Chapter 132 BAB 131

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Di dalam pesawat, Ricko sudah merasa rindu dengan Intan. Ia melihat keluar jendela dan membayangkan senyum manja Intan. Ia juga membayangkan perut Intan yang akan membesar nanti pasti sangat lucu sekali. Ricko pun tersenyum sendiri membayangkannya. Tidak berapa lama kemudian hujan turun sangat lebat karena sedari tadi awan hitam memang sudah bergelantungan di langit. Ricko pun memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak.

Sementara itu Intan sedang duduk di balkon kamarnya di lantai atas sambil membaca buku yang ia beli kemarin bersama Ricko. Intan sangat suka membaca dan dia yang paling pandai di antara ketiga sahabatnya. Intan menatap langit dan melihat hujan turun seperti langit sedang menangis. Ia tiba – tiba teringat dengan Ricko yang sedang berangkat ke Singapura. Intan pun masuk ke dalam kamar dan menutup pintu balkon karena udara di luar mulai terasa dingin.

Ia turun ke lantai bawah dan menuju dapur untuk membuat teh hangat. Saat ia menuang air mendidih ke dalam gelas, tiba – tiba gelas itu pecah dan terjatuh ke lantai bersama dengan airnya. Intan mundur supaya tidak mengenai kakinya.

“Ada apa ini, kenapa perasaanku tiba – tiba enggak enak?” gumam Intan sambil  menyentuh dadanya.

Susi yang mendengar gelas pecah segera keluar dari dalam kamarnya dan melihat Intan di dapur. Ia segera menghampiri Intan dan melihat gelas pecah di lantai.

“Mbak Intan kenapa enggak panggil saya?” tanya Susi pada Intan.

“Enggak apa – apa Mbak, saya bisa sendiri. Hanya mau membuat teh saja, enggak tahu kenapa tiba – tiba gelasnya pecah,” jawab Intan masih dengan ekspresi masih terkejut dan merasa gelisah.

“Ya sudah, Mbak Intan duduk di meja makan saja. Biar saya yang membuat teh-nya,” balas Susi.

Intan pun patuh dan duduk di meja makan lalu mengeluarkan ponselnya yang ada di sakunya. Ia melihat layar ponselnya berharap Ricko mengirim pesan atau meneleponnya saat sudah sampai di bandara Singapura, tapi nyatanya tidak ada kabar apapun dari Ricko.

Setelah membuatkan teh untuk Intan, Susi menaruh teh itu di atas meja makan. Setelah itu ia membersihkan pecahan gelas yang ada di lantai. Intan meminum teh-nya dengan tatapan kosong memikirkan Ricko.

Sementara itu di perusahaan Ricko, karena Ricko sedang ke Singapura, ia meminta Sita untuk datang ke kantornya menggantikan apabila ada dokumen yang perlu di tanda tangangi. Ricko juga sudah menghubungi Romi dan Lia supaya membimbing Sita dalam urusan pekerjaan di perusahaan.

Ketika sudah memasuki waktunya untuk makan siang, Romi mengetuk pintu ruangan kerja Ricko di mana Sita berada. Setelah Sita mengizinkan Romi masuk, Romi duduk di kursi depan meja Sita.

“Ayo makan siang,” ajak Romi pada Sita.

“Iya Kak,” balas Sita lalu berdiri. Romi pun berdiri dan Sita mengikuti di belakangnya menuju kantin.

Di kantin, semua mata melihat ke arah Sita, karena bagi mereka sosok Sita sangatlah asing di perusahaan Ricko. Apalagi saat ini Sita masih kuliah di luar kota, tentu aja Sita jarang menampakkan dirinya di perusahaan Ricko.

“Mau pesan apa?” tanya Romi pada Sita saat sudah sampai di kantin.

“Es jeruk sama salad buah saja, Kak,” jawab Sita pada Romi.

“Ya sudah, carilah tempat duduk dulu, biar aku saja yang memesannya,” balas Romi lalu pergi untuk memesan makanan.