Chapter 162: Kemunculan Kakek Kedua

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Ivan benar-benar terkejut, dan pada saat ini, Randika semakin dekat dengan dirinya.

Semua bawahannya segera melindungi tuannya dan bahkan keenam pembunuh yang baru sadar itu kembali memasang badannya. Namun, semua orang yang berani menghalanginya dibuat melayang oleh Randika!

Keenam pembunuh terkuat itu kembali memuntahkan darah, mereka tidak menyangka lawannya ini benar-benar kuat.

"Tahan posisi kalian, dia tidak akan bertahan lama." Albert yang berada di sisi Ivan memberikan arahan pada bawahannya.

Semua orang segera mengubah taktik mereka, mereka tidak menyerang Randika melainkan menyibukan Randika sampai dia kehabisan tenaga.

Mereka segera mengepung Randika sambil terus saling melindungi. Randika, yang darahnya sudah mendidih, menerjang tanpa memedulikan apa pun. Dengan tangan kirinya yang menyerupai cakar, dia menggenggam kepala lawannya dan melemparkannya ke arah kerumunan. Kemudian tangan kanannya melayangkan pukulan ke dada seseorang. Lalu telapak tangannya yang mengandung tenaga dalamnya dia pukulkan ke tanah dan membuat tanah berguncang!

Dalam sekejap semua orang kehilangan keseimbangannya.

Namun pada saat ini, kekuatan misterius Randika kembali memberontak!

Tubuh Randika segera menjadi kaku. Keringat dingin mengalir deras di dahinya dan seteguk darah hitam menyembur keluar dari mulutnya.

Inilah saatnya!

Keenam pembunuh yang terluka itu kembali menerjang Randika. Randika yang mengusap darah di mulutnya itu mengangkat tangan kanannya. Ledakan tenaga dalam tiba-tiba menyerang keenam pembunuh itu dan membuat mereka terpental!

Jangan kira dirinya adalah mangsa yang mudah!

Keenam pembunuh ini merasakan kengerian yang belum pernah ada. Jika lawannya itu tidak cedera, ledakan tenaga dalam sebelumnya itu akan membunuh mereka.

Pada saat yang sama, Ivan menatap Randika yang sedang berlutut satu kaki. Ivan berpikir bahwa jika pria itu ada di sisinya, menguasai negeri ini bukanlah mimpi.

Tanpa disadari, Ivan tertarik untuk merekrut Randika.

"Kau sudah kalah." Kata Ivan pada Randika. "Menyerahlah dan aku tidak akan membunuhmu asalkan kau mau bekerja untukku."

"Hahaha." Randika hanya tertawa, ini membuat Ivan mengerutkan dahinya.

Tidak jauh dari situ, Inggrid menatap cemas Randika. Dia merasa tidak berdaya melihat Randika yang sudah diambang kematian itu. Air matanya sudah tidak bisa terbendung lagi.

Jika kamu mati, aku tidak rela hidup di dunia ini.

Sambil berurai air mata, Inggrid terus menatap Randika yang di ujung tanduk. Meskipun tidak bisa apa-apa, dia akan terus menemani Randika hingga akhir.

Ivan sudah menggelengkan kepalanya. Randika sudah dikepung oleh 20 orang miliknya, kenapa bocah itu masih bisa sepercaya diri seperti ini?

"Kau ingin aku menyerah? Kalau kalian ingin hidup, aku sarankan kalian menyerangku bersamaan." Wajah Randika mengandung rasa percaya diri yang besar.

"Baiklah kalau itu maumu!" Ivan sudah tidak peduli lagi.

Tiba-tiba, semua orang menerjang ke arah Randika!

Randika menatap semua orang yang menerjang dirinya. Sambil menahan rasa sakitnya, Randika berdiri. Pada saat yang sama, dia mengumpulkan seluruh tenaga dalamnya dalam tubuhnya untuk menyiapkan satu serangan terakhir.

Jika dirinya akan mati, dia tidak akan membiarkannya tanpa memberi perlawanan.

"Randika!"

Inggrid tidak bisa menahan dirinya lagi. Indra, yang berlutut di tanah, hanya bisa menatap Randika. Mulutnya nampak bergerak. "Maafkan aku kak, adikmu ini tidak berguna sama sekali."

Melihat Randika yang berdiri dengan susah payah, rasa kagum sekaligus takut bercampur jadi satu. Meskipun lawannya ini sudah kehabisan tenaga dan tampak terluka, dia masih mampu membunuh mereka. Jadi keenam orang ini tidak boleh bertindak gegabah.

Melihat kerumunan orang yang semakin mendekat itu Randika tertawa. Tangan kanannya yang mengandung seluruh tenaga dalamnya itu siap meledak. Tetapi, pada saat ini sebuah batu kerikil melayang di udara dan mengenai pergelangan tangan Randika. Serangannya ini terpaksa buyar karenanya.

Randika sama sekali tidak berdaya. Batu itu mengenai titik akupunturnya dan memblokir saluran tenaga dalamnya.

Melihat Randika yang kebingungan, keenam pembunuh itu menyadari ada yang aneh. Tetapi kesempatan seperti ini tidak akan datang lagi, jadi mereka tetap meneruskan serangan mereka. Namun, ketika mereka bergerak, satu per satu wajah mereka terkena oleh batu. Sudut serangan dan kekuatannya benar-benar luar biasa, itu membuat mereka berenam menghentikan serangannya.

"Siapa?"

Keenam pembunuh ini terkejut, masih ada orang kuat lainnya yang masih bersembunyi?

Serangan batu ini bukan serangan biasa, dari jarak yang jauh dan akurasi yang luar biasa, serangan batu itu mengenai titik akupuntur keenamnya dan memblokir tenaga dalam mereka.

Ivan juga menyadari keanehan ini dan memberi perintah mundur agar bawahannya berhenti menyerang.

Ivan telah melalui banyak medan perang sehingga dia menumbuhkan indera yang dapat merasakan bahaya. Sekarang adalah salah satu contohnya.

Jack juga menyadari ada yang aneh, dia nampak mengerutkan dahinya. Kenapa serangan batu itu terlihat familiar?

Di bawah tatapan orang, seorang penatua dengan baju sederhana dan topi jerami keluar dan berjalan ke arah mereka. Rambut putihnya tampak berantakan dan tongkat berjalannya memberi kesan tua. Melihat sosok penatua itu, entah kenapa Ivan merasa tidak asing dengan pemandangan ini.

Lalu penatua itu membuka topinya.

"Ya Tuhan…."

Dalam sekejap Ivan menampar dahinya dan berkata dengan nada takut. "Kenapa orang itu bisa ada di sini?"

Ingatan buruknya segera melintas di benaknya tetapi dia segera membuangnya jauh-jauh. Ingatan masa lalunya itu benar-benar mengerikan.

Para bawahan Ivan terlihat bingung, kenapa tuannya tiba-tiba menjadi pucat?

Dengan tubuh yang tidak bisa berhenti gemetar, lutut Ivan mulai lemas. Kenapa, kenapa pak tua itu bisa datang ke sini?

Pada saat yang sama, Jack juga melihat wajah penatua itu. Dia langsung mengambil langkah mundur dan terjatuh. Tangan kanannya langsung mencengkeram jantungnya, seakan-akan dia terkena serangan jantung.

"Kenapa… Kenapa dia ada di sini." Pertanyaanya Jack sama dengan Ivan, mereka berdua tidak menyangka hantu masa lalunya akan mendatangi mereka lagi.

"Siapa orang itu?" Salah satu keluarga inti Jack bertanya padanya.

"Jangan tunjuk orang itu, kau jangan sampai berurusan dengannya." Jack langsung memalingkan wajahnya dan menampar tangan keluarganya itu. Wajahnya benar-benar sudah penuh dengan ekspresi ketakutan. Dia tidak menyangka hantu itu akan tiba-tiba muncul di rumahnya.

Randika menatap orang yang sedang berjalan ke arahnya itu, sambil terkejut dia mengatakan. "Kakek kedua!"

Orang itu ternyata adalah kakek keduanya. Kenapa dia bisa ada di sini? Bukankah kakeknya itu ada di desa?

Kakek kedua itu tersenyum. Di bawah tatapan orang-orang, dia mengambil jarum akupunturnya dan menekan luka yang diderita Randika. "Sudah jangan khawatir sama detail kecilnya. Kau tidak perlu khawatir lagi, kakek akan mengurus sisanya.��

Randika jelas tersenyum bahagia. Ketika dia berada di dekat kakeknya, dia benar-benar seperti anak kecil.

Kakek kedua juga menghampiri Indra dan menekan luka-lukanya.

Kemudian kakek kedua dengan pelan mengatakan. "Kalian berdua cepat ke sini."

Semua orang bertatap-tatapan. Dengan siapa kakek itu berbicara? Bahkan beberapa orang terlihat meremehkan sosok tua itu.

Tetapi tanpa diduga semua orang, kedua kepala keluarga yang berstatus tinggi tersebut berjalan menghampiri kakek itu dengan wajah pucat pasi.