Chapter 152 - 152. Petunjuk

Manajer Mall yang menyambut kedatangan Ludius datang ke toko setelah mendengar panggilan Ludius. Manajer datang dengan tergesa-gesa dan khawatir setelah melihat Ludius tengah emosi di salah satu tokonya.

"Tuan Lu, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Manajer penuh kekhawatiran.

"Ingatkan pegawaimu agar lebih menghargai pelanggan, jika pegawai seperti mereka terus dipelihara. Aku tidak yakin Mall ini akan bertahan dalam persaingan global". Ludius berbalik arah dan merangkul Silvia keluar. "Ayo kita kembali sayang, sepertinya Azell sudah selesai berbelanja. Memang apa yang ingin kamu cari di toko ini hingga mereka berani merendahkan istri Ludius Lu?". Tanya Ludius. Mereka berjalan dengan langkah dan irama yang sama dengan tangan Ludius melingkar di pinggang Silvia.

"Sebenarnya aku tadi melihat Jas Long Coach dan terlihat cocok denganmu. Tapi karena mereka bersikap seperti itu tentu saja membuat Moodku berubah. Apa didunia ini uang dan penampilan adalah segalanya, benar-benar pemikiran yang sempit!".

"Tidak juga Sayang.. Bagiku kamu adalah segalanya. Dunia dan seisinya boleh pergi mengkhianatiku, tapi aku tidak akan bisa bertahan jika kamu pergi dari sisiku".

Deg..

Perasaan Silvia langsung bergetar, perkataan sederhana namun mampu membuat hati Silvia resah. "Tuan Lu, sedalam itukah perasaanmu padaku?". Tanya Silvia ragu.

"Sedalam apa perasaanku apa kamu masih tidak merasakannya?, Sudahlah sayang jangan bahas ini lagi. Azell sedang menunggu kita".

Di depan Mall, Azell bersama salah satu pegawai yang menemaninya sudah menunggu mereka dengan Laptop keluaran terbaru ditangannya dan beberapa barang yang sudah di antar ke Kediaman Lu.

"Papa dan Bibi lama sekali, apa kalian sedang dating? Sepertinya aku terlalu cepat hingga merusak acara kalian!". Kata Azell sekembalinya Ludius bersama Silvia.

Silvia dan Ludius saling pandang, mereka menghampiri Azell dengan senyuman. "Azell, apa yang kamu bicarakan jagoan?. Papamu hanya kebetulan menemukan Bibi saat mencari baju". Kata Silvia.

"Azell, Apa kami terlihat seperti berkencan?. Yah.. Aku memang sudah rindu berkencan dengan istriku, kamu membuatku teringat sesuatu". Sahut Ludius dengan menatap Silvia jahil.

"Papa, Dasar tidak tahu malu!". Gerutu Azell.

"Pfft… Dengar itu Tuan Lu, Azell saja mengatakan kamu tidak tahu malu". Silvia terkekeh melihat tanggapan Azell yang begitu frontal. Siapa sangka ada yang berani berkata terang-terangan selain Silvia.

"Kalian.. Kompak sekali meledekku, Karena sudah selesai berbelanja mari kita pulang". Menggandeng tangan Azell dan mereka kembali ke mobil yang sudah di persiapkan.

Drrt.. Drrt..

Ponsel Ludius berdering, ada satu panggilan masuk dari seseorang, karena dia sedang memakai Headset secara otomatis terangkat.

[ "Tuan Lu.. Aku terus mengawasi Azell, benar dugaanmu. Ada satu mata-mata yang selalu mengawasi pergerakan Azell dari jauh, Dia sedang mengawasi kalian saat ini. Apa yang harus aku lakukan padanya".]

[ "Biarkan dia melihat adegan harmonis antara Ayah dan anak. Awasi dia, Pastikan kalau dia tidak menyadari rencana sebenarnya dari Azell. Nyawa Azell juga sama pentingnya dengan Silvia".]

[ "Baik..! Untuk saat ini sepertinya aku akan melepas pengawasan Silvia padamu. Tapi setelah penyelidikan tentang mata-mata Azell selesai dia tetaplah dalam pengawasanku".]

Tut.. Tut..

Mereka menaiki mobil bersama dengan mata-mata yang terus mengikuti dari kejauhan. Zain yang di tugaskan menyelidikinya menangkap basah mata-mata yang hampir mengendarai sepeda motornya.

"Berhenti disana! Aku tahu kau sedang membuntuti seseorang". Teriak Zain di tempat parkir yang begitu sepi.

Sang mata-mata turun dari motornya dan menghampiri Zain. Dia yang memakai jaket dan helm hitam tidak terlihat identitasnya sama sekali.

"Ada urusan apa kau menghentikanku? Jika berani lebih dari ini maka.. ". Dengan cepat sang mata-mata mengambil pistolnya dan mengarahkannya pada Zain.

Dor.. Dor..

Dengan sigap Zain menghindar dan mengambil pistol serta membalas serangan dari Sang mata-mata

Dor.. Dor..

Slaaaash..

Tembakan Zain tepat mengenai kaki sang mata-mata dan membuatnya terjatuh.

"Ikut denganku secara suka rela atau mati secara mengenaskan?". Ancam Zain dengan menodongkan pistol di samping kepala musuhnya.

"Bhahaha… Kau fikir aku akan menerima begitu saja permintaanmu. Tubuhku sudah ditanam peledak, jika aku membocorkan rahasia maka secara otomatis tubuhku akan meledak. Gertakan murahan darimu tidak akan mempan padaku!". Sang mata-mata tertawa tanpa rasa takut sedikitpun, dia seperti sudah setengah gila dengan pekerjaannya.

"Sampah..! Aku bisa mengambil peledak yang berada dalam tubuhmu dengan syarat kau mau memberikan semua informasi yang kau ketahui".

"Kita mengintai orang yang sama, bagaimana kau menyakinkanku kalau kau bisa di percaya?. Mata-mata dari Tuanku tidaklah sesimpel yang kau fikirkan. Negoisasi kita kemungkinan sudah tercium olehnya. Aku beri kau satu petunjuk, salah satu Kartu As dari Tuanku berada di kota kecil Jingxian. Jika kau berhasil mendapatkannya aku rasa kau bisa menekan Tuanku untuk sementara waktu. Sudah tidak ada waktu, pergi dari sini secepatnya. Kemungkinan mata-mata yang lain sudah menyadarinya dan bersiap meledakkanku".

"Aku berhutang satu kebaikan darimu. Kelak kalau aku menemukanmu kembali, aku pasti akan menolongmu". Zain segera pergi dari tempat parkir menggunakan mobilnya. Dia menancapkan gasnya dengan kecepatan tinggi.

Duuuar…

Tidak berselang lama terdengar suara ledakan yang cukup besar.

???? Kediaman Keluarga Lu

Mobil terhenti di halaman Kediaman Lu. Azell keluar dengan senyum merekah, membuat Ludius dan Silvia merasa lega melihat senyumannya. Mereka memasuki ruang tamu, sekembalinya dari Mall raut wajah Azell begitu gembira layaknya anak pada umumnya.

"Pa.. Kapan-kapan Papa ajak Azell jalan-jalan lagi yah. Ini menyenangkan. Sudah saatnya aku kembali, mama pasti akan mencariku karena aku main terlalu lama". Kata Azell dengan senyuman.

"Bibi Yun.. Panggil sopir untuk mengantar Azell kembali ke rumahnya". Panggil Ludius,

Dengan segera Bibi Yun menghadap "Baik Tuan, Saya akan menemani Tuan Muda sampai kerumahnya". Bibi Yun menggandeng Azell dan membawanya keluar. "Mari kita pulang Tuan Muda, Saya akan mengantar anda sampai kerumah".

Drrt.. Drrt..

[ "Ada informasi penting, Ini mengenai salah satu kartu As dari Black Emperor, aku tidak tahu ini jebakan atau bukan. Tapi tidak ada salahnya kita diskusikan".]

["Baik, segera hubungi Longshang dan Kakak Lian juga. Sudah saatnya Kakak Lian terlibat dalam hal ini. Kita bertemu di Markas Utama Naga Imperial".]

Tut.. Tut..

'Kartu As dari Rossman Nero?, Apakah ini trap atau memang petunjuk untuk menghentikannya. Hanya bukti yang akan menjawabnya'.