Chapter 147 BAB 145

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Pagi hari, Intan bangun dan melihat Ricko masih berbaring di sampingnya. Intan pun melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 06.10 pagi. Ia pun segera membangunkan Ricko supaya segera mandi karena harus berangkat bekerja.

“Mas, bangun! Sudah siang loh!” seru Intan sambil menggoyang – goyang tubuh Ricko. Ricko pun meengeryitkan dahinya sambil berusaha membuka matanya yang masih terasa berat.

“Ada apa?” tanya Ricko.

“Bangun Mas! Ini sudah siang, kamu enggak kerja?” tanya Intan sambil membuka selimut yang menutupi tubuh mereka berdua.

“Kenapa aku harus bekerja di hari Minggu?” tanya Ricko lalu menarik selimut dan bersiap untuk tidur lagi. Intan pun mengambil ponselnya dan melihat hari di sana. Ia terkejut karena baru sadar kalau hari ini adalah hari Minggu. Semenjak tidak sekolah lagi, hari – hari Intan hanya tinggal di rumah, sehingga ia tidak pernah mengingat hari lagi.

Gawat nih, aku terlanjur mengundang teman – teman ke rumah hari ini. Mau dibatalin enggak enak sama mereka. Batin Intan sambil melirik Ricko yang tengah memejamkan matanya.

Intan pun bangkit dari tempat tidurnya lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi. Setelah mandi, Intan turun ke lantai bawah menuju dapur untuk memberitahu asisten rumah tangganya bahwa hari ini teman – temannya akan datang, sehingga Intan meminta mereka untuk memasak lebih banyak dari biasanya.

Satu jam kemudian Ricko turun karena sudah waktunya sarapan, sehingga perutnya protes minta untuk diisi. Di meja makan, Intan sedang menikmati camilan yang dibuat Susi untuk menyambut teman – teman Intan.

“Kamu sudah sarapan?” tanya Ricko saat sudah duduk di meja makan.

“Belum Mas, aku nunggu kamu,” jawab Intan sambil tersenyum.

Setelah itu Intan mengambilkan Ricko sarapan seperti biasanya. Saat sarapan berlangsung, Intan menata hati dan pikiran untuk mengatakan pada Ricko bahwa hari ini ia mengundang teman – temannya untuk datang ke rumah.

Setelah selesai sarapan, Intan pun mengatakan pada Ricko bahwa hari ini teman – temannya akan datang. Ricko tidak keberatan, asal tidak lama – lama, karena Intan harus banyak – banyak istirahat mengingat Intan sedang mengandung bayi kembar. Setelah itu Ricko naik ke atas untuk berolahraga.

Satu jam kemudian Vina, Rita, dan Melly datang bersamaan karena mereka sudah janjian terlebih dahulu. Intan menyambut mereka dengan suka cita. Sudah lama mereka tidak kumpul – kumpul bersama setelah lulus dari SMA.

Sesampainya di ruang keluarga, Vina dan Rita merasa takjub dengan Intan yang bisa membeli satu kulkas es krim beserta freezernya. Melly hanya geleng – geleng kepala melihat kelakuan kedua temannya itu. Intan mempersilakan mereka mengambil es krim sepuasnya. Mereka bertiga pun segera membuka kulkas freezer itu lalu memilih es krim yang mereka rasa itu enak. Sementara itu Intan mengambil camilan di dapur.

“Suami kamu mana Ntan?” tanya Vina sambil menikmati es krimnya saat sudah duduk di sofa.

“Di atas, sedang berolahraga,” jawab Intan sambil menyalakan televisi setelah menaruh camilan di atas meja.

“Enggak apa – apa kan kita main ke sini?” tanya Rita yang merasa takut dengan Ricko. Ia masih ingat kejadian Intan pingsan dan Ricko marah.

“Enggak apa – apa tadi aku sudah bilang sama dia. Eh kalian tahu enggak?” tanya Intan pada ketiga temannya.

“Enggak, kamu kan belum bilang apa – apa, mana kita tahu maksud kamu mau bahas apa?” balas Melly greget sama Intan.

“Oh iya lupa, hahaha. Aku mau kasih tahu sama kalian kalau sekarang aku hamil anak kembar,” balas Intan dengan bangganya.

“APA, KEMBAR?” tanya Vina tidak percaya. Intan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

“Selamat ya, aduh senangnya…” ujar Rita sambil memeluk Intan. Vina dan Melly pun ikut memeluk Intan.

Tidak berapa lama kemudian Ricko turun untuk mengambil minum, karena Intan kedatangan teman – temannya, sehingga ia tidak mengambilkan minum untuk Ricko. Padahal biasanya Intan yang membawa minuman ke atas, Ricko pun memakluminya karena itu ia turun untuk mengambil minum sendiri.

Rita, Vina, dan Melly mendadak diam dan nyali mereka menciut ketika melihat Ricko. Intan segera menghampiri Ricko ke dapur dan mengambilkan minuman di atas meja makan. Ricko menerimanya sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih lalu meminumnya.