Chapter 394 - 394. Yu Garden bag3. Bunga Lotus

Tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata bagaimana pemandangan di Yuyuan garden. Di mata Silvia saat ini Yuyuan garden bagai surga yang berada di tengah kota. Kondisinya yang sempat drop kembali pulih melihat hamparan bunga lotus di sepanjang aliran sungai,

"Ini indah sekali suamiku, pemandangan seperti ini membuatku teringat dengan rumah. Sewaktu kecil aku sering sekali ke sawah dan bermain di sungai bersama anak-anak seumuran. Aliran sungai yang jernih membuat tumbuhan lotus di sini tumbuh subur. Terima kasih suamiku." Silvia melihat kearah suaminya dengan senyuman. Tanyannya menarik Ludius untuk duduk di sampingnya..

Tangan Ludius menyandarkan kepala Silvia di pundaknya, mereka melihat pemandangan berdua diatas perahu kayu, menikmati angin sepoi yang berhembus, menyibakkan rambut panjang Silvia.

"Sayang, jika kamu menyukainya, kita akan melakukannya sesering mungkin. Jalan-jalan ke sebuah tempat dan menikmati pemandangan bersama, menikmati sejuknya angin yang berhembus. Tidak peduli sekarang atau 50 tahun kemudian." Ludius berkata dengan tenang, matanya ia pejamkan sejenak untuk menikmati suasana, menhilangkan semua masalah dan beban yang bertumpu di pundaknya.

Silvia mengangkat kepalanya dan melihat Ludius dengan senyum girang. "Benarkah suamiku? Kamu janji akan membawaku keliling tempat-tempat indah, tidak peduli sekarang atau 50 tahun yang akan datang?", tanya Silvia antusias.

"Tentu Sayang, apapun yang kamu inginkan, aku pasti akan mengabulkan. Pantang bagi pria menarik kembali kata-katanya. Ini adalah janjiku pada hubungan kita." Ludius berbicara dengan senyuman, karena gemas tangan kanannya mengacak-acak rambut istrinya.

"Ohya, dimana Azell suamiku? Katanya kamu akan mengajak Azell bersama kita?". Silvia teringat kembali dengan perkataan Ludius dan menagih janjinya.

"Azell  mungkin saat ini sedang bersama Mamanya dan Julian. Apa kamu akan mengambil Azell begitu dari sisi mereka?". Tanya Ludius dengan mengangkat kedua alisnya.

"Baikklah, aku takkan mengganggu mereka." Kelihatannya Silvia ngambek, wajahnya terlihat cemberut.

Padahal itu hanya dalih Ludius agar dia bisa berdua saja bersama istrinya tanpa ada yang mengganggu sementara waktu dan rencananya berhasil. Licik sekali memang kalau sudah berurusan dengan wanita, Ludius adalah ahlinya tukang kibul atau lebih tepatnya mempermainkan situasi di saat yang tepat.

Memang mantan seorang playboy seperti Ludius tidak bisa di bandingkan dengan pria biasa, apapun bisa dia lakukan jika sudah menyangkut tentang wanita. Hanya saja di tengah pernikahannya, karma seakan menghampirinya, membuatnya merasakan apa itu dilema dengan kedatangan wanita masa lalu. Sudahlah... kita akan tahu bagaimana takdir membawa mereka di masa mendatang. Apakah cinta akan kekal abadi atau serpihan masa lalu yang akan menghancurkan cinta mereka.

"Suamiku, bisa kamu petikkan satu bunga lotus untukku? Bunganya kelihatan sangat indah.." ujar Silvia. Ia menarik-narik lengan kemeja Ludius, meminta dengan rengekan kecil khas wanita manja.

"Aku akan mengambilkannya, Sayang. Jangan merengek lagi, istriku yang manja." Ludius mencubit hidung Silvia,

Tangan Ludius di angkat ke atas, "Pak hentikan sebentar perahunya. Saya ingin memetik bunga lotus untuk istri saya." Seru Ludius pada pak tua yang mendayung perahunya.

Perahunya terhenti, dan di samping perahu terdapat banyak sekali bunga lotus yang sedang mekar. Ludius dengan sengaja memetik beberapa dan memberikannya pada Silvia. "Ini Sayang bunga Lotusnya. Memangnya untuk apa kamu memintaku memetik bunga lotus?". Tanya Ludius heran, ia mengangkat salah satu alisnya/

"Aku hanya berniat membuat sop dengan bunga lotus ini. Aku dengar orang jaman dahulu, membuat sop dengan mencampurkan bunga lotus ini akan menjadi wangi dan segar.. hmmm, tidak ada salahnya aku mencobanya, bukan?",

"Benarkah? Mengapa aku baru mengetahuinya?". Ludius mengerutkan keningnya, sambil memikirkan dari mana istrinya tahu hal seperti itu?.

"Ish.. kau ini. Bagaimana orang sepertimu bisa tahu hal seperti ini, hidupnya saja selalu berlimpahan kekayaan dan wanita. Mana mungkin tahu akan hal yang berbau tentang sejarah atau peninggalan orang jaman dulu."

Jleb...

Perkataan Silvia seperti ejekan bagi Ludius, tapi memang seperti itu adanya. Seorang Ludius yang hidup dengan bergelimang harta dan wanita mana tahu hal begituan. Ejekan yang cukup menohok bagi Ludius.

"Ya.. ya.. aku adalah pria bergelimang wanita, maka dari itu kamu tidak perlu cemburu kalau aku dekat dengan wanita lain.." jawab Ludius asal.

"Ludius!! Sekali lagi kamu bilang seperti itu, aku sumpal pakai daun, biar buat makan siang sekalian!".

Canda tawa Ludius dengan Silvia tidak hanya sampai sini, mereka habiskan waktu di atas perahu, dan banyak pengunjung yang memperhatikan mereka, dan diam-diam para wartawan juga mengambil foto mereka tanpa izin.

-

1 jam hampir mereka lalui di atas perahu. Di saat perahu akan menepi, dari kejauhan Shashuang dengan amarah yang meluap menarik tangan Azell menghampiri Ludius dan Silvia.

Silvia melihat Shashuang dan Azell menghampiri mereka jutru bingung, apalagi emosi Shashuang terlihat jelas nampak di wajahnya. "Sebenarnya ada apa ini? Mengapa Shashuang terlihat marah, Ludius?". Tanya Silvia.

Ludius tidak lantas menjawab, ia menuntun Silvia ketepian terlebih dahulu. Dan kini mereka saling berhadap-hadapan. Hal ini semakin membuat orang yang melihatnya semakin penasaran. Apalagi yang ada di depan mereka adalah orang terkaya dengan peringkat 5 Perusahaan terbesar di China.

"Ludius! Apa kau sedang mempermainkanku!". Tanya Shashuang dengan tegas. Ia terlihat sangat marah kali ini, wajahnya merah padam. Bahkan Azell kali ini tidak mengangkat suara, membiarkan Shashuang berbicara sesukan hatinya/

"Apa maksudmu Shashuang?". Ludius mengeryitkan keningnya. Dia masih tidak mengerti apa yang Shashuang bicarakan. Lalu ia mengedarkan matanya mencari dimana Julian berada.

'Apakah Julian belum sampai juga? Brengek! Dia sebenarnya pergi kemana?' batin Ludius,

"Siapa yang kau cari Ludius! Jangan alihkan pandanganmu dariku! Bukankah kau sudah berjanji untuk datang secepatnya! Apa kau tahu berapa lama aku dan Azell menunggu kedatanganmu!!". Emosi Shashuang meluap-luap.

Azell sepertinya juga sama marahnya pada Ludius, ia tidak berbicara atau mengatakan sesuatu, membuat Ludius terlihat bersalah. Silvia yang melihat pertengkaran mereka hanya bisa diam, dia merasa seperti orang ketiga yang membuat hubungan Ayah dan Anak saling diam dan salah paham.

Silvia melepas pegangan Ludius, wajahnya ia tundukkan tanpa berani melihat ke arah Shashuang ataupun Azell. "Ludius, kau selesaikan terlebih dahulu masalah yang kau buat pada mereka berdua. aku sudah tidak tahu apa yang harus ku lakukan, karena memang pada kenyataannya kamu yang membuat mereka menunggu lama."

"Sayang tunggu, jangan pergi.. tetaplah disini. Kamu adalah istriku, mengapa kamu harus pergi." Cegah Ludius, ia menarik kembali lengan Silvia.

"Nona Shashuang, maaf atas sikap Ludius yang membuatmu menuggu. Kalian selesaikanlah masalah ini terlebih dahulu." Silvia berkata bahkan tanpa melihat wajah Shashuang.