Chapter 133 BAB 132

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Saat makan bersama, Romi sesekali memandangi wajah Sita. Ia tahu Sita adiknya Ricko dari dulu karena Romi sering main ke rumah Ricko waktu masih sekolah di SMA dulu. Waktu itu Sita masih kelas dua SD dan terlihat sangat imut. Kini Sita sudah menjadi gadis remaja berusia 20 tahun dan terlihat sangat cantik.

“Ada apa, Mas?” tanya Sita pada Romi yang terpergok memandanginya sedari tadi. Romi pun salah tingkah lalu mengalihkan pandangannya.

“Tidak apa – apa,” jawab Romi sambil menggosok hidungnya yang tidak gatal.

Setelah makan bersama, kini Sita dan Romi kembali ke kantor.

Hari pun berganti sore, sore berganti malam, namun tidak ada kabar apapun dari Ricko. Intan mencoba menghubungi nomor ponsel Ricko berkali – kali sejak tadi sore, tapi sayangnya operator yang menjawabnya dan mengatakan kalau nomor ponsel Ricko sedang tidak aktif atau berada di luar jangakauan.

Intan semakin panik dan gelisah. Ia mondar – mandir di dalam kamarnya memikirkan apa yang harus ia lakukan. Intan jarang sekali menonton televisi, ia lebih suka di dalam kamarnya sambil membaca buku, sehingga ia tidak tahu kabar kabar apapun yang disiarkan stasiun televisi hari ini.

Untuk mengatasi kegelisahannya, Intan mengambil buku seputar kehamilan yang dibeli Ricko kemarin di meja nakas. Ia naik ke tempat tidur sambil bersandar pada sandaran tempat tidur lalu menyelonjorkan kakinya dan menutupi kakinya dengan selimut karena udara terasa sangat dingin kali ini. Intan terbiasa dipeluk Ricko, sehingga ia merasakan kehangatan selalu di tubuhnya. Kali ini Ricko tidak ada di sampingnya ditambah lagi hujan turun lebat di luar rumah.

Intan membaca buku itu berharap bisa mengalihkan pikirannya yang sedang cemas, tapi nyatanya ia tetap gelisah memikirkan Ricko yang tidak ada kabar sama sekali sejak tadi pagi. Hingga akhirnya Intan tertidur sambil memeluk bukunya.  Intan pun bermimpi melihat Ricko dalam keadaan menggigil kedinginan di suatu tempat yang tidak ia kenal. Intan mengernyitkan dahinya untuk memastikan yang ia lihat benar – benar Ricko. Ia pun terkejut dan membelalakkan matanya saat melihat itu benar – benar Ricko suaminya.

“Mas Ricko!” seru Intan memanggil Ricko.

Ricko pun menoleh ke arah Intan lalu tersenyum lembut dengan mata sayu dan bibirnya yang putih pucat. Intan hendak menghampiri Ricko, tapi mereka dipisahkan oleh sebuah sungai yang sangat lebar, tidak ada jembatan ataupun jalan untuk menuju ke sana.

“Mas Ricko!” seru Intan lagi. Lagi – lagi Ricko hanya tersenyum sambil memandang Intan.

“Mas Ricko kenapa di sini? Ayo kita pulang, Mas,” ajak Intan dengan mata berkaca – kaca. Ia sangat sedih melihat Ricko dalam keadaan seperti itu.

“Pulanglah, aku tidak apa – apa, Jangan mengkhawatirkanku. Jagalah anak kita dengan baik. Aku mencintaimu,” jawab Ricko dengan tersenyum.

“Mas Ricko! Mas … ” seru Intan belum selesai tiba - tiba ia terbangun dari tidurnya.

“Mas Ricko, kamu di mana Mas?” gumam Intan lirih lalu menitikkan air matanya.

Intan pun mengambil ponselnya di nakas berharap ada kabar dari Ricko, tapi tidak ada pesan ataupun missed call dari Ricko. Intan semakin panik dan bingung ditambah dengan mimpinya yang aneh.

“Ya Tuhan, jagalah suami hamba di manapun ia berada,” gumam Intan sambil menyentuh dadanya yang terasa sesak sekali.

Intan pun mengambil foto berbingkai yang berdiri di atas nakas. Itu adalah foto prewedding mereka beberapa bulan yang lalu. Intan membelai wajah Ricko di foto itu dengan jari telunjuknya.

“Mas, aku merindukanmu,” gumam Intan lalu memeluk foto itu di dadanya sambil memejamkan matanya, air mata pun lolos dari pelupuk mata Intan membasahi pipinya.