Chapter 310: Kau Masih Hidup?

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Randika yang kabur dari kejaran para polisi ini sudah menjadi viral di media sosial. Seluruh kota Jakarta menjadi heboh karena aksinya ini.

Randika menatap peta yang dipegangnya, sebentar lagi dia akan tiba di kediaman keluarga Alfred. Namun pada saat ini, dia melihat 2 helikopter muncul di atasnya. Randika langsung berusaha mengecohnya, dia tidak bisa membiarkan mobilnya itu dibombardir oleh senapan mesin mereka. Dan ketika dia berhasil kabur, dia menyadari bahwa masih ada beberapa helikopter yang menanti dirinya.

Kepolisian Jakarta telah mengerahkan seluruh sumber daya mereka, tetapi ada satu pertanyaan yang pantas dipertanyakan. Apakah semua itu cukup untuk menangkap Ares sang Dewa Perang?

Jawabannya adalah tidak!

Ketika Randika kembali memacu mobilnya, mobil-mobil polisi di belakangnya terus mengekori dirinya.

Saat dia melihat dari kaca sampingnya, dia menyadari bahwa makin banyak mobil yang mengejar dirinya. Pada akhirnya bisa dikatakan bahwa sudah ada ratusan mobil yang mengejar dirinya dan puluhan helikopter mengintai dari atas!

Kejadian ini difoto oleh beberapa orang dan diposting di media sosial, netizen Indonesia langsung berkoar.

"Perasaan seorang murid yang membawa permen karet di kelas."

"Semoga cepat ketangkap #PrayforJakarta."

"Cuma gara-gara mencuri ayam tetangga sebelah dia dikejar seperti itu? Hebat sekali!"

"Gila, ini sudah seperti bintang 5 di serial GTA!"

"Bro, aku main GTA saja tidak sebanyak itu polisi yang mengejarku hahaha. Ini sih sudah melampaui GTA!"

Banyak yang bercanda dan banyak pula yang berdoa Jakarta cepat menjadi damai seperti sedia kala.

Di sisi lain, di kediaman keluarga Alfred.

Hari ini merupakan hari penuh kebahagian bagi keluarga Alfred, tetapi tidak ada senyum sama sekali yang menghiasi acara pernikahan ini.

Hampir sama, pihak keluarga Laibahas juga sama cemberutnya. Ghost Marriage ini benar-benar telah melukai hubungan antara 2 keluarga ini.

Di acara pernikahan ini, keluarga Alfred mengundang keluarga aristokrat yang ada di Jakarta. Semakin banyak yang datang semakin bagus hasilnya. Inilah hukuman bagi keluarga Laibahas!

Di tengah-tengah halaman rumah, Inggrid berdiri diam sambil memakai baju pengantin berwarna merah dan memakai sapu tangan merah yang diikatkan di dahinya.

Seluruh anggota keluarga Alfred menatap dingin Inggrid.

"Bahkan jika Hans sudah mati, apa kau pikir bisa lari dari takdirmu?"

"Sungguh keluarga tidak tahu diri, semoga dengan Ghost Marriage ini keluarga Laibahas bisa merenungkan sikapnya yang kurang ajar itu."

Cemooh-cemooh mulai dilayangkan oleh keluarga Alfred, kematian Hans masih membekas di benak mereka.

Tetapi Inggrid tidak memedulikannya, dia sudah kebal dengan cemoohan yang datang menyerangnya selama hidupnya.

Lagipula, hatinya itu sudah mati jadi buat apa dia peduli dengan mereka?

Mengingat-ingat sifat pengecut ayahnya dan keluarganya yang sama sekali tidak membelanya, hati Inggrid menjadi dingin. Satu-satunya penghangat hatinya itu sudah mati.

Ketika dirinya mengingat-ingat kejadian Randika dan Hannah jatuh dari tebing, kedua tangan Inggrid tiba-tiba mengepal. Kukunya menancap dengan kuat dan tangannya mulai berdarah.

Dia menggigit bibirnya agar amarahnya itu tidak meluap-luap. Ketika dia mengingat kejadian itu, Inggrid selalu ingin menangis. Tetapi khusus hari ini, dia tidak akan menangis sama sekali. Dia harus membunuh Ivan demi membalaskan dendam kekasihnya itu, barulah saat itu dia akan menangis bahagia karena bisa menyusul orang yang dicintainya.

Di lengan bajunya, pisau yang disembunyikannya itu mengandung rasa benci miliknya. Inggrid hanya berdiri diam dan menunggu acara pernikahan ini dimulai.

Jack duduk di bangku paling depan sambil menghela napasnya. Meskipun hubungan mereka tidak terlalu baik, bagaimanapun juga Inggrid adalah anaknya. Dia tidak ingin hal ini terjadi tetapi dia tidak punya kuasa untuk menentangnya.

Ibu Ipah berdiri di barisan paling belakang dan menatap sedih Inggrid. Ibu Ipah sudah menganggap Inggrid sebagai anaknya sendiri sejak dia masih kecil, dia tidak menyangka bahwa anaknya itu akan terlihat begitu mati di hari pernikahannya.

Dengan wajah yang dingin, Ivan berkata pada bawahannya. "Suruh mereka mulai."

Mendengarkan perintah ini, seorang pelayan yang membawa sebuah boneka kertas itu keluar. Boneka kertas itu adalah perwakilan dari Hans dan terdapat sapu tangan merah yang diikatkan pada dahinya.

Melihat pelayan itu keluar, semua orang berdiri dan acara pernikahan ini dimulai.

Pelayan itu lalu berjalan menghampiri Inggrid dan akhirnya berdiri sejajar dengannya.

Pertama adalah upacara pemanggilan arwah. Pendeta upacara pernikahan ini akan berdoa dan memanggil arwah mempelai pria agar dapat menghadiri upacara ini.

Kedua adalah upacara penghormatan dari orang tua.

Ini dia!

Inggrid menggenggam erat pisau yang disembunyikannya. Ini adalah kesempatan emasnya, selama Ivan berjalan menghampirinya, dia akan membunuh kepala keluarga dari keluarga Alfred itu!

Namun pada saat ini, Ivan tiba-tiba berkata dengan nada serius. "Tidak butuh penghormatan seperti itu, aku tidak mau menerima menantu biadab seperti dia. Dia hanya akan menjadi teman anakku di kuburannya."

Jack langsung berkeringat dingin ketika mendengarnya sedangkan tubuh Inggrid bergetar tanpa henti. Wajah Ibu Ipah makin sedih melihat Inggrid.

"Langsung ke upacara sumpah setia." Kata Ivan.

Pendeta upacara itu tidak berani melawan perintah dari Ivan. Dia lalu melanjutkan upacara pernikahan ini.

"Sekarang upacara pertukaran cincin dan sumpah setia."

Setelah itu pelayan yang membawa boneka kertas itu berdiri di hadapan Inggrid.

Hans sudah mati jadi dia tidak perlu menyematkan cincin di jari Inggrid dan mengucapkan sumpah setianya. Yang perlu melakukannya adalah Inggrid.

Namun, Inggrid sama sekali tidak bergerak.

"Silahkan mempelai wanita melakukan upacara pertukaran cincin dan sumpah setianya." Pendeta itu sekali lagi mengingatkan apa yang harus dilakukan oleh Inggrid.

Ivan menampar sandaran kursinya dan berkata dengan nada dingin. "Jika kau berani kabur, aku akan menghancurkan seluruh keluargamu!"

Ancaman ini benar-benar nyata, keluarga Alfred memiliki kemampuan ini.

"Inggrid, kamu pasti bisa." Jack memberi semangat pada Inggrid yang sudah berkaca-kaca.

Inggrid merasa bahwa hidupnya selama ini telah diatur, dia tidak pernah memiliki kebebasan.

Inggrid lalu tersenyum sambil menggenggam pisaunya.

'Randika, Hannah, aku akan segera menyusul kalian.'

Ketika hendak bunuh diri, tiba-tiba terdengar suara sirene polisi yang menggelegar.

"Hmm?"

Semua orang terkejut, suara sirene itu benar-benar keras.

Bukan hanya 1-2 saja, tetapi rasanya ada ratusan sirene yang bunyi bersamaan.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Semua orang yang hadir di upacara pernikahan ini menjadi cemas, apakah ada penggerebekan?

Kecemasan mereka ini tentu saja beralasan, karena tidak ada kediaman selain kediaman keluarga Alfred yang bisa mengundang sirene sebanyak itu. Tetapi kenapa para polisi itu berani menantang keluarga Alfred?

Inggrid yang berniat mengeluarkan pisaunya itu terdiam. Tidak ada yang namanya kebetulan, berarti jangan-jangan ini adalah….

Di dalam benak Inggrid, wajah Randika kembali muncul. Tidak salah lagi, ini pasti ulah Randika. Tetapi bagaimana mungkin? Hari itu dia melihat Randika jatuh ke bawah tebing.

Ivan yang mulai ikut cemas itu berkata pada Jack. "Ini ulahmu?"

Jack langsung kelabakan. "Tidak, tidak mungkin! Mana berani aku memanggil polisi!"

Seluruh orang yang hadir sudah berniat untuk kabur, mereka tidak mau berurusan dengan polisi.

Ibu Ipah menghela napas, karena pada saat ini, suara helikopter mengudara itu mulai terdengar.

Semua orang langsung terkejut bukan main, kenapa sampai ada helikopter segala?

Memangnya apa yang telah terjadi?

Semua orang yang hadir di upacara pernikahan ini sama sekali tidak tahu.

Suara sirene polisi makin jelas terdengar dan suara helikopter itu juga makin mendekat. Namun tiba-tiba ada suara ledakan di pintu pagar kediaman.

Semua orang menoleh tetapi pecahan batu terbang ke mana-mana dan membuat semuanya merunduk. Di bawah tatapan mata mereka terlihat sebuah mobil polisi yang setengah hancur itu muncul di hadapan mereka.

"Siapa itu?" Orang-orang mulai penasaran sekaligus ketakutan.

Melihat mobil polisi itu, wajah Ivan sudah buruk rupa. Jika polisi sudah berani menyinggung keluarganya maka ini namanya perang.

Inggrid dengan cepat meninggalkan altar dan menatap penuh harap pada mobil polisi itu. Entah kenapa hatinya itu berharap banyak meskipun itu terlihat mustahil.

Apakah itu Randika?

Dalam hatinya, dia percaya bahwa orang yang datang menyelamatkannya ini adalah pria yang dicintainya itu.

Pada saat ini, pintu mobil itu tiba-tiba terlempar dan sesosok pria keluar dari dalamnya.

Melihat sosok yang familier itu, tangisan air mata Inggrid tidak bisa berhenti mengalir.

Itu benar-benar Randika, dia beneran Randika!

Melihat sosok pria itu, semua anggota keluarga Alfred itu menjadi marah. "Bocah, kau berani sekali menerobos ke tempat ini."

Tetapi ketika Ivan menyadari sosok pria itu, matanya terbelalak dan hatinya langsung mengerut menjadi kecil.

"Kau masih hidup!?"