Chapter 136 - Penjelasan Dari Semuanya (2)

Name:Nuansa Author:Sihansiregar
"Kau pikir apa alasan dia terlihat membingungkan dengan kepribadiannya yang berbeda-beda itu? Dia hanya ingin menutupi kepribadian dia yang sebenarnya dengan berpura-pura menjadi orang lain. Kenapa dia harus menutupi kepribadian dia yang sebenarnya? Entahlah, yang pasti itu pasti ada hubungannya dengan geng motor itu," papar Thomas.

"Maksudmu, Neptunus yang kita kenal selama ini bukanlah Neptunus yang sebenarnya?" tanya Nuansa.

"Ya. Dan masuk akal juga kenapa dia tidak pernah mau menerima hubungan Ibunya dengan Paman Eugene kalau alasan yang sebenarnya adalah dia takut kebenaran tentang dia terbongkar. Kita semua bisa memperkirakan bagaimana Paman Eugene itu, pastilah dia akan menyelidiki dan berusaha untuk tahu segala situasi di keluarganya. Ini saja saat dia belum menjadi bagian dari keluarga Neptunus, dia sudah mengetahui segalanya, dan tentu saja Neptunus sudah memperkirakan hal itu akan terjadi, atau setidaknya dia memiliki rasa takut karena berpikir kalau hal itu bisa saja terjadi, masalahnya hanya bagaimana bisa Paman Eugene selama ini mengetahui segala situasinya tapi tidak satu orangpun yang curiga dengannya, bahkan dia bisa mengelabui kita untuk semakin jauh dari kebenarannya, dan jujur saja, dia jauh lebih hebat dari yang aku kira, dia mengendalikan situasi di keluarga Neptunus, dan dia juga bisa mengetahui hal ini lebih cepat dari pada kita."

Nuansa lantas hanya bisa diam.

"Kenapa kau diam?" Thomas bertanya pada Nuansa.

"Engh ... tidak apa-apa. Setelah ini, apa kita akan meminta bantuan Reynand dan pihak kepolisian lainnya?" Nuansa bertanya balik pada Thomas.

"Kau tidak melihat bagaimana mereka terlihat tidak takut pada hukum sama sekali?"

"Huh?"

"Tolong pikirkan tentang hal-hal penting lainnya, kau pikir yang penting hanya Neptunus saja?"

"Ah, hahaha, maaf, maaf."

"Kau tidak bisa mengatakan hal itu padanya, karena baginya yang terpenting memang kak Neptunus," ujar Itzan pada Thomas, mereka berdua kebetulan duduk berdua di depan, jadi sebenarnya Thomas lebih mudah untuk berbicara dengan Itzan.

"Tidak, tidak. Maafkan aku, Thomas, lanjutkan ucapanmu," ucap Nuansa.

"Heuh, kau tidak perlu meminta maaf setiap saat juga. Kau tahu? Kucing-kucing ibuku saja tidak pernah meminta maaf padaku sama sekali karena tidak pernah bosan memburu ikan-ikan kesayanganku. Aku sangat membenci kucing-kucing itu, ingin kubakar saja rasanya mereka. Ikan arwanaku dimakan, ikan koiku juga dimakan, dan ibuku malah menyalahiku, bukan kucing-kucing sialannya itu," keluh Thomas.

Itzan tentu saja langsung menatapnya dengan tatapan aneh, dan tampaknya Thomas menyadari bahwa Itzan menganggapnya aneh.

"Ugh, Ibuku selalu berusaha untuk membuat kucing-kucingnya bisa berbicara, dia selalu berbicara dengan mereka, dia juga selalu mengajari mereka nama-nama benda, terkadang juga memperkenalkan alfabet pada mereka, intinya, ibuku selalu mengajari mereka cara berbicara. Tapi kenapa?! Kenapa mereka tidak bisa meminta maaf padaku?!" sewot Thomas.

"Karena ... mereka tidak tahu apa itu maaf .... iya ... kan?" kata Itzan dengan ragu.

"Argh, entahlah!"

Itzan lalu menoleh ke belakang, ke Nuansa, lirikannya pada Nuansa dibalas oleh Nuansa.

"Jadi ... kenapa kau menganggap serius tentang sikap mereka yang seolah-olah tidak kenal takut pada hukum? Maksudku ... bisa saja itu hanya tak tik agar kita tidak melaporkan mereka ke Polisi karena kita menduga kalau mereka kebal hukum, kan?" tanya Nuansa pada Thomas.

"Tidak, menurutku mereka memang kebal hukum, dan ini sangat menyebalkan, ck," decak Thomas.

"Kenapa?"

"Karena ini mengingatkanku pada situasi di rumahku! Kucing-kucing ibuku sangat kebal hukum! Well ... mungkin karena ibuku lah yang menegakkan hukum di rumahku. Heuh, benar-benar menyebalkan."

"Dan ... kenapa kau berpendapat seperti itu?"

"Mereka terlihat tidak takut dengan hukum sama sekali, mereka menertawai ancamanmu, kan? Artinya mereka benar-benar tidak takut dengan hukum-"

"Sepertinya aku sudah tahu dan paham tentang hal itu," Nuansa menginterupsi Thomas.

"Aku tahu! Dengarkan dulu!" bentak Thomas.

"O-ok, baiklah."

"Dengar, kau bilang si Arrayan itu menembak ayahmu tanpa ada rasa ragu sama sekali, kan? Geng motor itu juga menghujanimu dan ayahmu dengan peluru secara bar-bar, iya, kan?"

"Ya."

"Itu saja sudah menjelaskan bahwa mereka sebenarnya tidak takut dengan hukum karena mereka tidak akan mendapat hukuman apapun jika mereka dituntut."

"Maksudmu?"

"Permainan orang dalam."

"Apa?!"

"Ya, itu satu-satunya alasan yang logis."

"Contohnya seperti apa?" tanya Rea pada Thomas.

"Polisi, Hakim, atau Sipir, mereka pasti mendapat perlindungan dari salah satunya. Kemungkinan terbesarnya mereka mendapat perlindungan dari Polisi, karena apapun tindak kriminal yang mereka lakukan, mereka tidak akan mempertanggung jawabkannya karena pihak kepolisian berada di pihak mereka, kalau mereka mendapat perlindungan dari Hakim, permainannya pasti mereka akan selalu divonis tidak bersalah, dan kalau Sipir, tentu saja mereka akan dibantu untuk melarikan diri jika mereka terpenjara. Aku sangat yakin mereka mendapat perlindungan dari salah satunya, karena Hakim, Polisi, dan Sipir akan sangat membantu mereka yang seharusnya akrab dengan dunia kriminal. Menurut dugaanku, mereka seharusnya sudah berurusan dengan hukum berkali-kali, tapi mereka selalu berhasil lolos, karena ada kerjasama dengan orang dalam," jelas Thomas.

"Kau mencurigai Reynand?" tanya Nuansa.

"Reynand? Tidak kupikirkan sama sekali. Menurutku ini adalah permainan tingkat tinggi, antara Hakim Ketua, Kepala Sipir, dan Polisi yang berjabatan sangat tinggi, karena Polisi bawahan pasti tidak akan bisa membawa pengaruh yang besar pada mereka. Tapi, entahlah, ini hanya dugaanku saja, soalnya mereka terlihat tidak takut pada hukum sama sekali, dan merekapun terlihat santai saja setelah apa yang mereka lakukan pada ayahmu, kan?"

"Tapi kalau dugaanmu benar, kenapa Polisi, atau Hakim, atau Sipir mau bekerjasama dengan mereka?"

"Aku juga tidak tahu, aku belum bisa memperkirakan sampai sejauh itu."

"Jangan salah sangka, tapi ... adiknya bibi Bulan adalah seorang Hakim Ketua," celetuk Itzan. Mendengar hal itu, tentu saja Thomas, Nuansa, dan Rea terkejut.

"Vega memberitahunya padaku. Hubungan bibi Bulan dengan adiknya itu tidak bagus, mereka sudah bertahun-tahun tidak bertemu dan berbicara, menurut Vega, kemungkinan masing-masing dari mereka bahkan sudah memutuskan tali persaudaraan mereka, meskipun tentu saja tidak bisa tidak diakui bahwa mereka sebenarnya satu darah. Itu juga yang menjadi alasan kenapa banyak yang tidak tahu bahwa bibi Bulan memiliki saudara, karena dia memang tidak pernah menceritakannya, dia seperti tidak pernah memiliki saudara. Vega juga mengatakan kalau bibi Bulan meminta dia dan kak Neptunus untuk tidak menceritakan tentang adiknya itu pada siapapun, tapi Vega menceritakan banyak hal tentang keluarganya padaku, karena menurutnya aku merupakan tempat yang nyaman untuk berbagi isi hati," terang Itzan.

"Jadi bibi Bulan memiliki konflik besar dengan adiknya?" ujar Nuansa.

"Sepertinya begitu, aku tidak berusaha mencaritahunya lebih dalam pada Vega, itu adalah hal yang sensitif, bukan? Walaupun sebenarnya tidak salah jika aku bertanya lebih dalam padanya karena dia sendiri yang sudah membuka topiknya."

"Apa bibi Bulan memiliki adik atau kakak lain?" tanya Nuansa.

"Vega bilang tidak, jadi tidak ada penengah di antara bibi Bulan dan adiknya itu," jawab Itzan.

Sesaat kemudian suasana menjadi hening. Hingga akhirnya Thomas memecahkan keheningan itu dengan bertanya pada Nuansa. "Jadi bagaimana menurutmu?"

"Entahlah, situasinya semakin rumit sekarang, mungkin karena dari awal aku terlalu memikirkan Neptunus," jawab Nuansa.

"Tapi aku akan melanjutkan semua ini. Aku harus bertemu dengan paman Eugene dan berbicara padanya," sambung Nuansa.

"Sendirian?" tanya Rea.

"Ya, Thomas akan fokus pada kuliahnya, dan kurasa lebih baik aku bergerak sendiri saja," kata Nuansa.

"Tapi kau tetap harus berhati-hati, kita tidak tahu apa sebenarnya maksud paman Eugene jika semua dugaan kita terbukti benar, dan jangan biarkan dia mengendalikan situasinya lagi," pesan Thomas.

"Aku tahu."

'Gadis ini ... dia sepertinya sangat mencintai Neptunus, dia bahkan mau melangkah sejauh ini untuk dia. Aku jadi penasaran tentang bagaimana perasaan Neptunus pada Nuansa,' batin Thomas.