Chapter 19 - Mesin Cuci

Name:Nuansa Author:Sihansiregar
Vega pergi ke kamar mandinya untuk berganti pakaian, namun ia dikejutkan dengan bathtubnya yang masih penuh dengan air.

'Aku sudah mengurasnya tadi pagi, kan?' batin Vega.

'Apa kak Nuansa memakai bathtub? Tapi kenapa dia tidak mengurasnya?'

***

Hehe kembali ke ruang mesin cuci dan melihat Nuansa yang sedang tertidur di dekat mesin-mesin tersebut. Hehe pun membangunkan gadis itu dengan maksud untuk menyuruhnya pindah tempat tidur.

"Nuansa, Nuansa," panggil Hehe.

"Hm?" Nuansa lantas terbangun, ia sedang mengumpulkan nyawanya. "Oh, bibi Hehe?"

"Apa yang kau lakukan di sini? Kalau kau ingin tidur, bukan di sini tempatnya."

"Hm? Aku tidak tidur, Bibi."

Hehe pun menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengar hal itu.

"Aku sedang mencuci baju menggunakan mesin, lihatlah." Nuansa lalu bangkit dan membuka tutup mesin pencuci baju.

"Huh?" Hehe dibuat terheran-heran oleh Nuansa karena tabung tersebut hanya berisi pakaian Nuansa yang direndam menggunakan air yang tampaknya sudah ditaruh deterjen.

"Ini sudah selesai, kan?" tanya Nuansa.

"K-kau sedang mencuci baju?" Hehe memastikannya sekali lagi.

"Ya, aku memasukkan air, lalu deterjen, lalu pakaiannya dan terakhir aku menutupnya, kutunggu sampai sepuluh menit, langsung bersih."

"Kau menyambungkan mesin ini dengan listrik?"

"Listrik?"

"Ya, ada kabel kendali yang harus disambungkan ke listrik."

"Eh?"

"Lalu ... Apa kau memutar ini?"

"Apa itu?"

"Ini adalah program pencucian, kalau kau memutarnya ke arah 'buang', maka air yang ada di dalam tabung pencucian akan terbuang, kalau kau memutarnya ke arah satu lagi, airnya tidak akan terbuang. Yang ini adalah yang mengatur berapa menit cucianmu akan diputar-putar di dalam tabung ini, dan ini juga yang akan membuat mesinnya berfungsi."

"Engh, tidak. Aku hanya memasukkan air, lalu deterjen dan pakaianku, kemudian aku tutup dan kutunggu selama sepuluh menit. Kupikir setelah sepuluh menit cucianku akan berada di tabung pengering ini secara otomatis, dan aku hanya perlu menjemurnya. Tapi ternyata tidak seotomatis itu, ya?"

"Hmm, hal pertama yang harus kau lakukan adalah menyambungkannya dengan listrik dulu," ucap Hehe sambil jongkok, ia lantas menghubungkan kabel mesin cuci tersebut ke aliran listrik.

"Lalu putar kedua tombol ini," ujar Nuansa sesaat setelah Hehe menyambungkan mesin cuci itu dengan listrik.

"Hei! Jangan!" teriak Hehe, namun ia terlambat, Nuansa sudah menyalakan mesin cuci tersebut dengan waktu mencuci 3 menit.

"Kenapa?" tanya Nuansa.

"Kau tidak boleh mencuci menggunakan mesin cuci jika pakaian yang akan kau cuci hanya empat! Tidak boleh terlalu sedikit! Itu berbahaya!"

"Tapi kupikir setelah bibi menghubungkannya dengan listrik-"

"Aku hanya memberi contoh langkah awalnya!"

"Astaga! Apa yang akan terjadi jika yang dicuci hanya satu baju, satu celana, satu celana dalam dan satu BH?!"

"Mesinnya akan bergetar hebat! Itu tidak sesuai dengan kapasitas seharusnya!"

Dan benar saja yang dikatakan oleh Hehe barusan, mesin cuci tersebut bergetar hebat karena 4 jenis pakaian sama saja dengan menggunakannya tanpa isi.

"Cabut, bibi! Cabut kabelnya!" perintah Nuansa yang panik.

"Hei! Sembarangan saja! Aku tidak mau mengambil resiko yang lebih besar!" ucap Hehe.

"Lalu bagaimana ini?!"

"Tahan mesin cucinya!"

"Apa ini akan meledak, bibi?!"

"Entahlah! Ini hanya tiga menit! Ayo bantu aku menahan mesin cuci ini agar tidak bergerak ke mana-mana!"

Nuansa dan Hehe kemudian memegangi mesin cuci itu agar getarannya tidak membuatnya jadi berpindah tempat. Setelah 3 menit dibuat spot jantung, Nuansa dan Hehe akhirnya bisa bernapas dengan lega karena waktu pencuciannya selesai.

Hehe lalu memeriksa apa ada bagian mesin yang rusak, tapi ternyata tidak ada. "Kau beruntung karena mesin ini masih baik-baik saja."

"Itu sangat mengerikan, aku tidak akan pernah mencuci dengan mesin lagi," ujar Nuansa.

"Tidak apa-apa jika kau mencuci dalam kapasitas yang seharusnya. Jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sedikit pula. Jika kau menaruh terlalu banyak pakaian, maka hasil cuciannya tidak akan bersih dan kerja mesinnya akan berat, tapi jika kau menaruh terlalu sedikit pakaian, mesinnya seolah menyala tanpa isi di tabung pencuciannya, jadinya dia bergetar hebat seperti tadi."

"Merepotkan sekali, memang jauh lebih aman jika mencuci dengan tangan saja."

"Hah, terserah kau saja. Kenapa kau tidak memberi pakaianmu padaku saja tadi? Biar sekali kucuci."

"Aku tidak tahu jika bibi sedang mencuci baju tadi, aku malah mengetahuinya dari Vega tadi. Sebenarnya tadi aku tidak ingin menggunakan mesin cuci untuk mencuci pakaianku yang hanya segini, tapi aku tidak menemukan sikat baju di sini, yasudah kugunakan mesin ini, dan aku tidak tahu aturan-aturan merepotkannya."

Hehe lantas hanya menggeleng-gelengkan. Ia lalu membuang air di dalam tabung pencucian. Melihat air di tabung itu sudah habis, Nuansa pun dengan cepat mengambil pakaiannya dan memindahkannya ke tabung pengering.

"Eh, eh. Apa yang kau lakukan?" tanya Hehe.

"Tentu saja mengeringkannya agar aku bisa langsung melipatnya," jawab Nuansa.

"Kau pikir tabung itu akan benar-benar membuatnya kering?"

"Namanya saja tabung pengering, bibi."

"Itu hanya akan memeras pakaianmu sampai benar-benar tidak air yang menetes, kau tetap harus menjemurnya karena pakaianmu akan tetap basah. Lagi pula kalau kau menaruh BHmu disitu, BHmu hanya akan menjadi rusak nanti."

"Loh? Kalau begitu, ini namanya pembohongan publik. Mereka menamai tabung ini dengan nama tabung pengering, tapi tabung ini tidak benar-benar mengeringkan pakaian!"

"Ahhh, terserah kau saja. Sini, biar aku yang memeras pakaianmu."

"Tidak usah, bibi, biar aku saja."

"Nuansa, jangan keras kepala."

"Bibi, jangan keras kepala."

"Baiklah, terserah kau saja."

"Hehe-"

"Tidak sopan!"

"Aku belum selesai berbicara, bibi, lagi pula aku hanya tertawa kecil."

"O-oh."

"Terima kasih untuk semuanya ya, bibi, aku belajar banyak hal hari ini, dan rata-rata semuanya dari bibi Hehe."

"Sama-sama, senang bisa mengajarimu hal yang kubisa."

"Jemurannya di mana ya?"

"Di atas."

"Masih ada lantai tiga?"

"Tidak ada. Atas yang kumaksud adalah atap, kami menjemur di atap."

"Atap?"

"Ya."

"Ok, baiklah."

"Tangganya ada di sana."

"Siap."

"Aku akan melanjutkan pekerjaanku yang lain."

Nuansa kemudian memberikan simbol OK di jari-jarinya pada Hehe. Hehe lantas turun ke lantai 1 dan meninggalkan Nuansa.