. Ada Pak Budi dan beberapa pelayan.

" Maaf nona ini buat nona. " Ucap Pak Budi sambil menunjuk ke arah paper bag.

Zira memperhatikan paper bag yang di pegang pak Budi dan beberapa pelayan.

" Itu seperti paper bag butikku. " Guman Zira pelan.

Zira masih dengan posisi yang sama. Tanpa basa-basi Zira langsung bertanya.

" Dari siapa pak? " Tanya Zira cepat

" Dari Tuan muda nona. " Ucap Pak Budi sopan.

" Oh ya udah silahkan. " Ucap Zira cepat sambil membuka pintu dengan lebar.

Begitu para pelayan masuk Zira langsung membelakangi mereka semua.

" Mau di letakkan di mana nona? " Tanya Pak Budi.

" Di kasur aja Pak. " Ucap Zira cepat sambil tetap membelakangi.

" Apa nona perlu bantuan untuk menyusun semua ini ke dalam lemari? " Tanya Pak Budi lagi.

" Terimakasih atas bantuannya Pak, saya bisa merapikan semuanya. " Ucap Zira cepat agar pak Budi beserta pelayan cepat - cepat keluar dari kamar.

" Untuk lemari nona ada si sebelah pinggir kanan. " Ucap Pak Budi lagi.

" Iya pak. " Ucap Zira cepat.

" Maaf apakah nona sakit? " Tanya Pak Budi, Karena Pak Budi merasa heran dengan tingkah istri majikannya.

Aduh Pak Budi bisa gak cepat keluar kenapa banyak sekali pertanyaan yang Bapak ajukan, gak mungkin kalo aku bilang badanku udah seperti ikan . Gerutu Zira dalam hati.

" Saya sehat Pak. " Ucap Zira cepat.

Akhirnya Pak Budi dan beserta pelayan meninggalkan kamar. Zira baru bisa bernafas setelah handuk yang di lilitkannya di leher di lepas.

" Kan bener ini semua dari butikku. " Ucap Zira cepat.

" Kenapa sih dia memborong semua pakaian di butik? " Guman Zira sambil melihat semua isi paper bag.

Tanpa pikir panjang dia menelepon suaminya Ziko.

Panggilan sedang terhubung.

Ziko melirik ponselnya ada tulisan calon istriku.

Aku belum mengganti namanya di daftar ponselku. Guman Ziko dalam hati sambil menjawab panggilan tersebut.

" Apa kamu yang membeli semua pakaian di butikku? " Tanya Zira cepat.

" Ulangi ucapanmu. " Ziko langsung menutup panggilan tersebut.

Zira sampai heran dengan panggilan yang langsung di tutup sepihak oleh Ziko.

" Tadi kalo aku gak salah dengar ulangi ucapanmu. Tapi kenapa dia malah menutup panggilanku. " Gerutu Zira.

Zira kembali menghubungi Ziko.

" Apa kamu yang membeli semua pakaian di butikku? " Tanya Zira lagi mengulang ucapan sebelumnya.

" Kamu dengar nggak? aku bilang ulangi ucapanmu. " Ucap Ziko lagi sambil menutup ponselnya.

Zira menghentakkan kakinya berulang - ulang.

" Tadi dia bilang ulangi ucapanmu, sudah aku ulangi masih aja di tutup panggilanku. " Gerutu Zira lagi.

Zira mencoba menghubungi Ziko lagi. Dia mengganti kalimatnya.

" Kenapa kamu membeli semua pakaian di butikku. " Ucap Zira cepat.

" Kamu dengar nggak? Aku bilang ulangi. " Ucap Ziko langsung menutup ponselnya.

Zira di kamar uring - uringan saking kesalnya Zira menjambak rambutnya sendiri.

" Apa sih maunya si ubi kayu, di suruh ulangi sudah di ulang malah di matikan ponselnya. Aduh baru dua hari menikah dengannya aku seperti berada di neraka mini, apalagi kalo bertahun - tahun pasti aku seperti di neraka paling bawah. " Gerutu Zira sambil merebahkan tubuhnya di atas tumpukan paper bag.

Zira tidak berniat menghubungi Ziko. Menurutnya jika berhubungan dengan Ziko pasti akan beradu urat leher.

Beberapa menit kemudian ponsel Zira berbunyi. Zira mencari ponselnya di dalam tumpukan paper bag. Agak lama Zira menemukan ponsenya. Setelah ketemu dia langsung mengangkat panggilan tersebut.

" Ya halo. " Ucap Zira ketus karena dia sudah tau yang menghubunginya adalah Ziko.

" Kenapa lama sekali jawab panggilanku. " Teriak Ziko dari ujung sana.

Zira memegang telinganya.

Ini suara keceng amat, pak amat aja gak kenceng suaranya. Guman Zira sambil memegang sebelah telinganya.

" Ya tadi ponsel ku lagi main petak umpet. " Ucap Zira santai.

" Kamu sudah tau apa yang harus kamu ulangi? " Tanya Ziko lagi.

Zira mulai sewot.

" Kan sudah aku ulangi dari tadi tapi terus kamu matikan panggilanku. " Ucap Zira emosi.

" Ya tapi itu salah. " Ucap Ziko cepat.

" Apanya yang salah semua kalimatnya sama kok. " Ucap Zira cepat.

" Kamu itu. " Ucapan Ziko menggantung.

" Itu apa? " Tanya Zira lagi.

" Ya Kamu, apa kamu tidak bisa memanggilku dengan sebutan yang telah ku berikan padamu. " Ucap Ziko cepat.

Zira menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

Aduh hanya karena salah sebutan aja jadi seperti ini, aduh kenapa aku seperti menikah dengan tuyul sih, gak ada dewasanya. Gerutu Zira dalam hati.

" Okelah kalo begitu akan aku ulangi. " Ucap Zira.

Tapi sebelum Zira mengulang kalimatnya

lagi - lagi ponselnya Ziko dimatikan.

" Di suruh ulangi mau diulangi malah di matikan ponselnya. Nasib - nasib nikah sama tuyul ya begini. " Gerutu Zira pelan.

Tanpa pikir panjang Zira langsung menghubungi Ziko.

" Halo sayang apakah kamu yang membeli semua pakaian di butik ku? " Ucap Zira sambil merapatkan giginya.

" Iya sayang apakah kamu suka? " Ucap Ziko lagi membalas pertanyaan Zira.

Zira mendengar suara Ziko serasa mau muntah.

" Sayang kenapa kamu membeli semua pakaian di butik ku? " Tanya Zira lagi sambil tetap merapatkan giginya.

" Ya sayang aku kasihan karena kamu seperti orang primitif tidak punya baju. " Ucap Ziko sambil tertawa.

" Enak aja aku punya baju ya tapi bajuku di buang sama hantu. " Ucap Zira sambil marah.

Ziko masih tertawa di ujung sana.

" Jangan - jangan ini rencanamu untuk mengikatku agar aku hutang Budi sama kamu. " Ucap Zira cepat.

" Apa maksudmu? " Tanya Ziko cepat.

" Ya kamu sengaja membeli semua pakaian di butik ku agar aku hutang Budi sama seperti dengan sepatu 60 juta itu. " Ucap Zira emosi.

Ziko kembali tertawa.

" Hahahaha sebenarnya aku gak ada Niat untuk memanfaatkan mu tapi karena kamu sudah bilang, baiklah akan aku hitung semuanya dan sekalian sama kerusakan di cafe Santuy. " Ucap Ziko cepat.

Zira langsung membuka mulutnya lebar-lebar.

Aduh kenapa bisa jadi begini, tinggal bilang terimakasih aja repot amat. Pak amat repot nggak. Gerutu Zira dalam hati.

Zira masih diam tidak menjawab sama sekali.

" Baiklah sayang bill nya nanti akan datang, aku yakin kamu tidak akan bisa membayarnya. " Ucap Ziko seperti mengejek.

" Pasti aku bayar. " Ucap Zira cepat.

" Yakin? 60 juta aja belum bayar. Belum yang lainnya. Baiklah karena suamimu ini sangat baik rajin menabung ganteng hidup lagi, aku izinkan kamu mencicil. " Ucap Ziko sambil mematikan ponselnya.

Ziko tertawa terbahak - bahak di ruangannya sedangkan Zira mulai menghitung semua harga pakaian yang ada di dalam paper bag.

" Like komen dan vote yang banyak ya, agar novel favorit kalian masuk dalam 10 besar Terimakasih. "