Chapter 13 BAB 13

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Pagi hari ketika Ricko membuka matanya Intan sudah bangun membantu ibunya memasak di dapur. Karena hari ini tanggal merah, semua keluarga Intan berkumpul di rumah.

Setelah selesai membantu ibunya memasak Intan ke kamarnya bermaksud membangunkan Ricko. Ternyata Ricko sudah membuka matanya tapi enggan untuk bangun.

"Ayo bangun Mas. Cepat mandi lalu sarapan." Ucap Intan sambil melipat selimut yang di pakai Ricko.

"Aku capek banget Ntan. Kamu bisa mijit nggak?" Tanya Ricko berharap Intan mau memijit punggungnya.

"Bisa sich tapi sekedar mijit aja. Apa perlu di panggilin tukang pijit?" Tanya Intan.

"Nggak. Kamu aja yang mijit." Jawab Ricko lalu tengkurap. Intan mengambil lotion miliknya lalu memijit punggung Ricko.

'Enak juga punya istri. Makan ada yang masakin, tidur ada yang nemenin, capek ada yang mijitin, mandi air hangat pun ada yang nyiapin. Andai dia Rossa pasti bisa di ajak bikin anak juga. Hehehe. ' Batin Ricko. Tidak berapa lama Ricko pun tertidur kembali.

Intan sudah merasa sangat lapar. Ia membangunkan Ricko untuk sarapan pagi. Ricko pun bangun ikut sarapan bersama Pak Ramli, Bu Romlah, Johan dan Intan. Setelah makan Ricko pun mengutarakan maksudnya untuk mengajak Intan pulang ke rumahnya. Pak Ramli setuju - setuju saja. Intan sudah besar dan sekarang ia sudah menikah. Pak Ramli yakin Ricko bisa menjaga Intan dengan baik.

Setelah mencuci piring Intan membereskan dan mengepak barang - barangnya yang ia perlukan. Ia tidak membawa semua barangnya. Karena suatu saat ia akan kembali pulang ke rumah ini jika waktunya sudah tiba. Ricko membantunya memasukkan barang Intan ke dalam mobil. Setelah semua beres, Intan dan Ricko pamit pulang ke rumah mereka. Setelah kepergian mereka tetangga depan Bu Romlah mendekati Bu Romlah yang kebetulan masih ada di teras.

"Intan mau kemana mbak? Kok bawa barang banyak gitu?" Tanya Bu Tina ingin tahu.

"Ngekost yang dekat sekolahnya mbak. Kan sudah semester akhir. Jadi sering ada bimbel pagi." Jawab Bu Romlah berbohong.

"Kok anaknya Pak Bambang menginap di sini lagi mbak?" tanya Bu Tina lagi.

"Ya nggakpapa mbak. Ricko sudah saya anggap seperti anak saya sendiri" Balas bu Romlah.

"Gitu ya mbak. Ya sudah saya pulang dulu. Nanti di cari bapaknya anak - anak." Pamit Bu Tina.

Selama perjalanan pulang, Ricko dan Intan saling diam. Tiba - tiba Intan teringat sesuatu.

"Mas... stok bahan makanan di rumah kamu kemarin sepertinya tinggal sedikit. Apa nggak belanja sekalian?" Tanya Intan.

"Mmm boleh. Kita ke supermarket dulu kalo gitu." Jawab Ricko sambil mengemudi.

"Jangan. Kita ke pasar tradisional yang dekat sekolahku aja Mas. Lebih fresh barangnya." ucap Intan menyarankan.

"Pasar tradisional kan kotor Ntan? Becek. Kamu nggakpapa?" Tanya Ricko khawatir.

"Nggakpapa Mas. Aku udah biasa kok." Balas Intan sambil tersenyum.

'Kalo Rossa pasti nggak mau. Yang jijiklah, panaslah. Beda banget sama Intan.' Batin Ricko.

Ricko pun melajukan mobilnya ke pasar tradisional yang dekat dengan sekolah Intan. Setelah memarkirkan mobil, Ricko dan Intan turun dari mobil. Ricko mengikuti Intan belanja.

"Bu, beli ayamnya setengah kilo ya..." Ucap Intan pada penjual ayam potong.

"Iya mbak. Di potong jadi berapa?" Tanya penjual ayam.

"delapan Bu..." Jawab Intan.

"17 ribu Mbak..." Ucap penjual ayam setelah membungkus ayam dan menyerahkan ayam kepada Intan.

"Mas... bayar dong... kok cuma di lihatin?" Ucap Intan pada Ricko yang dari tadi hanya melihat.

"Eh iya." Balas Ricko sambil mengeluarkan uang 50 ribu dari dompetnya.