Chapter 14 BAB 14

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Setelah membeli ayam Intan pindah ke penjual ikan. Disana ada gurame, mujaer, lele, cumi, tuna, dll

"Mas Ricko mau ikan apa?" Tanya Intan pada Ricko.

"Mmmm terserah kamu. Aku bisa makan apa saja." Jawab Ricko bingung melihat banyak ikan.

Intan pun membeli gurame, cumi, dan lele. Setelah Intan menerima ikannya Ricko yang membayarnya.

Intan juga membeli sayur, buah, telur dan daging. Melihat bawaan di tangan Intan yang banyak Ricko berinisiatif membantu membawa barang bawaan Intan.

"Sini biar aku aja yang bawa." Pinta Ricko lalu mengambil kresek di tangan Intan. Intan pun memberikannya karena memang sangat berat.

Setelah sampai di rumah, Intan segera memasukkan belanjaannya ke dalam kulkas lalu membereskan barang - barangnya yang ia bawa dari rumah ke kamarnya. Setelah semua beres Intan membaringkan tubuhnya di ranjang dan akhirnya tertidur.

Siang hari Ricko merasa lapar. Ia ke kamar Intan yang pintunya terbuka lebar. Berharap Intan akan memasak untuk makan siang tapi sayangnya saat sampai di kamar Intan ia melihat Intan sedang tidur. Ia tahu Intan lelah karena itu ia tidak membangunkannya.

Ia pun keluar kamar Intan dan menutup pintu kamarnya. Ia ke garasi dan mengeluarkan motornya lalu membeli makan di warung dekat rumahnya.

"Somay nya 2 porsi Pak." Ucap Ricko pada penjual somay.

"Pake pare nggak Mas?" Tanya penjual somay.

"Nggak usah Pak. Sambelnya di pisah ya." Jawab Ricko.

Di rumah Intan bangun dari tidurnya dan terkejut ternyata sudah jam 3 sore. Ia pun keluar kamarnya dan melihat Ricko masuk ke dalam rumah dengan membawa kresek di tangannya.

"Ayo makan!" Ajak Ricko sambil berjalan ke dapur. Intan pun mengikutinya dan mengambil 2 piring lalu menuang somay di atas piring dan membawanya ke meja makan.

"Mas Ricko umur berapa sich?" Tanya Intan ingin tahu sambil memakan somay nya.

"28." Jawab Ricko jujur.

"Idih.... tua amat Mas" Ujar Intan nyinyir.

"Nggak lah. Kamu aja yang terlalu muda." Balas Ricko.

"Umur segitu kok belum nikah? Nggak punya pacar?" Tanya Intan penasaran.

"Punya. Tapi belum di restui papa." Jawab Ricko apa adanya.

"Ooooh. Terus kalo kita udah cerai mas mau nikah sama dia?" Tanya Intan lagi.

"Nggak tahu. Papa nggak suka sama pacarku. Lagian sekarang aku juga sudah menikah sama kamu. Kamu denger sendiri kan kemarin papa nggak bolehin kita cerai?" Ujar Ricko mengingat kata - kata papanya kemarin.

"Ya... aku mendengarnya. Jadi?" Tanya Intan.

"Nggak tahu. Nggak usah bahas itu lagi. Jalani saja semuanya. Kamu tahu kan kesehatan papa semakin memburuk akhir - akhir ini. Aku nggak mau mengecewakannya." Ucap Ricko khawatir dengan papanya.

"Iya aku tahu Mas..." Balas Intan paham dengan perasaan Ricko. Intan sudah menganggap Pak Bambang seperti bapaknya sendiri. Pak Bambang orang baik dan sering membantu keluarganya. Intan tidak akan melupakan kebaikan Pak Bambang.

"Oh iya pembantuku tidak kembali lagi karena ibunya sakit, jadi dia ingin merawatnya di kampung. Kamu nggakpapa kan tiap hari masak untuk kita? masalah bersih - bersih nanti aku panggil pembantunya mama saja biar kesini 2 hari sekali." Ujar Ricko lalu memasukkan somay suapan terakhir ke mulutnya.

"Okey. Terserah Mas Ricko aja. Oh iya Mas... mmmm.... Intan boleh pacaran nggak?" Tanya Intan hati - hati.

"Nggak boleh!" Jawab Ricko singkat.

"Mas Ricko curang! Mas kan punya pacar? Kenapa aku nggak boleh?" Tanya Intan sedikit menaikkan nada suaranya.

"Aku suamimu sekarang! Pak Ramli nitipin kamu ke aku. Jadi sekarang kamu tanggung jawabku. Kalo ada apa - apa sama kamu, Pak Ramli akan nyalahin aku Ntan!" Balas Ricko nggak kalah tinggi. Intan merasa di bentak. Hatinya sakit. tiba - tiba matanya berkaca - kaca.