Chapter 110 BAB 109

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Intan yang melihat Ricko makan dengan lahap merasa sangat kasihan. Seharusnya ia tidak pingsan supaya tidak merepotkan semua orang. Matanya pun berkaca – kaca melihat Ricko.r

r

“Mas… maaf…” Ujar Intan tiba – tiba lalu airmatanya mengalir di pipinya.r

r

“Kamu kenapa?” Tanya Ricko lalu menghampiri Intan. Sita sendiri juga bingung kenapa tiba – tiba Intan menangis.r

r

“Maaf sudah merepotkan Mas Ricko dan kalian semua.” Jawab intan pada Ricko, Sita dan bi Sumi.r

r

“Enggak kok Kak. Kita nggak merasa di repotkan.” Balas Sita sambil tersenyum.r

r

“Sudah. Jangan menangis lagi. Kamu nggak capek apa seharian menangis terus?” Ujar Ricko sambil menyeka air mata Intan.r

r

“Ini semua kan gara – gara kamu Mas?” Balas Intan sewot.r

r

“Jadi, kamu mau melanjutkan pesta pernikahan kita apa tidak?” Tanya Ricko lembut pada Intan.r

r

“Jadi Mas. Aku kan belum pernah jadi pengantin. Kita menikah di rumah sakit juga nggak ada dokumentasinya.” Jawab Intan kecewa karena pernikahannya hanya di atas kertas saja. r

r

“Ya sudah. Kalau begitu undangannya aku sebarin besok. Sita setelah pulang dari sini kamu ambil undangan di rumah. Masih ingat kan password pintu rumahku?” Ujar Ricko pada Sita.r

r

“Iya Kak. XXXXXX (biar pembaca nggak tahu. BAHAYA. Hehe) kan? Ya sudah aku pulang dulu ya udah malam nich. Kalau menginap juga nggak ada tempat tidurnya.” Ujar Sita lalu berdiri.r

r

“Lagi pula siapa juga yang menyuruhmu menginap? Tadi di telepon kan aku sudah bilang cuma minta di bawakan baju ganti.” Balas Ricko pada Sita.r

r

“Ya ya ya kamu benar. Ya sudah aku pulang dulu ya Kakak ipar. Semoga cepat sembuh.” Ujar Sita lalu memeluk Intan. r

r

Setelah Sita dan bi Sumi pamit pulang, Ricko segera mandi dan berganti pakaian. Ia merasa tubuhnya sangat lengket dan tidak nyaman karena setelah fitnes tadi siang dia tidak segera mandi dan berakhir ke rumah sakit karena Intan pingsan.r

r

Setelah mandi, Ricko keluar dari dalam kamar mandi dan melihat Intan sudah memejamkan matanya. Ricko naik ke ranjang Intan dan memeluknya.r

r

“Kenapa kita nggak pulang aja Mas? Ini juga kenapa pakai di infus segala?” Tanya Intan setelah membuka matanya.r

r

“Kamu belum tidur?” Tanya Ricko.r

r

“Mmmm.” Jawab Intan.r

r

“Besok kamu akan pulang. Sekarang sudah malam. Tidurlah!” Balas Ricko lalu mengecup kening Intan.r

r

“Peluk…” Rengek Intan.r

r

“Iya…” Jawab Ricko sambil tersenyum lalu memeluk Intan.r

r

Intan merasa sangat aman dan nyaman saat di peluk Ricko. Selain hangat, bau tubuhnya juga bagaikan candu bagi Intan. Intan sudah tidak pernah mual lagi setelah meminum obat yang diberikan dokter kandungan waktu itu.r

r

Keesokan harinya saat Intan bersiap – siap hendak pulang, Vina, melly, dan Rita datang. Sedangkan Ricko sedang mengurus administrasi di kasir.r

r

“Intan, kamu sakit apa?” Tanya Melly khawatir.r

r

“Kemarin aku pingsan. Eh main ke rumahku yuk habis ini. Undangan pesta pernikahanku sudah jadi loch.” Ujar Intan mengajak teman – temannya main ke rumahnya.r

r

“Boleh tuh.” Balas Rita semangat.r

r

“Suamimu ada apa nggak?” Tanya Vina pada Intan.r

r

“Pastinya ada lah. Semalaman dia nemenin aku. Sekarang sedang mengurus administrasi perawatanku.” Jawab Intan.r

r

“Yaaaah nggak asik dong Ntan.” Balas Rita kecewa.r

r

“Emang kenapa sich kalau ada suaminya Intan?” Tanya Melly tidak mengerti.r

r

“Nggak bebas yang mau ngobrol macem – macem Mel.” Balas Vina cemberut.r

r

“Ooooohhhh.” Balas Melly.r

r

“Ehm Ehm.” Tiba – tiba Ricko datang dan menghentikan obrolan mereka.r

r

Setelah itu Intan pulang bersama Ricko menaiki mobil. Sedangkan teman – teman Intan ikut ke rumah Intan menaiki motornya masing – masing.