Chapter 29 Tiba giliranku bersenang-senang

Name:Istri Manja Tuan Kusuma Author:Eli
" Apa yang kamu miliki untuk bernegosiasi denganku? Jika itu menarik maka akan kupertimbangkan"

"Aku memiliki Setifikat tanah panti asuhan. aku ingin kamu menutup kasus untuk masalah ini dan menukarnya dengan panti asuhan itu"

Siska menunjukan sertifikat tanah itu pada Gina

Gina hanya meliriknya saja sambil mengerutkan kening.

"Apa kamu yakin itu sesuatu yang penting? Masalahnya dengan adanya Yudha disampingku aku bisa memiliki panti asuhan manapun yang aku mau"

"Tega sekali mereka ingin menjadikan panti asuhan sebagai alat penawaran. Awas saja nanti". pikir Gina

"Bagaimana ini?

kenapa dia tidak terpancing. ekspresinya begitu tenang" aku tidak bisa menebak pikirannya. Gumam siska yang mulai panik

"Kamu tidak dalam posisi untuk bernegosiasi denganku Siska. Dan mulai sekarang jangan pikir kamu bisa mengancamku!"

Gina berdiri dan hendak pergi dari restoran.

"Ini baru permulaan Siska. Kamu sudah lama bersenang-senang denganku. Sekarang tiba giliranku untuk bersenang - senang denganmu"

Gina berkata dengan senyum sinis tanpa membalikkan badan dan pergi meninggalkannya menuju rapat pemegang saham

Diruang rapat semua pemegang saham sudah berkumpul hanya 1 kursi saja yang kosong

"Kemana Pak Frans? bukankah kita sudah memberi tahunya akan ada rapat mendadak?"

Arin mencari tahu salah satu pemegang saham yang belum hadir

Tok tok tok

Pintu diketuk dan Gina masuk bersama asistennya Risti dan 2 orang pengacaranya.

"Maaf saya terlambat!"

Gina melenggang duduk dikursinya sambil tersenyum

"Apa yang kamu lakukan disini?

Arin begitu kesal dan bingung melihat Gina datang

"Bukankah kita ada rapat dewan direksi sekarang?

aku disini sebagai salah satu pemegang saham mewakili perusahaan Kusuma "

Gina menoleh ke arah Risti mengisyaratkan untuk menujukkan surat kepemilikan saham.

Ristipun menunjukan dokumennya kepada Arin.

Wajah nenek tua itu membeku. Tak bisa berkata apa-apa.. Hanya ekspresi kesal dan marah yang jelas terlihat diwajahnya

"Mari kita mulai saja rapatnya, jangan membuang banyak waktu"

Gina berbicara dengan aura pemimpinnya

"Karena nona Siska sedang berada dalam skandal sekarang ini, akan lebih baik jika kita menggantikan dia dengan model lain untuk sekarang ini. Itu akan sedikit mengurangi resiko kerugian pada perusahaan"

Anggota rapat lain saling tengok satu sama lain dan mengangguk setuju dengan saran Gina

"Dan saya juga berharap nyonya Arin sebagai pemimpin tertinggi dari perusahaan ini bisa menyelesaikan semua masalah dengan segera"

Gina tegas dan penuh dengan tekanan.

"Saya akan berusaha untuk menyelesaikan masalah sekarang ini. Anda semua tidak perlu khawatir"

Dengan menahan amarah, Arin berusaha meyakinkah para pemegang saham. Riska yang sedari tadi berdiri di dekat Arin menatap Gina dengan tatapan membunuh. Layaknya ingin menelan Gina hidup-hidup.

Rapat telah selesai dan para pemegang saham lain sudah hendak meninggalkan ruangan.

"Nona Gina, sepertinya kita perlu bicara"

Arin berbicara dengan sopan, karena diruangan itu masih ada pemegang saham lain. Setelah mereka pergi, Riska langsung menutup pintu. Diruangan itu hanya tinggal 4 orang. Arin, Riska, Gina dan asistennya Risti.

Gina dengan santai duduk dikursi sambil melipat tangan di dada. " Ada masalah apa lagi nyonya Arin?"

"Apa maksud kamu?

Kenapa kamu bisa jadi pemegang saham mayoritas disini?"

Suaranya terdengar nyaring ditelinga karena kesal

Gina masih tetap santai mendanggapinya

"Bisakah anda sedikit tenang?

apa tadi anda tidak membaca dokumen kepemilikan sahamnya?

disana jelas tertera bahwa saya adalah perwakilan dari perusahaan pak Yudha"

"Dasar wanita jang!

kamu sengaja menggoda Yudha untuk membalas kami kan?"

Gina hanya mengangkat bahu

"Mungkin, tapi yang jelas dan pasti, aku sekarang sudah bersama dengan Yudha"

"Kurang ajar kamu"

Arin mengangkat tangan dan hendak menampar Gina, tapi kali ini Gina tidak membiarkannya dan berhasil menahan tangan wanita tua itu. Dan mendekatkan wajahnya ke telinga sang nenek, seraya berbisik

"Bukankah sudah kukatakan, kemarin adalah terakhir kalinya kamu menamparku. Dan aku tidak akan membiarkanmu menyakitiku lagi"

Gina menghempaskan tangan sang nenek hingga hampir jatuh dan ditahan oleh Riska.

"Ingat baik-baik. Ini baru permulaan. Akan kukembalikan semua rasa sakit yang pernah kalian berikan padaku dulu. Dan Kamu, dulu kamu merebut ayah dari ibuku dan akan ku buat anakmu itu merasakan apa yang namanya kehilangan "

Gina menatap mereka dengan dingin dan pergi meninggalkan perusahaan itu.