Chapter 637 - Makna Bunga Kala Lili Adalah Keabadian (2)

Name:Perceraian Ke-99 Author:Wan Lili
Li Jianqian dan Li Mosen saling menatap satu sama lain sambil makan dengan sendok mereka masing-masing.

Su Qianci melihat mereka melakukan itu dan tidak bisa menahan diri untuk bertanya setelah beberapa menit, "Apa yang kalian lakukan?"

"Kompetisi fokus!" Li Jianqian tidak memalingkan kepalanya sambil menggunakan sendok untuk memakan buburnya, mengunyah sambil mengamati Li Mosen. Gerakan Li Mosen pun serupa. Bocah kecil itu mengangguk dan melanjutkan makan. Su Qianci menatap kedua bocah kecil itu, tertawa tanpa berkata apa-apa.

Akhirnya, mereka berdua menghabiskan bubur mereka, tetapi anak-anak itu masih saling mengamati.

"Apakah kalian sudah selesai?" Su Qianci dengan penasaran datang menghampiri.

Li Mosen menggelengkan kepalanya, "Kecuali salah satu dari kami memalingkan kepalanya terlebih dahulu."

Li Jianqian mengangguk dan menatap Li Mosen. Su Qianci mengulurkan tangan dan menutupi mata Li Jianqian, dan kemudian memalingkan kepala putranya ke samping. Li Jianqian tercengang, tetapi langsung berseru, "Bu, engkau menyabot 1 permainanku! Aku kalah!"

Li Mosen tertawa, mata birunya melengkung dengan indah. Kemudian dia turun dari bangku dan berlari ke halaman belakang.

Pupil mata Li Jianqian yang berwarna gelap penuh dengan keengganan. Wajah kecilnya yang lembut menjadi merah, dan dia turun, berteriak, "Jangan lari. Ini tidak masuk hitungan!"

Li Jianyue memandang kedua kakaknya yang sedang berlari dan menatap Su Qianci. Sambil mengerjapkan matanya, dia berkata, "Bu, aku kenyang."

Su Qianci mengetahui apa yang ingin gadis kecil itu lakukan pada pandangan pertama, mengambil sehelai handuk kertas, dan menyeka mulut putrinya. "Pergilah."

Li Jianyue segera turun dari kursi dan berlari ke tempat di mana kedua anak laki-laki itu menghilang dengan sandal kecilnya.

Ketika Su Qianci sudah selesai makan, waktu menunjukkan sudah pukul delapan. Tutor yang disewa untuk anak-anak baru saja datang. Tutornya adalah seorang ibu tunggal, dengan hanya sebuah ijazah SMA. Wanita itu berusia 30 tahun lebih dan memiliki seorang anak di SMP. Karena kesabaran dan cinta tutor itu menyentuh Su Qianci, wanita itu dipilih sebagai tutor anak-anak. Setelah beberapa hari, anak-anak menyukai tutor ini, dan Su Qianci memutuskan untuk membiarkan tutor itu tinggal.

Setelah menyapa tutor itu di pintu, Su Qianci pergi ke kantor. Sibuk sepanjang pagi, dia hanya menegakkan tubuhnya dan berdiri ketika istirahat makan siang dimulai. Hari ini, dia seharusnya bertemu Lu Yihan di sebuah pusat perbelanjaan kelas atas. Ini adalah pusat perbelanjaan dengan kinerja terbaik milik grup Li di kota. Su Qianci sudah siap untuk melakukan inspeksi daerah di sekitarnya setelah makan. Janji bertemu itu dilakukan di sebuah restoran Kanton di lantai pertama mal tersebut. Di luar pintu restoran adalah alun-alun selatan mal, sangat luas dan ramai.

Ketika Su Qianci memasuki ruangan privat tersebut, Lu Yihan belum tiba. Sekitar sepuluh menit sebelum waktu yang telah disepakati, Su Qianci duduk di dalam ruangan itu dan memuat ulang halaman Weibo di ponselnya.

Secara tiba-tiba, sang pelayan masuk dan mengetuk pintu. "Presiden Su, ada seseorang yang mencari Anda di luar."

"Siapa? Biarkan dia masuk."

"Ya, beliau berharap Anda bisa pergi ke alun-alun. Silakan kemari."

Su Qianci merasa sedikit terkejut dan menaikkan alisnya. Trik macam apa yang harus dimainkan oleh Lu Yihan? Dia mengambil tasnya dan berjalan keluar. Pelayan itu membawanya ke Alun-alun Selatan.

Alun-alun itu kosong. Su Qianci sama sekali tidak melihat Lu Yihan. Memalingkan kepalanya, dia melihat pelayan itu sudah kembali ke restoran. Tiba-tiba, seorang bocah lelaki berlari mendekat yang terlihat seperti berumur tujuh atau delapan tahun, memegang setangkai bunga di tangannya. Itu adalah bunga Kala Lili.

"Makna bunga Kala Lili adalah keabadian."

Su Qianci mengambilnya, sedikit tersenyum dan bertanya, "Siapa yang memintamu memberikan bunganya padaku?"

Bocah kecil itu menjawab, "Tuan!"

Menggagalkan usaha atau tindakan orang lain dengan sengaja.