Chapter 6 Pesta Kakek

Name:Istri Manja Tuan Kusuma Author:Eli
Siang hari Gina bergegas untuk menghadiri pesta sang kakek yang ia sayangi.. Dengan menggunakan Gaun putih selutut dipadukan dengan kardigan hitam dan high heels, serta rambut hitam sepinggang yg dibiarkan tergerai membuat Gina tampak anggun dan elegan..

Gina masuk kerumah yang sudah ia tinggalkan sekitar 3 tahun yang lalu. Dia tidak pernah lagi menginjakkan kakinya dirumah ini..

Dia mulai memutar semua kenangan dirumah ini. Mulai dari saat dimana dia merasa bahagia bersama ayah dan juga ibunya, hingga kedatangan Siska dan ibunya yang mulai merubah semuanya menjadi sebuah luka..

Gina mulai mengenang saat dia berada dirumah ini, awalnya ia tersenyum sampai akhirnya ia menitikan air matanya tanpa ia sadari..

Gina pun mulai bergegas masuk dan pelayan rumah yang menyadari kedatangannya mulai menyapa

"Nona Gina kenapa anda disini?" tanya si pelayan

Gina yang mendengar pertanyaan itu mengernyitkan kening " Kenapa? apakah aku tidak boleh berada disini?"

"Maaf,, saya tidak bermaksud seperti itu, silahkan masuk, tuan besar masih berada diruang kerjanya" kata pelayan sambil membungkuk mempersilahkan Gina masuk

Gina langsung naik kelantai 2 tempat kakeknya berada..

Diruang itu dilihatlah sang Kakek Surya Atmaja tengah bersandar duduk dikursi sambil memejamkan matanya.

Gina pun berjalan masuk dan menuangkan 2 gelas teh yang ada dimeja..

"Kakek,, hari ini kan kakek berulang tahun, tapi kenapa kakek malah sendirian diruang ini?" tanya Gina sambil tersenyum dan berlutut sambil menggenggam tangan kakeknya

Kakek Surya pun membuka matanya mendengar suara cucunya, "Kakek ini sudah tua, tapi kamu tidak pernah mengunjungi kakek, apakah kamu juga membenci kakek?" Tanya kakek sambil menunduk melihat sang cucu

"Aku tidak pernah membenci kakek, aku sangat menyayangi kakek.. Hanya saja..."

Gina tidak melanjutkan perkataannya

"Sudahlah kakek mengerti" kata kakek sambil tersenyum

"Kakek masalah saham itu..."

"Itu terserah padamu, kamulah yang harus mengambil keputusan. Kakek hanya ingin kamu hidup tenang dan bahagia. Itu saja" Ucap sang kakek

"Baik kek, aku mengerti.." ucap Gina sambil mengangguk dan tersenyum

Tidak lama Arin pun masuk bersama Riska sambil membawa sebuah dokumen..

"Ternyata kamu disini, nenek sudah membawa dokumen pemindahan saham, kamu tinggal tanda tangani" Arin berkata sambil menyodorkan dokumen

Gina mengernyitkan kening sambil tersenyum sinis " Nenek tidak sabaran sekali ya, kalau aku bilang tidak mau tanda tangan gimana?" Tanya Gina sinis sambil menyilangkan kedua tangan di dada

" Kamu sudah berani ya, nanti nenek akan berikan kamu kompensasi untuk saham ini. Sekarang kamu harus tanda tangan" Tanya Arin dengan nada tinggi dan memberikan bolpoin

" Baiklah, tapi setelah ini nenek tidak boleh menggangguku lagi" kata Gina sambil menandatangani dokumen itu

"Satu hal lagi.. Nenek ingin kamu menikah dengan Adrian wijaya, sebelumnya nenek berniat menjodohkan dia dengan Siska tapi karena Siska akan menikah dengan Riko, sebaiknya kamu yang menikah dengan Adrian. Dia baik dan juga dari keluarga terpandang" kata Arin sambil mengambil dokumen dari tangan Gina

" Cih, jadi sekarang nenek berniat menjualku dan menjadikan aku pengganti Siska?

Jangan harap, aku tidak mau" Kata Gina sinis

" Kamu harus ingat, kalau kamu itu berhutang budi pada Siska, jika dulu dia tidak terjun ke sungai dan menolong mu mungkin kamu sudah mati terbawa arus.. Mengerti!" bentak Arin dengan nada tinggi

"Ya ya,, harus berapa lama lagi aku membayar hutang budi ku pada nya. Selama ini aku pun sudah banyak berkorban untuknya. Apa itu tidaklah cukup?" Jawab Gina dingin dan beranjak keluar dari ruangan..

Tiba- tiba kepalanya sakit, Pandangannya mulai kabur. Dia berusaha sekuat tenaga untuk terus berjalan. Dia berjalan sempoyongan sampai ke dekat tangga. Dia bertopang pada pagar dekat tangga.

"Ah,, kenapa kepala ku sakit dan pusing. Ada apa denganku?" Pikirnya

Dari belakang datang Arin bersama seorang pria " Gina kenalkan ini tuan Adrian. Temanilah dia berkeliling sebentar. Dia adalah tamu kehormatan kita" Kata Arin lembut

"Hai nona Gina, Saya Adrian" katanya sambil mengulurkan tangan

"Cantik juga gadis ini, bahkan lebih cantik dari Siska. Aku lebih tertarik dengan dia dari pada si Siska" gumamnya dalam hati

"Aku tidak mau" Gina berusaha pergi dengan jalan tertarih

"Gina!!

berani-beraninya kamu melawanku.

Kamu harus pergi dengan tuan Adrian!""

"Dasar anak tidak tahu diri, tidak tahu balas budi kamu ya!"

Arin berteriak sambil menghentakkan tongkatnya kelantai

"Harus bagaimana lagi aku membalas budi pada Siska? Dia sudah mengambil semuanya dariku. Aku selalu mengalah padanya. Memberikan apapun yang dia inginkan. Bahkan tunangan ku pun aku berikan. Apalagi yang kurang?"

Gina berkata dengan nada sinis

"Kaka,, aku tidak pernah memaksamu untuk memberikan Riko, Kami berdua saling mencintai. Tapi jika kamu tidak memberikan restumu aku rela melepas Riko untukmu"

Kata Siska sambil menangis

"Siska!

jangan bicara sembarangan kamu"

kata Riko

"Cih, aku pun tidak sudi bersamanya lagi"

Kata Gina sambil berpaling pergi

"Kembali Gina! kamu harus menemani tuan Adrian"

teriak Arin

"Aku tidak sudi" Gina berjalan namun hampir jatuh dan ditahan oleh Adrian, tapi Gina menepisnya dan berjalan menuju meja hidang

" Jika aku harus membalas budi untuk Siska maka aku akan membayarnya" Gina mengambil pisau buah dan menusuk pundaknya sendiri

"Aachhh..."