Chapter 153 - 153. Cafe Garden

Silvia yang melihat perubahan raut wajah Ludius merasa ada hal penting yang terjadi. "Tuan Lu.. Apakah ada sesuatu yang terjadi?". Tanya Silvia

"Sayang, sepertinya siang ini kita tidak bisa menemui dokter untuk konsultasi. Tiba-tiba ada hal penting yang harus aku urus bersama yang lain". Ludius mengusap kepala Silvia dan mencium keningnya. "Sayang.. Aku akan pergi sekarang. Ohya sebagai permintaan maaf, aku meminta Lingling untuk datang menemuimu. Kebetulan dia bersama Bryan sedang ada di kota ini. Hari ini kamu boleh pergi keluar, tapi ingat untuk tetap berhati-hati. Love you Babe". Ludius pergi meninggalkan Silvia sendiri di ruang makan.

"Sebenarnya ada hal penting apa yang membuat Ludius menjadi begitu terburu-buru?. Ah.. Orang itu memang selalu memiliki hal yang tidak bisa di mengerti orang lain".

Tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba ada pesan masuk dari Lingling setelah sekian lama mereka tidak saling menyapa.

[Silvia, lama tidak ada kabar. Berhubung aku di kota ini, kita ketemu yuk. Ini juga permintaan suamimu yang over protektif, aku di suruh menemanimu hingga dia selesai urusannya. Kita ketemu di Cafe Garden sekarang. Aku tunggu!]

Tanpa fikir panjang Silvia mengambil tasnya di kamar dan keluar rumah serta membawa mobil Bucati Sharon menuju Cafe Garden. Silvia yang sudah biasa membawa mobil sport dengan kecepatan tinggi. Hanya membutuhkan waktu seperempat jam untuk sampai tujuan.

Sesampainya di depan Cafe Garden Silvia keluar dari mobil. Dan tanpa sengaja ada mobil yang parkir tepat di samping mobilnya dan hampir menabrak Silvia dari arah samping.

Aarrgh…

Teriak Silvia, karena terkejut Silvia terjatuh dan tersungkur di tanah.

"Aaugh.. Apa didunia ini manusia sudah melupakan yang namanya etika?. Seenaknya saja parkir tanpa melihat ada orang yang sedang berdiri!!". Umpat Silvia. Dia mencoba berdiri dan sepertinya kakinya sedikit terkilir dan bengkak karena memakai sepatu hak tinggi.

Seseorang yang baru saja memarkir mobilnya keluar dan menghampiri Silvia. Orang itu mengulurkan tangan dan bertanya dengan lembut. "Silvia, apa kamu terluka?". Tanya orang itu.

Silvia yang merasa familiar dengan suara pria itu memalingkan wajahnya melihat siapa yang berani memarkir mobil seenaknya saja. Betapa terkejutnya Silvia saat melihat siapa yang berbicara.

"Hanson.. Kamu..!! Bagaimana bisa kamu ada disini?. Sudah lama kita tidak bertemu, namun sifat dan sikapmu masih sama seperti dulu". kata Silvia ketus. Dia terpaksa menerima uluran tangan Hanson karena sulit untuk berdiri dengan Dressnya yang panjang dan dalam keadaan kaki terluka.

"Lama tidak berjumpa Silvia, aku kira seumur hidup aku tidak akan bisa menemuimu lagi. Apalagi kini kamu sepenuhnya milik Ludius. Ayo.. Aku bantu kamu masuk kedalam". Hanson membantu Silvia berdiri dan meraih tubuh Silvia untuk memapahnya.

"Aku kemari untuk bertemu Lingling di tempat biasa. Kamu tidak perlu memapahku, aku bisa jalan sendiri, Lagi pula ini hanya terkilir bukan patah tulang. Silahkan Tuan Hanson lakukan apa yang ingin dilakukan". Kata Silvia dingin. Dia melepaskan tangan Hanson yang memegangi tubuhnya dan perlahan berjalan tertatih.

"Silvia, apa begitu sulit bagimu menerima kebaikan dari orang lain? Lagi pula apa salahnya aku memapahmu. Walau hanya terkilir itu juga berbahaya kalau kamu paksakan untuk berjalan. Dasar.. Kamu masih saja keras kepala!". Tanpa memperdulikan Silvia yang menolak kebaikannya Hanson memaksa Silvia dengan mengangkat tubuh Silvia dan membawa Silvia menemui Lingling.

"Hanson!! Kamu sungguh keterlaluan. Cepat turunkan aku sekarang juga!!". Tegas Silvia dengan suara lirih. Silvia merasa semua orang memperhatikan kelakuan Hanson yang membuat para wanita merasa terkagum. Pria tampan dengan senyum manis seperti Hanson, seketika memikat semua perhatian.

"Diam! Kalau kamu terus berteriak, Apa kamu ingin semua orang berfikiran kotor tentang kita?".

"Hmmpf, Dasar.. Semua pria sama saja!". Silvia memilih diam, percuma saja dia memberontak di Cafe yang di penuhi orang.

Hanson membawa Silvia kesebuah bangunan dengan taman dan pemandangan yang familiar. Disana sudah ada Lingling yang duduk menunggu kedatangannya. Hanson menghampiri Lingling dan menurunkan Silvia di tempat duduk. Lingling yang melihat memasang wajah heran dan penasaran dengan apa yang terjadi.

"Silvia, apa kamu terluka? Bagaimana bisa Hanson membawamu sampai kemari?". Tanya Lingling penugan antusias.

"Tuan Hanson, terima kasih sudah mengantarku kemari. Sekarang kamu bisa pergi!". Silvia berbicara tanpa memandang Hanson yang ada disebelahnya.

"Silvia.. Aku baru saja menolongmu. Apa tidak ada sedikitpun rasa terima kasih walau hanya sekedar mentraktirku makan?". Kata Hanson. "Benarkan Lingling.." Sambung Hanson sembari mengedipkan mata pada Lingling.

"Benar Silvia..! Hanson barusaja menolongmu loh! Setidaknya biarkan dia makan disini". Sahut Lingling.

"Huuft.. Baiklah, kamu boleh makan disini. Setelah itu kamu harus pergi!. Anggap saja ini sebagai ucapan terima kasihku karena sudah menolongku". Silvia hanya bisa mengalah disaat terpojok oleh dua mahluk seperti Lingling dan Hanson yang pandai mencari alasan.

Lingling dan Hanson memesan makanan, Silvia hanya diam dan mengikuti saja apa yang mereka pesan. Silvia lebih banyak diam dan menjaga jarak dari Hanson. Bagaimanapun juga, jika Ludius tahu sesuai dengan perangaiannya yang pencemburu pasti akan salah paham.

Tidak lama pelayan datang membawa beberapa menu yang dipesan dan satu persatu meletakkan di atas meja. "Silahkan dinikmati hidangannya..". Pelayan mempersilahkan dan pergi .

"Kelihatannya ini enak, Silvia.. Kamu kenapa diam saja. Kamu tidak sedang menjaga jarak dariku kan?" tebak Hanson.

Belum sempat Silvia menjawab, tiba-tiba dari belakang seseorang datang. "Silvia.. Apa yang kamu lakukan disini dengan pria lain?". tanyanya dengan sedikit penekanan.

Silvia langsung melihat kearah suara. "Zain..!!!". Silvia terkejut melihat Zain tiba-tiba juga ada di Cafe dan seolah memergokinya sedang berbuat salah.