Chapter 108 BAB 107

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Setelah memarkirkan mobil Ricko, Romi menghampiri Ricko yang sedang duduk di depan UGD sambil tertunduk dan memegangi kepalanya. Romi duduk di samping Ricko lalu menepuk bahu Ricko.

“Sabar…” Ujar Romi pada Ricko. Ricko hanya mendengarkannya tanpa membalasnya.

30 menit kemudian seorang perawat keluar dan Ricko pun menghampirinya.

“Bagaimana keadaan istriku sus?” Tanya Ricko pada perawat itu.

“Silahkan masuk Pak. Dokter mau bicara sama Bapak.” Jawab perawat itu.

Ricko pun masuk mengikuti perawat itu ke ruangan dokter. Di sana dokter Andi sudah menunggu Ricko. Dokter Andi pun menjabat tangan Ricko. Setelah itu Ricko duduk di kursi depan Ricko.

“Bagaimana keadaan istri saya Dok?” Tanya Ricko khawatir dan tidak sabar.

“Tenang Pak. Apakah anda sudah tahu kalau istri anda hamil?” Tanya dokter Andi sambil tersenyum.

“Iya dok. Apakah kandungannya baik – baik saja?” Tanya Ricko lagi.

“Iya kandungannya baik – baik saja. Hanya saja istri anda mengalami depresi. Ia merasa sangat tertekan. Selain karena usianya yang masih sangat muda, hormon kehamilan mempengaruhi emosinya. Jadi ini mungkin sangat berat untuknya. Anak seusia istri anda masih sangat labil, itu alamiah. Di tambah lagi dia sedang hamil itu membuat emosinya naik turun dan sensitif. Ia akan mudah senang dan akan mudah marah dan sedih juga. Jadi anda sebagai suami tolong kerjasamanya untuk menjaga kestabilan emosinya. Buatlah suasana hatinya selalu senang selama masa kehamilannya.” Jawab dokter Andi menjelaskan pada Ricko tentang kedaan psikologis Intan.

Ricko pun mengerti kenapa Intan akhir – akhir ini selalu marah – marah tidak seperti di awal pernikahan mereka. Di awal pernikahan, Intan gadis yang penurut dan dewasa. Saat Ricko mengajaknya behubungan badan untuk pertama kalinya pun ia tidak marah. Jadi semua itu karena hormon kehamilan. Ia menyesal telah memperburuk susasana hati Intan dengan mengatakan masalah perceraian tadi siang. Seharusnya ia mengalah dan membujuknya.

“Terima kasih dok. Apakah dia sudah sadar?” Tanya Ricko pada dokter Andi.

“Iya sudah Pak. Silahkan kalau anda mau menemaninya. Itu akan membuat suasana hatinya menjadi lebih baik. Mari saya antar karena istri anda sudah di pindahkan ke ruang perawatan.” Jawab dokter Andi lalu berdiri hendak mengantar Ricko ke ruangan di mana Intan berada.

Setelah sampai di ruangan Intan, dokter Andi memeriksa Intan sekali lagi lalu pergi bersama perawat yang menjaga Intan sejak tadi. Di dalam ruangan itu tinggal lah Ricko dan Intan. Ricko menghampiri Intan dan duduk di kursi samping ranjang Intan. Intan melirik dengan cemberut.

“Bagaimana keadaanmu?” Tanya Ricko pada Intan. Intan tidak menjawabnya.

“Mmmm apa perlu aku menghubungi orang tuamu?” Tanya Ricko dengan hati – hati dan canggung.

“Tidak perlu. Aku tidak mau mereka khawatir. Aku tidak apa – apa.” Jawab Intan datar.

“Ya sudah beristirahatlah. Aku akan menjagamu di sini.” Balas Ricko lalu mengecup kening Intan. Intan pun memejamkan matanya dan berbaring miring membelakangi Ricko.

Setelah itu Ricko mengirim pesan pada Romi supaya pulang naik taksi dan mengantar kunci mobilnya ke ruangan Anggrek nomor 2 di mana tempat Intan di rawat. Sebelum Romi masuk ke dalam ruangan Intan, Ricko sudah menunggu Romi di depan pintu kamar.

“Bagaimana keadaannya?” Tanya Romi khawatir.

“Sudah membaik. Kamu tidak usah khawatir.” Jawab Ricko.

“Undangannya bagaimana? Jadi di sebar kapan?” Tanya Romi lagi.

“Jangan dulu. Aku mau tanya Intan dulu.” Jawab Ricko. Ia akan membatalkan pestanya kalau Intan tidak mau mengadakannya.

“Ya sudah. Aku pulang dulu kalau begitu.” Balas Romi lalu pergi.