Chapter 283: Pahlawan

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Randika juga sama terkejutnya dengan kejadian ini. Apa yang sedang dilakukan oleh polisi itu? Apa dia tidak lulus ujian SIM?

Mobil polisi itu, di bawah tatapan mata orang-orang, tiba-tiba kembali memacu mobilnya!

Orang-orang langsung menyingkir dengan cepat, mereka takut menjadi korban dari polisi gila itu.

Deviana yang ada di dalam mobil itu sudah mengucurkan darah sekaligus keringat dingin. Entah kenapa mobilnya itu tiba-tiba lepas kendali dan rem kaki maupun tangan sama sekali tidak berfungsi. Untung saja tadi dia tidak menabrak siapa-siapa, tetapi sekarang mobilnya itu tiba-tiba kembali bergerak.

"Kenapa dengan mobilku ini!"

Deviana benar-benar tidak tahu apa-apa, awalnya mobilnya itu baik-baik saja tetapi mendadak dia tidak bisa mengendalikan mobilnya. Sepertinya mobilnya ini mematuhi perintah orang lain dan Deviana tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Melihat mobilnya itu kembali melaju di sisi jalan, Deviana hanya bisa menutup matanya.

Orang-orang menjadi panik dan lari ke segala arah. Deviana berusaha menginjak rem kakinya dengan sekuat tenaga tetapi tidak ada perubahan. Pada saat ini, mobilnya melaju kencang di sisi jalan.

Randika memperhatikan mobil polisi itu dengan penglihatan supernya, dia menyadari bahwa supir yang mengendarai mobil itu adalah Deviana.

Melihat wajah Deviana, Randika sepertinya paham apa yang telah terjadi. Pasti ada sesuatu yang terjadi pada mobilnya. Tidak mungkin Deviana yang memiliki rasa keadilan yang tinggi itu menjadi gila seperti itu.

Pada saat ini, mobil Deviana sudah melaju di sisi jalan dengan kecepatan mencapai 50 km/jam. Pada saat ini, ada anak kecil yang tidak tahu apa-apa sedang bermain tanpa mengetahui ada mobil yang menuju arahnya.

"Awas!"

Ketika ibunya itu menyadari keributan yang sedang terjadi, otomatis dia segera berlari ke arah anaknya. Orang-orang di sekitarnya langsung terkejut ketika menyadari apa yang telah terjadi. Bukannya menolong, mereka segera berlari menyelamatkan diri mereka masing-masing.

Deviana sudah ketakutan, keringat dingin sudah membanjiri punggungnya. Dia berusaha mengubah jalur mobil tetapi semua itu percuma, mobilnya akan menabrak anak kecil itu!

Deviana sudah pasrah. Kariernya sebagai seorang polisi sudah pasti berakhir jika dia menabrak dan membunuh anak kecil itu. Bukan hanya itu, dia juga akan dipenjara seumur hidup karena kejadian ini.

"Lari!"

"Oi nak, lari!"

Akhirnya orang-orang yang lari itu menyadari keberadaan anak kecil itu. Tetapi semuanya sudah terlambat, posisi mereka sudah terlalu jauh dan laju ibu dari anak kecil itu terhambat oleh orang-orang yang berlarian.

Mendengar peringatan dan melihat orang yang pada berlarian, anak tersebut dengan polosnya menoleh ke arah mobil yang sudah sangat dekat dengan dirinya. Bukannya berlari, anak kecil itu menangis dan duduk di tanah!

"Anakku!"

Sang ibu sudah hampir pingsan di tengah kerumunan orang. Jarak antara anak kecil itu dengan mobil sudah tidak lebih dari 1 meter. Bisa dikatakan bahwa hidup anak kecil itu hanya tinggal hitungan detik.

Deviana masih berusaha menginjak rem ataupun merubah jalur mobilnya, tetapi semua itu percuma. Melihat anak kecil itu duduk menangis, Deviana hanya bisa pasrah.

Selesai sudah!

Semuanya telah selesai!

Deviana sudah menutup matanya dan orang-orang sudah bersiap dengan hal terburuk. Namun pada saat ini, tiba-tiba ada seseorang berdiri di depan anak kecil itu!

Randika berdiri dengan tegak di depan anak kecil yang menangis ini, dia lalu mengulurkan kedua tangannya ke depan.

Apa yang orang itu lakukan?

Orang-orang sudah kehabisan akal, percuma kamu melakukan itu karena kalian berdua akan terlindas!

Deviana terkejut ketika menyadari sosok Randika muncul di hadapannya, tetapi semua itu sudah terlambat. Mobil miliknya ini sudah bagaikan banteng yang siap menyeruduk apa pun yang menghalanginya!

"Tidak!!"

Sang ibu sudah pingsan ketika melihat mobil itu sudah hendak menabrak Randika, orang-orang mulai membantu si ibu dan sudah mengheningkan cipta atas jatuhnya sang anak.

Semua orang sudah menganggap riwayat Randika sudah berakhir, tetapi sama sekali tidak ada suara apa pun.

Eh?

Apa yang terjadi? Semua orang menoleh ke arah Randika dan mata mereka terbelalak ketika melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Mustahil!

Sepertinya tamparan di wajah masih tidak dapat menyadarkan mereka dari kelinglungannya. Karena mereka telah melihat Randika yang berhasil menghentikan laju mobil polisi itu dengan kedua tangannya!

Benar, mereka tidak salah melihat. Roda mobil milik Deviana itu masih bergerak dan suara mesinnya makin keras. Randika sudah bagaikan gunung yang tidak dapat bergerak, dia berhasil menahan mobil polisi tersebut! Dan akhirnya setelah diangkat sedikit oleh Randika, roda itu berhenti berputar dan mesinnya sedikit demi sedikit mulai tenang.

Semua orang menatap bingung ke arah Randika, apakah dia adalah superhero?

Meskipun tidak bisa dibandingkan dengan sebuah truk, yang dihentikan oleh Randika tetaplah sebuah mobil. Mungkin jika mobil mogok masih masuk akal bisa mendorongnya tetapi menahannya ketika dalam kecepatan tinggi? Apa orang itu masih manusia?

Beberapa orang melihat Randika bagaikan hantu, atau jangan-jangan mereka sedang melihat syuting film? Memangnya sejak kapan ada mobil polisi berkendara seliar itu? Benar, ini pasti hanyalah akting!

Ibu yang pingsan tadi sudah sadar dan menangis ketika melihat anaknya baik-baik saja. Dia langsung berlari menuju anaknya dan melihat sosok Randika di depannya yang mengangkat mobil polisi itu dengan kedua tangannya.

"Aku pasti sedang bermimpi." Ibu itu kembali pingsan lagi.

Deviana yang ada di dalam mobil sudah kehabisan kata-kata, dia sangat terkejut dengan keberadaan Randika. Sekarang, kedua mata mereka saling bertatapan.

"Mungkin kamu ingin mematikan mobilnya." Kata Randika.

Deviana yang sadar dari linglungnya itu segera mencabut kuncinya. Akhirnya kejadian ini berakhir tanpa menimbulkan korban jiwa.

Orang-orang yang ada di sekitarnya sudah mulai bertepuk tangan.

"Orang itu kuat sekali!"

"Pahlawan, orang itu pahlawan!"

Beberapa perempuan menatap kagum Randika. "Apa kamu pikir dia adalah superhero?"

"Hahaha tenang saja, aku sudah merekam kejadian ini. Biarkan para netizen yang menentukannya."

Semua orang menatap kagum pada Randika. Pada saat ini, ibu dari anak itu akhirnya tersadar kembali. Dia lalu menatap Randika dan mengatakan terima kasih.

Randika hanya melambaikan tangannya sambil tersenyum.

Deviana lalu turun dari mobilnya, bajunya sudah basah oleh keringat. "Untung saja kamu datang, kalau tidak bisa-bisa nyawa anak itu melayang."

Ibu itu langsung memaki Deviana karena cara menyetirnya yang berbahaya.

"Tenang ibu, tenang, ini bukan salahnya. Semua hanya kecelakaan, jadi tolong ibu lupakan saja kejadian ini ya." Kata Randika.

"Baiklah kalau begitu, aku melakukan ini karena aku berhutang budi padamu. Tetapi aku ingatkan kamu sekali lagi, polisi ada untuk menjaga dan mengamankan rakyat bukan malah membunuhnya."

Lalu ibu itu menoleh ke arah Randika sambil tersenyum. "Bisa minta nomor teleponmu? Aku akan mengirimkan hadiah karena telah menyelamatkan anakku."

Setelah berpamitan, akhirnya ibu itu membawa anaknya pulang ke rumah.

Deviana tidak peduli dengan kata-kata ibu itu, dia masih penasaran dengan kejadian kali ini. Dia berusaha mengingat-ingat apa ada yang mencurigakan.

"Aku kehilangan kendali dan tidak bisa menginjak rem sama sekali."

"Sebentar, aku pindahkan mobilmu ini dulu agar tidak menghalangi jalan." Lalu di bawah tatapan mata orang-orang, Randika dengan santainya menyeret mobil milik Deviana itu ke tempat parkiran mobil.

Kejadian ini benar-benar menarik perhatian orang-orang!

Jelas dia bukan manusia.

"Pertama-tama, kamu harus menghubungi markasmu mengenai kejadian ini. Belum lagi kita sudah membuat kemacetan gara-gara tiang lampu yang roboh itu." Kata Randika sambil menyeret mobil.

Deviana mengangguk, dia sendiri hampir lupa dengan tiang lampu yang roboh di jalan itu karena kejadian hampir menabrak anak kecil itu.

Setelah meletakan mobilnya, Randika kembali menghampiri Deviana.

"Bagaimana?"

Wajah Deviana terlihat serius sekali. "Aku sudah menghubungi markas dan mereka segera mengaturnya." Deviana lalu menatap mobilnya yang rusak itu. "Sepertinya mobil itu sudah tidak layak pakai, kenapa bisa mobil itu bisa lolos dari inspeksi?"

Randika tidak mau terlibat masalah internal seperti itu, dia segera merubah topik pembicaraan. "Terus kenapa kamu datang ke daerah sini? Jangan-jangan kamu mendaftar jadi murid di sini?"

"Kamu kira aku bebas sepertimu? Aku datang ke sini karena ada kasus di universitas ini." Kata Deviana.

Kasus?

Randika penasaran, dan pada saat ini Deviana meneruskan ceritanya. "Toko emas di daerah sini tadi pagi telah dirampok. Setelah menyelidiki dan memeriksa kamera pengawas, kami menemukan bahwa salah satu tersangka adalah murid di universitas Cendrawasih. Aku diutus dan menyamar ke tempat ini untuk menyelidikinya terlebih dahulu."

Randika mengangguk. "Baiklah, aku akan menemanimu."

Mereka berdua lalu berjalan menuju gedung universitas. Pada saat ini, tiba-tiba Deviana berhenti berjalan dan berlutut sambil memeriksa kakinya.

"Kenapa?" Randika yang berjalan di depan langsung berhenti dan menoleh ke arah Deviana, sepertinya kakinya keseleo. "Apa kakimu baik-baik saja?"

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja." Deviana berusaha menahan rasa sakitnya itu. Kakinya tadi terus-terusan menginjak rem sekuat tenaga, sepertinya adrenalin membuatnya tidak merasakannya waktu itu.

"Tenang saja, aku akan menggendongmu." Randika tidak ragu-ragu langsung menggendong Deviana dengan kedua tangannya. Deviana ingin melepaskan diri tetapi Randika tidak membiarkannya.

"Sudah diam dan pasrah saja, kalau tidak aku akan melemparmu." Kata Randika sambil tertawa. Deviana tidak memiliki kulit tebal seperti Randika, digendong seperti tuan puteri ini membuat dirinya malu apalagi orang-orang memperhatikan mereka.

Semua perempuan melihat Randika dan Deviana dengan tatapan penuh arti. Idaman para perempuan adalah digendong seperti itu oleh pangeran berkuda putih mereka lalu mereka akan bertarung di atas ranjang! Ah…. Mereka pasti sedang menuju kamar untuk berhubungan badan!

Selama tidak ada pihak universitas yang tahu, para perempuan akan membawa laki mereka ke kamar mereka dengan bebas. Mereka tidak perlu khawatir akan ada yang membeberkan masalah ini, itu sudah seperti semacam peraturan tidak tertulis.

Sedangkan untuk para laki-laki, mereka terpukau ketika melihat Deviana yang memakai baju casual itu. Benar-benar wanita cantik, kecantikannya setara dengan dosen cantik mereka!

Tidak bisa untuk dipungkiri, beberapa orang menatap iri Randika yang menggendong malaikat itu. Sepertinya mereka sedang menuju kamar mereka untuk melakukan hubungan badan.

"Aku sudah menelepon beberapa siswa sekolah ini. Sepertinya tersangka kita bernama Timmy dari fakultas ekonomi." Kata Deviana.

Randika sendiri tidak mendengarnya dengan baik, dia sibuk menikmati paha Deviana yang dipegangnya dan dadanya yang menempel di perutnya. Mungkin hari ini dia akan memberi polisi cantik satu ini skor 80.