Chapter 73 episode 73

Seperti biasa hari - hari Zira di sibukkan dengan kegiatan nya di dalam butik. Semenjak di umumkan pertunangan Zira dan ziko, butik Zira yang dulu ramai pembeli Sekarang menjadi ramai dua kali lipat. Pesanan meningkat tajam setajam pisau tukang daging ????????????.

Zira selain menjual secara langsung dia juga menjual secara online, keuntungan yang di dapat tidak jauh beda dengan penjualan langsung.

" Lina hari ini kita makan siang di luar ya, " Ucap Zira.

" Wah enak nih dah lama gak dapat traktiran dari mbak Zira, " ucap lina sambil tersenyum.

" Kita mau makan dimana nanti? " tanya Zira.

" Aku ngikut aja mbak, " ucap lina.

" Baik lah gimana kalo kita makan di food Court, " Ucap Zira.

" Aku dengar di Center Mall ada food Court yang makanan nya lumayan enak, " ucap Zira.

" Iya bagus juga tuh mbak, nanti bisa sekalian cuci mata di sana, " ucap lina sambil tersenyum.

" Memang nya mata kamu kenapa, jauh banget cuci mata ke mall, " goda Zira sambil tertawa.

" Ah mbak ini, " Rengek Lina manja.

Mereka menyelesaikan kegiatan nya masing-masing. Waktu sudah menunjukkan jam 12 siang waktu istirahat telah tiba. Mereka pergi menggunakan taxi online. Pada saat jam makan siang Food Court di penuhi para pengunjung dari berbagai kalangan kebanyakan para pekerja yang menghabiskan makan siang nya di food court itu.

Mereka memilih tempat duduk yang di pojokan, Zira menghindari banyak nya mata yang melihat nya. Sebagian orang mengenal nya sebagai calon istri ziko.

" Kamu mau makan apa? " tanya Zira.

" Aku mau ayam kampung geprek mbak, " ucap lina.

Zira memberikan beberapa uang kepada Lina.

" Lin kamu aja yang beli ya, " ucap Zira.

" Mbak kenapa, " tanya Lina.

" Coba deh kamu liat mereka melihat ke arah ku semua, " ucap Zira sambil menunjukkan dengan lirikan matanya.

" Ya karena mbak cantik, " ucap lina cepat.

" Bukan itu tapi mereka pasti mengenal ku sebagai calon istri tuan muda, " ucap Zira menjelaskan kepada Lina.

" Bisa jadi mbak, apa kita pindah aja gak usah makan di sini, " tanya Lina.

" Udah gak apa - apa cepat buruan di pesan makanan nya, " ucap Zira cepat.

Lina pergi meninggalkan Zira, Zira duduk sendiri sambil memainkan ponselnya beberapa menit kemudian seorang pria langsung duduk di depan Zira.

Zira melihat seorang pria di depannya duduk dengan membawa nampan yang berisi makanan. Zira ingin menegur pria di depannya. Tetapi pria tersebut sudah berbicara terlebih dahulu.

" Semua kursi penuh nona, aku sudah sangat lapar, " ucap si pria sambil memakan makanannya.

Dari pojok ada yang memotret mereka berdua. Cekrek cekrek.

" Maaf pak kursi ini punya teman saya, dia lagi memesan makanan, " ucap Zira menjelaskan.

Si pria masih sibuk dengan makanan nya.

" Apa saya keliatan tua atau saya seperti om om, " ucap si pria sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

Pria yang duduk di depan Zira berperawakan tinggi besar mempunyai mata coklat wajah blesteran cakep untuk ukuran seorang blesteran.

Tidak beberapa menit kemudian makanan yang di pesan Lina sudah siap. Lina berjalan menuju meja dengan membawa nampan yang berisi makanan. Dari kejauhan Lina melihat ada yang duduk di kursi nya. Tapi dia tidak bisa melihat wajah si pria hanya punggung nya saja yang terlihat.

Lina meletakkan nampan di atas meja. Kemudian dia melihat ke arah pria yang masih sibuk dengan makanan nya.

Lina melirik ke arah Zira mengisyaratkan bertanya sesuatu, Zira mengerti arti isyarat dari lina, dengan cepat Zira menggeleng kan kepala.

" Maaf tempat duduk itu punya saya, " ucap lina ketus.

" Masih ada tempat duduk di situ, " ucap si pria sambil menunjuk kan kursi yang kosong.

" Hey kamu itu siapa sih enak - enak nya memerintahkan saya untuk pindah tempat duduk kenapa kamu aja yang gak pindah, " ucap lina marah.

Si pria menunjukkan sebuah kursi kosong tetapi tidak dengan meja nya, karena meja nya telah di tempati oleh sepasang kekasih. Dengan otomatis Lina di perintah kan si pria untuk bergabung kesana. Sedangkan meja yang di pilih Zira mempunyai dua kursi.

Lina masih berdiri di belakang Zira memperhatikan si pria. Akhirnya si pria selesai menghabiskan makanan nya.

" Terimakasih atas kursi nya, " ucap si pria sambil mengulurkan tangannya.

Zira tidak meyambut tangan si pria.

" Baiklah kalo nona tidak mau salaman dengan saya, saya tidak akan pergi dari kursi ini, " ucap si pria seperti mengancam.

" Kamu mengancam saya, " ucap Zira sewot sambil berdiri ingin meninggalkan pria tersebut.

Begitu Zira berdiri tangan Zira sudah di pegang si pria dan dengan cepat si pria mencium punggung tangan Zira, sambil mengucapkan sesuatu.

" Bram, " ucap si pria sambil pergi meninggalkan Zira.

Zira kaget mendapat perlakuan dari pria yang tidak di kenal sama sekali hanya di sebut Bram.

Lagi - lagi seseorang memotret setiap kejadian di food court itu, siapa lagi kalo bukan Sisil.

Setelah si pria pergi Zira dan Lina kembali menikmati makan siang nya yang tertunda.

" Mbak tadi siapa? " tanya Lina.

" Gak tau lah orang gila mungkin, " ucap Zira sambil menyuapi makanan ke mulutnya.

" Tapi kok dia mencium tangan mbak Zira? " tanya Lina.

" Kamu kan liat tadi dia mengancam habis itu langsung aja dia nyelonong cium tangan aku, " ucap Zira sewot.

" Heran deh kenapa akhir - akhir ini pria suka mencium punggung tangan ku, " ucap Zira heran.

" Mungkin tangan mbak Zira wangi, " ucap lina sambil makan.

" Ya udah besok - besok kalo habis ngupil aku gak usah cuci tangan, " ucap Zira cepat.

" Idih mbak Zira jorok, " ucap lina.

Mereka berdua tertawa kecil sambil menikmati makanannya.

" like komen dan vote yang banyak ya, biar author tambah semangat update nya, yang belum like komen dan vote di tunggu ya, terimakasih. "